webnovel

Sifatnya kenapa berubah?

Malam yang gelap, sunyi, hanya terdengar suara hewan-hewan malam mengiringi langkah seorang gadis berambut panjang mempunyai sifat sedikit bar-bar. Siapa lagi kalau bukan Alena Atlanta.

Saat ini gadis berusia 19 tahun itu berjalan menuju rumahnya berjalan kaki. Karena sepeda ontel nya rusak, akibat tertabrak kemarin rasanya gadis itu ingin meminta pertanggung jawaban kepada dokter Zyan, karena sudah merusak sepeda kesayangan nya tapi tidak enak.

"Alena capek, tidak ada gitu tumpangan lewat buat Alena?"Alena berbicara sendiri seolah ada orang di sisinya.

"Mungkin kalau ada mbak Kunti,"cicit Alena terkekeh pelan.

Dari arah belakang terlihat ada sebuah mobil berwarna putih melaju dengan kecepatan di atas rata-rata.

"Itu kan Ale, kenapa di pulang jalan kaki,"ucap si pengemudi itu menekan tombol klakson.

Tit..

"Eh! Setan!"kaget Alena menoleh kesamping melihat mobil berwarna putih itu berhenti.

"Siapa?"Alena terus memperhatikan mobil mewah itu. Sampai Akhirnya sosok lelaki bertubuh tinggi dengan kacamata nangkring di atas hidungnya keluar dari mobil dan menatap Alena datar.

"Kenapa pulang?"

"Kenapa pulang? Maksudnya,"Alena mengerutkan dahinya bingung.

"Eh, iya kenapa pulang ya."Dokter Zico menggaruk tengkuknya tidak gatal.

Kenapa jadi aneh gini sih, batin dokter Zico bingung.

"Kamu kenapa jalan kaki Ale? Kalau terjadi sesuatu sama kamu bagaimana, kamu itu masih gadis loh."

"Hehe.."Alena hanya cengengesan.

"Ayo masuk, aku antar."ucap Dokter Zico. Membuka pintu mobil.

"Tidak usah pak dokter, lagian rumah Ale deket aja dari sini."tolak Alena tak enak.

Dokter Zico memutar bola matanya malas. Dia sangat tau sifat Alena yang tak enakan dengan siapa pun.

"Jangan membuat ku memaksa mu Ale,"suara dokter Zico terdengar garang. Membuat Alena sedikit takut.

"Ya,"jawab Alena masuk ke dalam mobil.

Dokter Zico mengulum senyuman dan menggelengkan kepalanya pelan.

Masih ada jaman sekarang gadis seperti Ale, batin Dokter Zico masuk kedalam mobil juga.

.

.

"Assalamualaikum,"

"Waalaikumsallam."jawab wanita paruh baya duduk santai di sofa ruangan tamu sembari menonton sinetron.

"Belum tidur mah?"tanya Zyan kepada sang mama, Anita.

"Kamu gak liat mata mama masih kinclong gini? Kenapa pulang larut malem,"

"Jam praktek kamu kan harusnya selesai dari tadi."Anita menatap Zyan tajam.

"Zyan ketiduran mah di sana. Sangking banyaknya pasien,"kata Zyan. Memang tadi banyak pasien yang harus Zyan tangani mangkanya dia sampai ketiduran di ruangannya.

"Kenapa gak cari cewek aja?"

"Apa sih mah cewek terus yang mama pikirin. Mama aja sana yang cari cewek,"

"Ya kan mama pengen kamu cepat nikah. Gak bosen kamu masih gelar perjaka terus?"

"Sudah-sudah lebih Lebih baik mama siapin makanan buat Zyan, soalnya lagi lapar nih."

"Ya,"jawab Anita ketus lalu berjalan menuju dapur.

"Huh.."Zyan menghembuskan nafas kasar dan beranjak menuju kamar untuk mandi.

"Aku harus mencarikan jodoh untuk Zyan. Aku tidak mau anak kesayangan ku menjadi perjaka lapuk,"oceh Anita sambil memanaskan masakan nya.

"Gara-gara wanita tidak tau diri itu. anak ku Zyan jadi seperti itu,"

"Padahal aku ingin segera menggendong cucu."keluh Anita sedih.

"Ya Allah tolong datangkan lah jodoh kepada Zyan. Aku tidak mau jika anak ku terus sendiri seperti itu."doa Anita tulus dalam hati. Namun doanya terhenti lantaran mendengar deheman seseorang.

"Mah?"

"Papa!"Anita langsung menghambur kan pelukannya kepada sang suami yang baru datang dari luar kota.

"Papa kapan pulang?"

"Barusan,"jawab Hendra, papa Zyan.

"Tadi doa apa mah, serius banget."Hendra melepaskan pelukannya lalu duduk di kursi meja makan.

"Doa semoga putra kita cepat dapet jodoh,"ucap Anita menuangkan air untuk sang suami.

"Kebiasaan."Hendra menggeleng pelan.

.

.

"Selamat pagi dokter Zyan."sapa Alena sedikit teriak saat melihat Zyan keluar dari dalam mobil.

Zyan menoleh ke arah Alena menatap gadis itu tajam. Lalu melangkah menuju ke dalam rumah sakit.

Alena mengernyitkan dahinya heran."Kenapa sama dokter Zyan, kenapa dia seperti itu sama Ale."ucap Ale sembari melihat punggung Zyan yang mulai menghilangkan.

"Tidak bisa di biarkan!"saru Alena. secepat kilat ia berlari menuju rumah sakit.

"Dokter! Tunggu Ale.. hah.."nafas Alena tersengal-sengal karena berlarian.

Zyan yang seperti orang tuli tidak memperdulikan gadis itu yang terus memanggil namanya.

"Dokter Zyan kenapa? Marah ya sama Ale,"

"Jangan marah dong. Teman Ale jadi berkurang kalau dokter marah,"Zyan tetap diam tanpa memperdulikan Alena yang terus mengoceh.

"Dokter!"Alena menggoyang lengan Zyan.

"Dokter Zyan!"

"Diam!"bentak Zyan menatap tajam Alena.

Alena yang di bentak menundukkan kepalanya takut menatap mata Zyan."maaf.."lirihnya.

"Kenapa kamu terus mengganggu ku! sana pergi bekerja, Jangan sampai kamu di pecat dari pekerjaan mu itu."kata Zyan berlangsung pergi.

Sifatnya kenapa berubah? seperti bunglon. batin Alena lesu.

"Kamu gadis kemaren kan?"tanya seorang wanita memakai pakaian dokter. Menatap gadis itu dari bawah sampai atas.

Sepertinya gadis ini miskin, liat saja pakaian nya kumuh. Batin dokter Friska.

"Yang mana?"tanya Alena.

"Kamu kemarin yang bersama dokter Zyan bukan? Gadis pelayan di restoran depan."Alena mengangguk.

"Lebih baik kamu jauhi dokter Zyan,"

Alena mengerutkan keningnya."Kenapa?"tanyanya.

"Karena Zyan adalah calon suami ku,"Jawabnya.

"Oh,"Alena hanya menjawab Oh kemudian pergi dari rumah sakit itu untuk bekerja.

Dokter Friska tersenyum mesem lalu beranjak dari koridor rumah sakit. Tak di sangka Zyan mendengar percakapan mereka dari kejauhan, hal itu membuat Zyan mengepalkan tangannya mengeraskan rahangnya kesal.

"Dokter gila!"umpatnya.

"Zyan?"panggil dokter Zico yang baru saja datang.

"Apa!"jawab Zyan ketus.

"Kamu kenapa ada masalah?"

Zyan menoleh menatap dokter Zico datar."kekasih gila mu itu membuat ku ingin sekali menghabisi nya!"pekik Zyan melangkah pergi tanpa memperdulikan dokter Zico dilanda kebingungan itu.

"Kekasih? Aku saja tidak punya kekasih,"Dokter Zico mengangkat kedua bahunya acuh.

.

.

"Coba buka mulutnya nak, Aa.."

"Endak mau!"tolak anak balita sekitar umur tiga tahun itu. yang kini sedang di periksa Zyan untuk membuka mulutnya karena kata sang ibu anak balita itu menangis mengeluh sakit di bagian mulutnya.

Zyan menghembuskan nafas pelan ia, harus ekstra sabar menghadapi anak kecil itu."Kenapa hem? Om dokter tidak akan menyakiti anak manis seperti mu." Tanya Zyan.

"Siapa nama mu,"

"Rafa,"ucap anak balita itu.

"Nama yang bagus,"puji Zyan."Apa Rafa mau coklat?"

"Mau!"saru Anak yang bernama Rafa itu antusias.

"Tapi ada syaratnya."kata Zyan tersenyum.

"Apa?"

"Om dokter periksa dulu mulutnya Rafa, setelah itu nanti om dokter kasih coklat."

"Endak bohong kan?"tanya Rafa masih belum percaya.

"Tidak,"jawab Zyan tersenyum. Sembari mengeluarkan dua coklat dari dalam laci.

Mata balita itu langsung berbinar melihat dua coklat di tangan Zyan."Aku mau.. Aa.."Rafa membuka mulutnya membuat ibu dari Rafa itu terkekeh geli.

"Om dokter periksa dulu ya,"Rafa mengangguk.

"Ini hanya sariawan,"kata Zyan kepada sang ibu anak itu.

"Apa berbahaya dokter?"tanya ibu itu khawatir.

"Tidak, itu tidak berbahaya hanya saja akan terasa perih jika memakan sesuatu. nanti saya akan menuliskan resep obat menghilangkan rasa perihnya."ujar Zyan di angguki ibu Rafa.

"Om dokter, mana coklatnya?"Rafa menagih coklat kepada Zyan karena anak balita itu tidak mendapatkan coklat.

"ini buat kamu,"Zyan menyodorkan dua coklat itu. Rafa menyahut coklat itu dari Zyan.

"Terima kasih om dokter,"

"Sama-sama anak manis."