webnovel

PENDEKAR TERKUAT DI ALAM SEMESTA

Feng Li Qian adalah murid terhebat di Tao Bao Hu. Dia menjadi pendekar tak terkalahkan dengan kekuatannya yang sudah menyamai kekuatan Dewa. Feng Li Qian sangat dihormati oleh junior-juniornya. Dia terkenal tegas dan tidak pernah pandang bulu kepada siapapun. Meskipun dirinya hebat, namun Feng Li Qin tetaplah seorang pria yang memiliki hati. Dirinya jatuh cinta dengan Zhuge Liying. Pendengar wanita yang tidak kalah terkenalnya dengan Feng Li Qian. Mereka pun dipertemukan disituasi yang berbeda, yang menjadikan mereka pasangan kekasih. Akan tetapi, umur Zhuge Liying tidaklah panjang. Feng Li Qian marah dan menjadi tidak terkendali ketika kekasihnya itu mati. Bagaimana kelanjutannya?

nana_raeni06 · Oriental
Sin suficientes valoraciones
376 Chs

ZHUGE LIYING

Episode sebelumnya.

"Shankuan Yun Semoga kita dapat berjumpa kembali. Salam dari Zhuge Liying pendekar bertopeng!" Dia berteriak dari atap sana untuk menyampaikan salam kepada semua orang.

"Semoga kita dapat berjumpa kembali, dan biarkan takdir yang mempertemukan kita dilanin kesemptan." Kembali Zhuge Liying yang sudah menghilang dari pandangan. Namun, suara teriakannya itu masih terdengar jelas di telinga.

"Kau dan aku akan berjumpa kembali. Karena takdir sudah mempertemukanmu dengan diriku di tempat ini, dan takdirlah yang telah menuntun dirimu datang ke Dao Bao Hu untuk bertemu dengan aku," kata syahdu dari Shangkuan Yun di bawah sinar rembulan.

"Kuunggu kedatanganmu Zhuge Liying!" Tutup dan berakhir.

***

Di sudut yang lain. Menyebrang ke negeri Yuan.

Kota Ji--kota fiksi. Kota besar yang berbatasan langsung dengan kedua negeri hebat ini.

Di tengah kegelapan malam kota Ji. Di saat seluruh masyarakat tengah tertidur lelap di rumah mereka masing-masing.

Salah satu langit-langit rumah.

Angin malam ini bertiup cukup kencang hingga membuat jubah seseorang yang sedang berdiri di sana ikut terbang menyapu udara.

Sosok hitam yang nantinya akan di kenal dengan nama Mao Hei'an itu tengah berdiri memandang sinar rembulan.

Wajahnya ditutupi kain hitam dan hanya meninggalkan kedua matanya yang tidak tertutup oleh kain.

Hijau menyala. Kedua bola mata itu memandang dan menyorot tajam pada sang rembulan. Lalu, di antara ikat pinggangnya ada sebuah pedang panjang yang masih terbungkus. Terlihat dia menggenggam erat ujung gagangnya.

Ini lebih tampak seakan-akan dia akan menyerang. Namun, siapa orang yang dia tunu? Lalu, Apa maksud dari kemunculan Sosok yang berkain hitam di sana untuk sekarang?

Tek... Tek ... ?

_________________________________________

Keesokan harinya. Pagi hari yang indah di negeri Ming. Susana pasar yang ramai dan sibuk.

Di kedai sayuran.

"Mari nyonya!" kata seorang pedagang sayur yang berjualan di pasar ini.

"Sayuran ini baru saja di petik dari kebun dan masih sangat segar" tuturnya yang menjajakan barang dagangannya kepada para warga yang berlalu-lalang berbelanja ini dan itu.

"Mari Nyonya mampirlah!" sambung salah satu toko penjual barang-barang antik.

"Di jual! Dijual! Barang-barang antik yang murah harganya!" Itu suara teriakan dari pedagang antik dari kedai yang laib.

"Ayo di beli! Di beli! Harga murah tidak akan membuat kekasih anda marah!" Mencoba menerik pembeli dengan teriakan itu. Mencari keberu tungan di tengah ketatnya persaingan di pasar. "Ayo dibeli! Di beli!"

Lalu, dari kedai makanan siapa saji yang juga tidak mau kalah.

"Masih hangat! Masih hangat!" Teriakan sang penjual di depan kedai makanan yang merupakan seorang wanita dewasa.

"Mie panjang dengan daging cincang di atasnya!" kembali teriak darinya dengan semangat dan tidak mau kalah dari yang lain tentunya.

"Ayo mampir! Tuan. Nyonya!" Menawari beberapa orang yang berlalu-lalang lalang melewati kedainya.

"Tidak!" tolak santai dari orang-orang tersebut. Melewati begitu saja kedai mie itu.

"Ayo!"

"Ayo! Di coba."

"Di coba!" Dia yang semakin semangat saja walau belum ada satu orang yang berkunjung ke kedai makanannya. Namun Nyonya ini tidak mau putus asa untuk tetap berteriak menawarkan makanan yang disajikan di kedainya.

Walau dirinya sudah tidak muda lagi. Tubuhnya juga sudah muncul keriput. Bukan berarti dia tidak bisa semangat. Sebaliknya, bahkan pemilik kedai itu masih bergerak lincah layaknya seorang gadis muda.

Di tengah keramaian orang yang ada di pasar. Tepatnya ketika kedua langkah dari dua orang gadia muda yang baru saja memasuki pasar.

Dia Zhuge Liying yang sedang berjalan santai menikmati pagi dengan teman sebayanya yang bernama Yue Yi. Keduanya baru saja tiba di kota ini dan pagi ini baik Zhuge Liying atau Yue Yi ingin menikmati pagi pertama mereka dengan berjalan-jalan santai di pasar tradisional.

Berjalan santai beriringan seraya mengobrol melepas kejenuhan.

"Ying'er! Kau pergi kemana saja kemarin?" tanya Yue Yi untuk mengawali perbincangan di pagi hari ini.

Liying diam belum menanggapi apa-apa.

"Pasti kemarin kau habis membunuh seseorang?" tambahnya menerka.

Berjalan kaki di tengah-tengah keributan pasar dan mampir sejenak menghentikan langkah di salah satu kedai yang menjual pernak pernik aksesoris untuk wanita.

Dilihat-lihat barang-barang yang di jajakan di sana

"Mari Nona!" Sambut dengan sopan dari Sang penjual ketika Zhuge Liying dan Yue Yi datang untuk singgah di kedainya.

"Dipilih-pilih!" Sembari edua tangannya mengulur menunjukan barang-barang dagangannya kepada dua orang gadis muda tersebut.

"Semuanya asli di buat di kota ini," lanjutnya berkata. Zhuge Liying menatap bola matanya, sembari memegang salah satu aksesoris tangan.

Liyin dan Yue Yi melihat-lihat beberapa baranga dan menyentuhnya satu persatu. Dipilih-pilih oleh keduanya dan pilihan jatuh pada.

"Ingin yang mana, Nona?" kata penjual itu satu kali lagi, untuk memastikan pilihan Zhuge Liying dan Yue Yi.

"Maap tuan. Kami tidak jadi beli," jawab Liying. Dari sekian banyak pilihan, tidak ada satu pun yang Zhuge Liying pilih.

"He, tidak jadi beli?" Pikir penjual tersebut yang terkekang. Sebab dua pengunjung sama-sama tidak ingin membeli. Apa mereka hanya ingin gratisan saja?

Mungkin belum rezeki. Pikirnya dengan iklas ketika Zhuge Liying dan Yue Yi yang telah beranjak meninggalkan kedainya.

Lanjut kembali berolahraga paginya.

"Kak Ying'er! Cepat jawab pertanyaanku, kemarin malam kau pergi kemana?" tanya adik Yi yang penasaran.

Zhuge Liying masih belum memberi tanggapan dan jawabannya. Dia masih asyik berjalan dengan menikmati pemandangan pasar yang ramai.

"Pasti kemarin kau habis membunuh seseorang kembali?" lanjut Yue Yi berucap sambil mengikuti kemana langkah Liying berjalan.

"Ya. Jika kau sudah tahu mengapa kau harus bertanya?" Akhirnya Liying yang acuh ini mulai berbicara.

"Hm? Karena aku hanya ingin memastikannya saja benar tidak kemarin kau membunuh seseorang." Kata yang santai untuk mengajak Zhuge Liying berbicara.

Zhuge Liying menggelengkan kepala saat mendengar arah pembicaraan mereka.

"Ya. Kemarin aku membunuh penjahat murahan yang telah mengotori Negeri ini." Zhuge Liying melanjutkan perkataannya.

"Siapa Dia? Apakah dia Chen Min Sang ahli racun yang terkenal itu?" tanya adik Yi yang sangat penasaran, tetapi dia sudah mengatakan nama penjahat tersebut.

Langkahnya itu sangat bersemangat ketika terus mengikuti kemana Liying pergi saat mereka yang sangat menikmati kebisingan pasar.

"Ya. Jawabanmu benar," singkat saja kata yang terucap dari bibir tebal Zhuge Liying.

"Oh?" simak adik Yi yang menganggutkan kepala secara perlahan.

Dingin, acuh dan tidak banyak bicara itulah sifat sesungguhnya Zhuge Liying. Dia tidak suka banyak basa basi atau banyak mengeluarkan kata ketika sedang berbicara.

Zhuge Liying berpikir lebih baik banyak bertarung dan mengasah kekuatannya dari pada harua banyak bicara yang hanya akan banyak menimbulkan masalah.

Masih berjalan kaki. Namun, rasa lapar mulai menerjang diri mereka di tengah perjalanan menelusuri pasar.

"Kak Ying'er. Aku lapar," keluh adik Yi yang telah berhenti melangkah. Dia sedikit tertinggal di belakang. Sebeb tidak ada lagi tenaga di kedua kakinya.

Pun menghentikan langkahnya. Dia berbalik badan memandang Yue Yi yang berada di belakangnya. Adik satu perguruannya sudah tampak kelelahan.

"Da Jie!" merengeknya pada Liying. Wajahnya memelas meminta belas kasihan dari Zhuge Liying yang dingin, pun Zhuge Liying memandang iba adik seperguruannya itu.

"Ayo!"

"Ayo! Yang hangat!"

"Yang hangat!" Teriakan dari seorang pedagang yang sepertinya berjualan makanan.

Suaranya terdengar hingga ke telinga Zhuge Liying.

"Sepertinya di sana ada yang berjualan Mie hangat?" Menunjuk kearah yang di dengarnya.

"Ayo kita pergi kesana untuk mengisi kelaparan ini," pinta Liying yang mengajak Yue Yi. Setidaknya itu akan bisa menambah energi bagi Yue Yi.

"Baik. Ayo kita makan Mie panjang yang hangat." Yue Yi sangat antusis menerima ajakan itu. Tidak ada penolakan dua kali. Langsung menerimanya. Yue Yi tidak akan menyia-nyiakan kesempatan itu.

Yue Yi berjalan Kembali seperti sebelumnya. Dia tidak lagi mengeluh kelaparan, sebaliknya dia berjalan dengan lebih semangat dari sebelumnya.

Sampailah keduanya di kedai makanan siap saji yang terkenal turun temurun itu. Penjualnya seorang wanita yang cukup berumur. Akan tetapi, masih terlihat muda. Di kedai ini menjajakan Mie panjang yang masih hangat.

Siapa pun yang mampir ke kedai ini pasti dia akan ketagihan dengan cita rasa Mie panjang tersebut.

"Nyonya! Bawakan kami dua mangkuk Mie panjang hangatnya!" Segera setelah duduk. Yue Yi langsung memesan mie pada penjualnya.

"Baik Nona!" sambut gembira dari Nyonya penjual, ketika kedainya didatangi dua orang gadis. Mereka pelanggan pertama di kedainya.

Zhuge Liying dan Yue Yi telah duduk di kursi panjang yang berada di sana. Pandangn awas pun selalu dipanarlan Zhuge Liying ketika duduk.

Kedua matanya itu menatap tajam ke seluruh arah, diperhatikannya satu persatu orang-orang yang berlalu-lalang di tempat itu. Dan dambah orang-orang yang sedang makan di kedai tersebut tnampak terlihat aneh dan misterius dari sudut pandang Zhuge Liying.

Beberapa pelanggan di sana mayoritas adalah seorang laki-laki yang berpenampilan seperti pendekar dengan wajah sangar dan banyak luka di bagian wajah mereka. Nampak, sangat terkesan sekali mereka adalah seorang pendekar bayaran.

Selama menunggu makanan disajikan Zhuge Liying menatapi mereka satu persatu. Dia menaruh curiga kepada orang yang duduk di sudut lain sana. Matanya memberi pandangan tajam pada orang-orang tersebut, pun sama memandang tajam Zhuge Liying dan Yue Yi dari tempat duduk mereka.

Mungkin mereka berpikir bahwa Zhuge Liying dan temannya itu adalah pendatang baru di kota ini. Jadi mereka sangat mengawasi gerak gerik Liying dan Yue Yi.

"Siap! Dua mangkuk Mie panjang hangat telah siap untuk disantap," ungkap kehangatan dari Nyonya penjual itu.

Dengan kegembiran hati, Nyonya itu menyanjikan kedua mangkuk yang berisikan Mie panjang hangat kepada Liying dan Yue Yi yang telah menunggu.

"Selamat menikmati, Nona-nona cantik," tambahnya pada Liying dan Yue Yi, sembari melempar senyuman berseri.

"Terima kasih, Nyonya," cuap Yue Yi dengan senang ketika satu mangkuk penuh perisikan Mie panjang hangat telah mendarat di depan matanya.

Kendati mie sudaj ada di depan meja, tetap saja Zhuge Liying masih saja memandang orang-orang yang aneh di sebrang sana.

"Hm. Terima kasih Nyonya." Akhirnya folus itu tertuju pada mie dan pemilik kedai.

Setelah menyajikan, Nyonya penjual itu pergi dari hadapan Liying dan Yue Yi. Dia membiarkan keduanya untuk menikmati kenikmatan Mie buatannya yang sudah melegenda itu.

Sebelum makan berdo'a terlebih dahulu. Zhuge Liyin dan Yue Yi memajatkan do'a.

Kedua mata mereka terpejam dengan sepasang sumpit yang telah mereka genggam.

Do'a pun selesai.

"Selamat makan!" ucap bersama-sama dengan gembira.

Disantaplah Mie panjang hangat tersebut. Di tengah ke nikmatan menyantap Mie tiba-tiba sesuatu telah mengganggu ke nikmatan ini.

Dari sudut sana.

"Jangan pergi! Kumohon jangan pergi!" Seornag wanita berkata lirih pada pria bertubuh kekar.

"Jika kau pergi bagaimana dengan anak yang ku kandung ini?" Kata-katanya terdengar seperti sedang meminta.

"Ah! Aku tidak peduli!" Pria itu membalas dan berbalik membentak.

Kata-kata ini telah mengganggu pendengaran Zhuge Liying yang tajam, seperti singa yang ada di dalam hutan.