Sementara itu, "Apa benar yang dikatakan oleh Ludra itu, Rio?" Cantika bertanya demikian kepada Rio.
Sungguh yang didengar ini diluar dugaan. Rio anak yang mudah bergaul sebenarnya, tetapi dia memang jarang sekali berbicara. Rio lebih unggul dalam pelajaran, daripada hal yang semacam itu.
"Tidak, Bu. Ludra berbohong, Bu! Tidak mungkin aku ini pintar menari. Jangankan untuk menari, menggoyangkan tubuh saja aku tidak bisa… Jadi, mana mungkin aku bisa menari?"
Menampiknya. Rio mengelak dari kebenarannya. Dia bukannya tak mau mengakui, tetapi karena Demam Panggung yang tidak bisa dihilangkan yang membuat Rio menutupi bakatnya itu.
"Mungkin Ludra saja yang berbohong. Aku tidak pernah menari di halaman belakang. Kalau tidak percaya tanyakan saja pada Laras… Saat istirahat aku ada di mana?"
Ungkapannya ditujukan kepada Laras, "Benar bukan Laras? Saat istirahat tadi, aku bersama denganmu, bukan?"
Senggol Rio. Dia menyikutkan tangannya di kepala Laras, dan sontak saja Laras terhentak.
Apoya a tus autores y traductores favoritos en webnovel.com