Ponsel yang dingin menempel di telinganya, menyebabkan tubuh Qiao Mu bergetar tak terkendali.
Dalam situasi putus asa seperti ini, satu-satunya orang yang terpikirkan olehnya untuk dimintai pertolongan adalah Li Yan.
Bunyi nada tunggu terdengar di telepon, suara itu hanya terdengar beberapa detik, namun membuat hatinya perlahan-lahan semakin putus asa.
Telepon tiba-tiba terhubung, dan secercah harapan seketika muncul di mata Qiao Mu, dia berteriak sambil terisak, "Li Yan, selamatkan aku…"
Li Yan baru saja turun dari pesawat di bandara ibu kota.
Pekerjaan di Kota S selesai dua jam lebih awal dari jadwal yang direncanakan.
Li Yan berjalan menuju pintu dan keluar dengan tenang, sementara Lei Yi mengikuti di belakangnya sambil melaporkan situasi perusahaan secara rinci dalam beberapa hari terakhir.
Saat ini, ponselnya berdering.
Apoya a tus autores y traductores favoritos en webnovel.com