webnovel

PACARKU ABDI NEGARA

Putri Adelia, adalah putri dari seorang tentara bintang satu. Kehidupan keluarga militer membuat seorang Adel tumbuh menjadi gadis yang cukup berpendirian kuat. Adel yang selalu melihat mamanya menangis saat papanya pergi bertugas ke luar kota atau ke luar negeri mengharamkan dirinya mendapat pasangan yang memiliki profesi sama dengan papanya. Terlebih kakaknya yang memiliki profesi sama dengan sang papa hilang dan tidak kembali setelah membantu perang. Kedatangan seorang Yusuf membuat hati Adel yang dingin mulai menghangat, apalagi Yusuf yang pantang menyerah meski mendapat penolakan berkali - kali dari Adel membuat hati Adel mulai tersentuh. Kenyataan yang tiba - tiba datang membuat Adel terpukul, pria yang mendekatinya itu juga seorang abdi negara yang sangat diharamkan masuk ke dalam hati Adel. Mampukah Yusuf menyakinkan Adel kalau mereka bisa menjalani kehidupan bersama meski dia adalah seorang abdi negara yang sangat dibenci oleh Adel? Dapatkah Adel merubah presepsinya tentang seorang Abdi negara? Kejutan besar apalagi yang Yusuf berikan kepada Adel selain dia yang bekerja di dunia militer?

kartikawulan · Fantasía
Sin suficientes valoraciones
381 Chs

Bab 26

Adel melangkah dengan gontai menuju rumah kedua orang tuanya, sejak pagi bundanya sudah meneror Adel untuk segera pulang, ada sesuatu yang penting dan ingin dibicarakan katanya.

Adel sudah ketar - ketir saja saat sang ratu menghubunginya dan berkata ada sesuatu yang penting, pikiran Adel sudah melayang pada keputusannya untuk memutuskan pertunangan antara dirinya dengan Yusuf. Jika kedua orang tuanya tahu, mereka akan membiarkan keputusan ini di tangan Adel ataukah tidak? Hal inilah yang membuat Adel takut untuk bertemu dengan kedua orang tuanya saat ini, jika ada pilihan lain Adel akan memilih untuk tidak menemui bunda atau ayahnya.

Adel mengetuk pintu kokoh yang ada di depannya dengan pelan.

"Assalamualaikum," Ucap Adel memberi salam.

"Waalaikum salam, ya Allah non Adel! Bagaimana kabarnya Non?" Suara mbok yang bekerja di rumah besar keluarga Adel antusias.

Adel meringis, mbok yang lama tidak dia lihat sedang menatapnya dengan air mata tertahan sambil memeluk Adel dengan erat. "Adel baik Mbok, lihat tubuh Adel tambah gendut ini."

Mbok melepaskan tubuh Adel dan melihat Adel dari atas sampai bawah, wajah Adel memang terlihat lebih segar saat ini membuat si mbok percaya dengan ucapan Adel.

"Iya, semenjak Non Adel bertunangan dengan den Yusuf, Non terlihat lebih segar. Nona pasti bahagia dengan pertunangan ini ya?" Tebak Mbok dengan wajah antusias.

"Mana ada seperti itu, Mbok? Adel memang sudah gemuk dari sana, bukan karena bertunangan dengan dia," Elak Adel tanpa mau menyebut nama Yusuf dari bibirnya.

"Siapa yang datang Mbok?"

Suara Bunda Adel terdengar di belakang si Mbok membuat wanita tua itu melihat ke belakang.

"Non Adel, Nyah! Non Adel terlihat sangat cantik sekali sekarang Nyah," Ucap Mbok memuji Adel tulus.

Pipi Adel merona, dia sebenarnya sudah terlalu sering mendapat godaan seperti ini dari si Mbok tapi kenapa sekarang ini Adel merona? Adel merasa senang saat orang lain memujinya, apa karena Adel terlalu lama terpuruk dengan pikiran tentang Yusuf?

"Adel sudah datang?"

"Assalamualaikum, Bun."

Adel mendekati bundanya dan mencium tangan dari wanita cantik yang lemah lembut dan luar biasa sabar di depannya ini, dengan senyuman yang dibuat senang oleh Adel, dia memeluk tubuh bundanya dengan sayang.

"Adel merindukan Bunda," Ucap Adel sambil memeluk tubuh bundanya dengan erat.

"Kalau kamu rindu, seharusnya tidak menunggu bunda meminta kamu datang ke sini terlebih dahulu. Coba kalau bunda tidak telepon kemarin, kamu pasti tidak akan datang kemari," Omel bunda Adel dengan bersungut - sungut.

Adel meringis, apa yang terjadi saat ini sudah Adel perkirakan tadi sebelum dia membulatkan niat untuk menemui wanita tercintanya ini.

"Adel sedang banyak tugas, Bun. Ini tadi juga baru pulang dari perpustakaan dengan Risa, tadi Risa yang mengantar ke sini," Jawab Adel memberi alasan.

"Risa mana? Kenapa tidak ikut masuk sekalian?" Tanya Bunda sambil melihat ke arah halaman yang sudah kosong, tidak ada orang bernama Risa yang dimaksud Adel tadi.

"Risa ada panggilan gojek tadi, katanya sayang kalau tidak di ambil."

"Gojek? Risa ngojek online?" Tanya Bunda tidak percaya.

Adel hanya bisa meringis sambil mengangguk mendengar pertanyaan bundanya dan berjalan menuju dapur karena sejak tadi Adel haus dan ingin segera minum.

"Memangnya kenapa Risa bisa bekerja jadi ojek online, Del?" Tanya bunda sambil menyusul Adel ke dapur.

Adel hampir saja tersedak karena suara bunda membuatnya terkejut, dia tidak menyangka jika bundanya penasaran dan sampai mengikuti Adel ke dapur.

"Bunda, Adel kaget Bunda ada di sini," Gerutu Adel karena minumannya tumpah membasahi pakaiannya.

"Maaf, bunda tidak sengaja. Bunda penasaran dengan cerita Risa tadi," Jelas bunda sambil mengambilkan tisu untuk Adel.

"Memangnya yang anaknya Bunda itu siapa sih, Kenapa Bunda malah bingung sama Risa dan mengabaikan Adel?"

"Bukan begitu Sayang, bunda penasaran saja. Anak sekaya Risa bekerja?"

"Yang kaya itu papanya, Bun. Risa memerlukan untuk bisa memenuhi kebutuhan hidupnya sehari - hari dan juga biaya sekolah adiknya. Orang tuanya sudah tidak peduli lagi dengan Risa dan adiknya, mau tidak mau sekarang Risa harus kuliah sambil bekerja, kemarin saja Risa mendapat panggilan karena dia belum membayar biaya semester jadi Adel suruh pakai uang Adel dulu biar Risa bisa tetap lanjut kuliah, Tidak apa - apa kan Bun?"

"Tidak apa - apa Sayang, selama kita bisa membantu lebih baik kita yang membantu. Jangan sampai Risa merasa di dalam hidupnya saat ini tidak ada yang peduli dengan dia," Jawab Bunda Adel dengan senyuman di wajahnya.

"Ngomong - ngomong kenapa Adel di suruh pulang ke rumah Bun?" Tanya Adel kembali ke tujuan awal dia datang ke rumah besar yang sudah lama Adel tinggalkan ini.

"Memangnya kamu tidak merindukan bunda? Bunda ini punya anak tapi seperti tidak punya, kalau diminta untuk datang dan melihat bundanya selalu saja ada jawabnya," Gerutu bunda Adel dengan bibir cemberut.

"Ish, kenapa Bunda jadi melow seperti ini? Bunda lagi dapet ya?" Tebak Adel hati - hati.

"Kamu ini! Memangnya bunda tidak boleh sedih? Bunda harus tertawa setiap hari, begitu?"

"Ya Allah Bun, gitu saja marah?" Tanya Adel sambil memeluk tubuh langsing bundanya, berusaha merayu wanita berhati lembut ini dengan pelukannya.

"Bunda marah pokoknya, kamu sudah melupakan bunda. Mentang - mentang sudah memiliki calon suami, kamu jadi melupakan bunda. Ini masih tunangan, bagaimana menikahnya nanti? Pasti sudah tidak lagi ingat kalau masih mempunyai orang tua."

Adel meringis, bundanya benar - benar terlihat marah dan kesal. "Memangnya siapa yang mau nikah sih Bun? Adel masih mempunyai banyak keinginan sebelum menikah yang belum tercapai."

"Keinginan apa lagi? Jangan macam - macam kamu ya, kamu tugasnya hanya menikah dan kuliah. Kuliah kamu sebentar lagi juga sudah selesai, mau alasan apa lagi?"

"Adel masih ingin menghasilkan uang sendiri, Bun. Adel ingin sukses sebelum Adel sibuk dengan keluarga kecil Adel nantinya," Jawab Adel memberi alasan.

Terlihat bunda menghembuskan nafas berat, jelas sekali di wajah tuanya kalau bunda sedang memikirkan sesuatu.

"Bunda memikirkan apa sih? Kenapa sepertinya Bunda sedang ada masalah yang sedang Bunda hadapi?" Tanya Adel memastikan.

Adel duduk di sebelah bundanya sambil menggenggam kedua tangannya erat. "Ada apa ini Bun? Bicara dengan Adel biar Adel tahu permasalahan yang sedang Bunda pikirkan," Ucap Adel memaksa.

Bunda melihat ke arah Adel dengan tatapan teduh dan juga sangat dirindukan Adel, wajah bundanya membuat Adel ingin sekali mendekap erat tubuh bundanya dan tidak dia lepaskan lagi.

"Bunda tahu kalau Adel sangat penasaran dengan apa yang sedang Bunda pikirkan saat ini?"

"Pernikahanmu dengan Yusuf di ajukan atas permintaan Yusuf kepada ayah kamu."