"Alex!" Teriak Nathan yang datang bersama Nicholas dan Nayara.
"Dia ngalamin mati otak. Berdo'a aja biar sembuh," kata Bang Jay.
"Kenapa kalian nggak bilang dari awal?! Kenapa semua pada diem?!" Teriak Nicholas.
"Apa Lo semua pikir dengan cara gini bisa bikin Gue tenang?! Dari pagi tadi sampe malam tadi Gue khawatir! Dari Lo Lo semua gak ada yang dateng ke acara Gue!" Kini giliran Nathan yang berteriak.
"Nath, kalau kita ngasih tahu Lo, apa Lo bakal ninggalin anak sama istri Lo buat ke sini? Iya kan, kita tahu dan kita gak bisa egois Nath. Banyak rekan bisnis orang tua Lo yang bakal dateng, dan setelah kita ngasih tahu Lo yang sebenarnya Lo yakin mau dateng ke sini?" Tanya Reiga.
"Tapi seenggaknya...."
"Nath, bukan berarti Lo gak kita kasih tahu dari awal Lo gak penting bagi kita. Justru karena kalian semua penting, dan kita di sini gak bisa egois kita lebih milih nyembunyiin sebentar. Toh akhirnya kita tetep ngasih tahu 'kan?" Jelas Bang Jay.
Nathan dan Nicholas menganggukkan kepalanya. Benar apa yang dikatakan Bang Jay dan Reiga, justru karena mereka penting dan teman-temannya tidak ingin menghancurkan hari bahagia ini.
"Hao mana bang?" tanya Nathan.
"Ngambek dia pulang. Tahu lah sifatnya gimana gengsian," jawab Bang Jay.
"Nay, gak capek berdiri di sana mulu? Duduk gih sini," kata Putra sambil menepuk sofa di sebelahnya.
"Nggak, Gue gak mau jauh dari kak Alex untuk sementara," jawab Nayara.
"Dia bakal sembuh tenang aja," kata Putra.
"Persentase sembuhnya masih dibawah dua persen. Gue gak yakin kalo kak Alex bakal bertahan lama," kata Nayara.
"Ayolah Nay jangan kaya Hao deh Lo. Berdo'a Nay jangan ngeluh gitu," kata Reiga frustasi.
"Gue nggak ngeluh kan kak Rei? Gue cuma bilang gak mau jauh-jauh dari kak Alex," kata Nayara.
"Nangis dia Rei udah lah diem aja Lo biarin," perintah Bang Jay.
"Kak Alex..," lirih Nayara sambil meneteskan air matanya
Dua hari telah berlalu... Nayara dan Hao masih sibuk mencari tahu tentang keadaan mati otak selama itu.
"Orang yang mengalami mati otak tidak akan bisa kembali sadar atau bernapas sendiri, karena otaknya sudah tidak berfungsi. Otak yang telah mati juga tidak bisa lagi mengatur fungsi berbagai sistem organ tubuh. Dengan kata lain, orang yang mengalami mati otak bisa dinyatakan sudah meninggal."
"Anjir serem amat," kata Hao.
Hao dan Nayara memulai penyelidikan tentang mati otak bersama dari
pagi tadi. Berhubung ini hari sabtu, dan mereka berdua tidak ada kegiatan hari ini.
"Cara nyembuhinnya hampir gak mungkin ya Nay?"
"Hm'm, Huh ada-ada aja sih," gumam Nayara.
"Kalau Alex beneran pergi, gimana Nay?" Tanya Hao sambil merebahkan dirinya di atas matras yang ada di rumah pohon.
"Ya kita gak bisa ketemu sama kak Alex lagi. Dan misi kita gagal," kata Nayara.
"Realistis banget jawaban Lo," kata Hao sambil terkekeh.
"Harusnya kalian gak usah nunggu Gue sampe lulus buat liburan bareng kak Alex."
"Gak ada yang tahu ini bakal terjadi. Udah lah terima kenyataan aja."
"Woy! Ngapain Lo berduaan sama Nayara?" Tanya Christ yang tiba-tiba mengagetkan Nayara.
"Kak Hao ternyata diam-diam meresahkan ya," kata Karin yang langsung duduk di sebelah Nayara.
"Kaya gak tahu kak Hao aja Lo Christ!" Ucap Egi sembari tidur di sebelah Hao.
"Udah mulai penyelidikannya?" Tanya Andrew dan langsung membaca web web yang sudah dibuka Nayara bersama Hao tadi.
"Siapa yang jaga kak Alex?" Tanya Nayara.
"Ada Kak Nathan sama kak Nicholas," jawab Egi.
"Keberangkatannya kak Niko diundur ya Nay?" Tanya Andrew.
"Iya sampe nanti malem. Kalian semua ikut nganterin kan?"
"Iya lah, mungkin Bang Jay sama Mbak Andra yang bakal nemenin Alex," kata Hao.
"Urusan Lo sama kak Reiga udah beres?" Tanya Egi.
"Nggak tahu!"
"Dih, buruan selesaiin kak. Kasihan Reiga gak bisa tidur semalem," kata Egi.
"Sok tahu! Siapa juga yang gak bisa tidur karena dia?" Kata Reiga yang sudah berada di depan pintu.
"Ngapain ke sini kak? Katanya ada tugas kuliah," kata Egi.
"Suka-suka Gue lah mau ke sini kek nggak kek. Minggir!"
"Dih, kek cewek Lu dikit-dikit ngambek!" Kata Egi.
"Nik, siapin segala keperluan Lo sana buat nanti. Udah hampir jam Lo berangkat," kata Freya. Freya datang sebentar untuk melihat kondisi Alex.
"Nggak papa Fey, masih lagi tiga jam," jawab Nicholas.
"Kalian pulang aja gak papa ada orang tua Alex nanti," kata Bang Jay.
"Lo ngasih tahu orang tuanya Alex bang?" Tanya Nicholas.
"Mau gimana lagi? Anaknya sekarat gitu. Ya kalau dateng syukur kalo nggak ya gak masalah," jawab Bang Jay.
"Berarti gak pasti dong datengnya?" Tanya Nicholas.
"Udah gak usah dipikirin! sana siap-siap pamitan dulu sama Alex," kata Mbak Andra.
"Lex Gue pamit sadar ya Lo, awas kalau nggak! Udah ya," kata Nicholas.
"Mbak, Bang Gue duluan yah. Nanti sebelum ke bandara Gue ke sini lagi."
"Iya buruan sana, semangat ya!"
Nicholas pun pulang dan menyiapkan semua berkas penting yang diperlukan. Nicholas lalu kembali lagi ke rumah sakit dan di sana semua temannya sudah menunggu dirinya untuk mengucapkan perpisahan. Teman-teman Nicholas ikut mengantar Nicholas ke bandara kecuali Bag Jay dan Mbak Andra.
"Hati-hati Nik, jaga diri," kata Reiga lalu memeluk sahabatnya yang akan berangkat itu.
"Kak Nicholas jangan lupa kalo Gue selalu do'ain yang terbaik buat kakak," kata Karin dan diangguki Christ, Andrew, dan Egi.
"Semangat di Sana jangan lupa tujuan awal Lo ke sana mau ngapain," pesan Mbak Andra.
"Bener," kata Bang Jay.
"Iya iya, Kanaya sama Zayn do'ain om juga yah."
"Siap Om."
Mbak Andra pun mematikan telponnya.
"Nicholas hebat, ayy," ucap Bang Jay.
"Nicholas mah bibit unggul dia," Jawab Mbak Andra sambil tertawa pelan.
"Gila sih nggak nyangka Gue Lo bakal bisa kaya gini! Jaga diri," kata Putra.
"Gimana pun keadaannya nanti gak usah mikirin kita, biar kita yang ngatur. Lo fokus raih mimpi Lo aja," kata Hao.
"Iya iya Lo semua juga jangan lupa sama mimpi Lo," kata Nicholas.
"Nathan Lo nangis?!" Pekik Reiga.
"Apaan sih nggak!" Bantah Nathan.
"Nik! Kembaran laknat Lo nangis anjir bwahahah," kata Hao dengan tawa menggelegar.
"Gue bakal balik tenang aja. Jagain Nayara sama Freya," kata Nicholas laku memeluk kembarannya itu. Mereka berdua sama-sama menangis sambil memeluk masing-masing.
"Fey Gue berangkat yah, jagain ponakan Gue,"kata Nicholas.
"Iya Lo jagain Raya di sana. Titip salam juga buat Raya," balas Freya.
"Nay, kakak berangkat yah?" Tanya Nicholas kepada adik perempuannya itu.
"Hmm," jawab Nayara.
"Sini peluk dulu. Gapapa Naya mau nangis silahkan, wajar kok nggak ada yang bakal ngejek. Do'ain kakak yah, kamu juga harus belajar yang rajin biar bisa meraih mimpi kamu ya?"
"Naya kesepian kalau gak ada kalian, Naya gak mau tinggal sendiri, hiks! By the way jaga diri kak," kata Nayara tanpa melepas pelukannya.
"Iya iya nanti kakak bakal sering telpon Naya, oke? Udah cukupin nangisnya, kita juga bakal ketemu tahun depan. Atau nggak Naya mau mampir ke rumah kakak di Jepang juga boleh," kata Nicholas.
"Niko ayo nak buruan masuk, udah mau berangkat pesawatnya," kata Sherina.
"Iya ma, Niko pamit yah?" Kata Nicholas lalu menyalimi punggung tangan ibunya.
"Iya, jaga diri ya nak. Jangan lupa rajin berdo'a dan jangan percaya sama siapapun! Mama selalu ngasih do'a yang terbaik buat kamu. Udah sana berangkat," kata Sherina.
"Iya, makasih Ma. Nanti kasih tahu papa langsung ya Ma," kata Nicholas lalu masuk ke dalam bandara.
"Gue pamit guys!" Teriak Nicholas dan langsung menaiki lift.
"Kalian tante traktir makan, gimana?" Tanya Sherina.
"Wah ide bagus tuh tan! Kuyy lah!" Kata Christ semangat.
"Kita berdua langsung pulang Ma. Kasihan si kembar udah malem. Gue duluan," kata Nathan.
"Yoi hati-hati!"
"Andrew gimana kabar mama kamu? Semenjak punya bisnis online jadi jarang arisan," kata Sherina.
"Iya Tante, mama sibuk banget akhir-akhir ini. Wajar lah masih baru masing anget-angetnya."
"Iya bagus dong kalo gitu. Terus keadaan.....Alex...gimana?" Tanya Sherina pelan.
"Ada orang tuanya di sana. Parah sih kalau mereka gak dateng," kata Hao.
"Kasihan ya Alex, karma kali sering mukulin orang di jalanan dulu," kata Reiga.
"Bisa jadi, dia orang gila," lanjut Egi.
"Hush! Ngawur banget kalau ngomong. Emang kalau temen biasanya sih gitu, yakan?" Kata Sherina sambil terkekeh.
"Bener tan, kita tuh temen aslinya Alex makanya berani ngatain dia. Kalau bukan gak bakal berani," kata Reiga.
"Tante gak salah milih kompleks. Coba aja tante tetep ngikutin kemauan tante untuk tinggal di kompleks lain, pasti gak bakal deh Nayara ketemu temen kaya kalian," jelas Sherina.
"Emang tante mau tinggal di apartemen mana dulu?" Tanya Karin.
"Ada di kompleks kamboja dulu, rumahnya besar lebih dari ini dan tempatnya menyatu sama alam. Tapi Nathan gak mau katanya gak punya temen. Ya emang sih di sana gak ada orang kecuali kita," lanjutnya.
"Dan kalau itu beneran terjadi, mungkin sekarang kita cuma sekedar orang yang tahu nama masing-masing," kata Hao.
"Hmm, tante mau pulang duluan yah mau lihatin Freya. Nanti kalian pulangnya jangan kemaleman loh ya," peringat Sherina.
"Okey tante hati-hati."
"Kalian senin ini mau UTS yah? Semangat loh semua!" Kata Reiga.
"Enak banget yang udah lulus gak perlu ulangan lagi," kata Karin.
"Justru malah pas kuliah Lo bakal lebih milih balik lagi ke masa sekarang. Banyak banget anjir Gue bawa bukunya. Abis ini mau ke perpus Gue, mau nyari referensi,"kata Hao.
"Bener bat, Gue aja gak tahu apa yang mau Gue lakuin," kata Reiga.
"Gimana? Mau langsung kuliah?" Tanya Putra.
"Nggak kak Nggak hehe," kata mereka terbata.