Vote sebelum membaca😘
.
.
Edmund menatap istrinya yang tengah berganti pakaian itu, dia tahu ada sesuatu yang slaah. Sikap Sophia berubah semenjak dia keluar dari kamar mandi di pesta itu. Tidak ada lagi cahaya mata bahagia, bahkan saat Edmund membuat lelucon dia hanya menanggapinya dengan senyuman tipis. Dan yang paling membuatnya jelas adalah, Sophia enggan menatap matanya.
"Apa yang terjadi?"
Kening Sophia berkerut, dia duduk di atas ranjang lalu menutupi pahanya dengan selimut. "Apa maksudmu?"
"Kau terlihat berbeda sejak tadi."
"Kenapa? Aku terlihat lebih cantik?"
Edmund tersenyum. "Kau memang cantik," ucapnya ikut duduk di hadapan istrinya.
"Katakan padakku, apa yang kau dengan di sana."
Sophia tersenyum kecil saat Edmund menggenggam tangannya erat, dia membalas tatapan biru safir itu. "Apa kau masih mencari keberadaan Sara?"
Tubuh Edmund menegang.
"Sudah kuduga," ucap Sophia melepaskan tangan Edmund yang menggenggamnya. "Kau berjanji akan memberikan kesetiaanmu padakku."
"Sophia, dengarkan aku." Edmund menahan tangan Sophia yang hendak menjauh.
"Aku memang mencarinya, tapi itu dulu. Sekarang aku tidak tahu keberadaannya, aku bersumpah."
"Simpan sumpahmu untuk Tuhan," ucap Sophia mencoba melepaskan tangan Edmund, tapi pria itu menahannya.
"Aku sudah bersumpah pada Tuhan akan bersamamu sampai maut memisahkan, Sophie."
"Lalu Sara?"
"Dia tidak lebih dari masa laluku," ucap Edmund terdengar frustasi.
"Apa kau masih mencintainya?"
Edmund terdiam, dia menundukan kepalanya. "Aku menyayangimu, Sophie."
"Tapi kau tidak mencintaiku, kau mencintainya," ucap Sophia memasukan kakinya ke dalam selimut. "Katakan dengan jujur, apa kau masih mencintai Sara?"
"Sophie."
"Aku mencintaimu, Edmund," ucap Sophie pada akhirnya, dia mengatakannya dalam satiu tarikan napas.
"Apa?"
"Aku mencintaimu, sangat," ucapnya menatap mata suaminya dengan penuh harapan, Edmund adalah pria pertama untuk Sophia. Dia selalu mejadi yang pertama, salah satunya dalam mengisi hati yang kosong itu. "Apa kau mencintaiku?"
"Aku menyayangimu, Sophia."
"Lalu siapa yang kau cintai?"
"Ya, memang aku masih mencintai Sara, tapi dia tidak lebih dari bagian masa laluku, Sophie," ucapnya mencoba meyakinkan istrinya, meskipun dia mencintai Sara, tapi Edmund tidak akan dan berusaha agar pernikahannya dengan Sophia tetap utuh. Demi anak mereka, demi kebahagiaan keduanya yang ingin membesarkan bayi itu bersama-sama.
"Kau tidak mencintaiku."
"Kau perlu waktu untuk berpikir secara jernih, Sophie, kau harus bisa membedakan mana masa lalu dan masa depan," ucap Edmund keluar dari kamar itu, dia ingin memberikan ketenangan pada istrinya untuk berpikir seorang diri.
Berbeda dengan pemikiran Sophia, dikiranya Edmund membencinya hingga meninggalkannya, dikiranya Edmund pergi karena muak mendengar ucapannya. Itulah kenyataanya, Sophia mencintai Edmund. Rasa cintanya semakin bertambah di setiap detiknya, di setiap Edmund memberikan perhatian dan perlindungan padanya. Apalagi sekarang dirinya telah diakui sebagai istri Edmund, rasa cinta Sophia lebih dalam dari lautan. Dia menjadikan Edmund sebagai tempatnya pulang, dia menjadikan bahu Edmund untuk bersandar. Hingga Sophia sadar, dia tidak mampu berdiri tanpa Edmund yang ada di sampingnya.
Malam itu, Sophia menangis sampai tertidur. Dia tidak menyadari, kalau Edmund memeluknya erat sambil mengecup keningnya penuh kasih saying.