webnovel

Obsession of Love

Adolescente
En Curso · 131K Visitas
  • 320 Caps
    Contenido
  • 5.0
    16 valoraciones
  • NO.200+
    APOYOS
Resumen

Thantopobia, membuat Vero terobsesinya pada seorang gadis bernama Kirana, bermula karena trauma yang dialaminya. Berawal dari cinta pada pandangan pertama, yang berubah menjadi obsesi dan overprotective. Akankah Vero berhasil membuat Kirana jatuh hati kepadanya? Dapatkah Kirana menerima kondisi Vero dengan segala keagresifannya?

Etiquetas
6 etiquetas
Chapter 1Insiden Tak Terlupakan

Tempat berhias lampu dekorasi berwarna gold, menghiasi sekeliling cafe bernuansa keluarga. Beberapa orang, terlihat berkumpul dan berbincang asik duduk di meja-meja cafe dengan anggota keluarganya. Ada beberapa kumpulan keluarga yang berada di cafe itu. Bahkan, karena saat itu adalah waktu berlibur, ada keluarga yang datang dari Negara lain, untuk menikmati waktu liburan bersama orang tersayang.

Hari itu, pengunjung cafe sedang begitu ramai. Sehingga membuat para pelayan cafe, sedikit kewalahan melayani pengunjung hari itu. Meskipun, cafe itu, tempatnya terpencil. Namun, cafe itu selalu ramai dikunjungi oleh penduduk setempat. Karena untuk ukuran tempat terpencil seperti itu, cafe ini adalah tempat terbaik untuk menikmati momen liburan hanya untuk sekedar makan bersama.

Musim dingin, musim dimana salju akan turun, adalah waktu yang orang tunggu-tunggu di Canada. Karena saat itu, bertepatan dengan hari libur dan akhir tahun. Tak terkecuali satu keluarga yang kini tengah duduk di salah satu meja cafe, dengan pernak-pernik khas perayaan ulang tahun.

"Sayang … sekarang kamu tiup lilinnya, ya?" ujar seorang wanita yang terlihat masih muda dan berparas sangat cantik, dengan kulit putih dan kornea mata yang berwarna kecoklatan, yang sedang memandang lekat-lekat putranya.

"Bunda, kenapa Vero harus meniup lilin ini?" tanya Vero kecil yang bertanya dengan tatapan polos.

Bundanya pun, tersenyum mendengar pertanyaan yang dengan polosnya dilontarkan oleh putranya yang saat ini sedang merayakan hari ulang tahun yang kelima.

"Vero-- sayang, kamu harus berdo'a sebelum meniup lilin ini, setelah semua do'a sudah kamu panjatkan pada tuhan, kamu boleh meniup lilin ini. Kemudian, semua do'a yang kamu panjatkan pada tuhan, akan dikabulkan." jelas Bunda Vero dengan sangat lembut, dan senyuman yang mampu membuat Vero merasa tenang meskipun, keadaan di cafe itu sangatlah ramai.

"Iya, Vero-- benar, apa yang dikatakan oleh bundamu. Kamu harus berdo'a dengan penuh keyakinan, agar do'a-mu dikabulkan." tambah laki-laki yang juga berada di samping Vero saat itu, laki-laki berpostur tubuh ideal, membuat semua mata tertuju padanya. Siapa lagi-- jika bukan Ayah Vero. Tubuh yang tinggi, besar-- sanggup membuat para wanita terlena. Untunglah, Ayah Vero bukan tipe pria yang mudah tergoda dengan rayuan wanita.

"Baiklah, akan aku lakukan. Tapi, aku ingin berdo'a sebanyak mungkin, agar banyak pula yang dapat terkabulkan." lagi-lagi dengan polosnya, Vero menjawab ucapan kedua orang tuanya.

Kedua orang tua Vero terkekeh mendengar jawaban yang Vero berikan. Namun, saat Vero mulai menutup matanya, dan menempelkan kedua telapak tangannya di depan wajah mungilnya, seraya memanjatkan do'a pada tuhan. Kedua orang tuanya, berhenti terkekeh, dan kini memandangi putra kesayangannya dengan tatapan kasih sayang.

"Aku mohon, buat ayah dan bundaku selalu sayang denganku, karena aku juga sangat menyayangi--,"

"Jangan bergerak, angkat tangan kalian semua!" tiba-tiba suara teriakan yang terdengar sangat menakutkan dari seorang laki-laki yang mengenakan pakaian serba hitam menggema di ruangan cafe yang tadinya riuh dengan obrolan-obrolan keluarga.

Seketika semua pengunjung cafe di sana, mengalihkan pandangan pada dua perampok yang datang dengan menodongkan senjata yang mereka pegang.

Cafe yang tadinya riuh dengan riuh orang-orang yang bersuka cita menikmati momen kebersamaan dengan keluarga itu pun, kini mendadak berubah menjadi mencekam. Semua orang tampak mengangkat tangannya dan terdiam menuruti perintah perampok itu.

"Kedua orang tuaku." suara lirih Vero yang masih memejamkan matanya terdengar oleh kedua orang tuanya yang sudah lebih dulu mengangkat kedua tangannya menuruti perintah perampok itu.

Bunda Vero segera membungkam mulut Vero dengan satu tangannya, membuat Vero langsung membuka kelopak matanya secara perlahan. dan kini, setelah membuka kelopak mata dengan sempurna, Vero terlihat menunjukkan ekspresi bingung, karena semua orang yang berada di cafe itu nampak mengangkat tangannya dan terlihat sangat ketakutan.

Vero sangat ingin mengajukan pertanyaan pada bundanya, namun, karena mulutnya yang dibungkam oleh tangan bundanya, membuat dirinya tak dapat berkutik.

"Tetap di tempat kalian masing-masing, jika ada yang berani pergi satu langkah dari tempatnya, akan saya tembak saat itu juga!" ancam perampok itu sambil terus mengarahkan senjata tajam berupa pistol.

Vero tak mengerti dengan semua ini, semuanya datang secara tiba-tiba. Sehingga membuatnya pasrah, dengan mulut yang kini dibungkam oleh bundanya.

Jarak antara meja Vero dengan perampok itu cukuplah jauh. Terlebih lagi, mereka duduk tak jauh dari pintu keluar. Membuat Ayah Vero memiliki ide untuk melarikan diri dari sana.

Ayah Vero, mengerlingkan matanya pada isterinya itu, sambil mengarahkan matanya menuju pintu keluar yang tak jauh dari tempat mereka duduk.

Bunda Vero pun, paham apa yang dimaksud oleh suaminya itu. Ia segera menganggukkan kepalanya.

"Vero, jangan berkata apa pun, ya? Kita akan pergi dari sini," bisik bundanya dengan mendekatkan mulutnya pada telinga Vero.

Sedangkan Vero yang mulutnya masih dibungkam rapat oleh tangan bundanya itu pun, tak dapat berkata apa-apa. Ayah dan bundanya, kini melangkahkan kakinya perlahan, sambil menuntun Vero perlahan, saat mereka rasa perampok itu sedang lengah, karena tengah menodongkan senjata mereka pada beberapa pengunjung cafe agar diberikan harta berharga milik pengunjung cafe itu.

Ayah dan Bunda Vero, sebentar lagi akan mencapai pintu keluar itu. Namun, saat itu juga, datanglah dua orang anggota polisi.

"Jangan bergerak!" teriak seorang anggota polisi yang kini berada di ambang pintu yang akan menjadi pintu keluar untuk Vero beserta orang tuanya.

Ayah dan Bunda Vero yang saat itu sedang berjalan jongkok sambil menuntun putranya pun, kaget. Karena, ia tak menyangka jika polisi akan datang secepat itu, di tempat terpencil seperti ini.

Ayah dan Bunda Vero langsung berdiri dari posisi berjongkoknya. dan Bunda Vero juga melepaskan tangannya, yang sejak tadi membungkam mulut Vero.

"Bunda, aku belum meniup lilinnya," ucap Vero dengan sangat polos, sambil memandang ke arah meja mereka tadi, dimana lilin berbentuk angka lima yang tertancap pada kue tart berwarna biru muda itu.

Dorrr … Dorrr…

Dua peluru melesat di dada Ayah dan Bunda Vero. Peluru yang ditujukan pada dua orang polisi yang membawa senjata tajam pula itu pun, malah melesat pada dua orang tak bersalah.

Vero yang melihat kedua orang tuanya memegangi bekas masuknya peluru di dada kiri atas mereka masing-masing yang sudah berlumuran darah segar itu pun, hanya bisa diam, dan tak dapat berkata-kata apa pun. Kejadian mengerikan itu, terjadi begitu saja, tepat di hadapan matanya.

Suasana di cafe itu pun, kini mendadak menjadi riuh. Kedua polisi tadi, langsung berlari mengejar perampok tadi. Sedangkan, beberapa pengunjung dan pelayan cafe itu, nampak mengerumuni Ayah dan Bunda Vero yang kini tergeletak tak berdaya di lantai.

"Ve-vero sayang … Vero harus jan-ji ya, pada ayah dan bunda. Ka-lo Vero akan menjadi anak yang kuat, kebanggaan ayah dan bunda--," ujar bundanya dengan terbata-bata, karena menahan sakit. Namun, kemudian bundanya langsung memejamkan matanya tak sadarkan diri, setelah mengucapkan kalimat terakhirnya itu.

Sedangkan ayahnya, sudah lebih dulu tak sadarkan diri dibanding dengan bundanya. Vero yang terduduk di depan kedua orang tuanya yang kini memejamkan matanya disertai dengan darah yang mengalir dari luka tembak itu pun, menangis sekencang-kencangnya. Ia beberapa kali menggoyang-goyangkan tubuh ayah dan bundanya. Namun, nihil-- tak ada jawaban dari keduanya.

"Ayah, bunda … jangan tinggalin Vero, Vero takut disini sendirian," teriak Vero dengan histeris, dengan air mata yang terus mengalir tanpa henti.

"Ayah … bunda … aku takut," Vero terus saja melontarkan kalimat itu, sampai pada saat ayah dan bundanya dibawa dan dimasukan ke dalam ambulan, untuk dibawa ke rumah sakit.

Sedangkan Vero, dibawa oleh seorang polisi wanita yang datang bersamaan dengan mobil ambulan.

"Aku tidak mau ikut denganmu, aku ingin bersama ayah dan bundaku!" teriak Vero sambil memukuli punggung polisi wanita yang berpostur tubuh sangat ideal itu.

Namun, apa boleh buat, saat itu juga Vero melihat ayah dan bundanya dimasukan ke dalam ambulan, dan dirinya tetap dibawa oleh polisi wanita itu, meskipun Vero sejak tadi meminta untuk ikut bersama kedua orang tuanya.

Malam itu, bersamaan dengan turunnya salju. Vero hanya bisa terus menangis. dan terus memikirkan bagaimana keadaan kedua orang tuanya. Kejadian yang tak mungkin terlupakan untuk seorang Vero yang harusnya menikmati momen bahagia di malam itu.

También te puede interesar

School of Persona

Bagaimana rasanya hidup sebagai remaja di tahun 2042-2043? Ditengah perkembangan zaman yang semakin pesat dan kompetitif? Mereka itulah yang disebut sebagai ‘Generasi Emas Indonesia 2045’. Berdirilah School of Persona (SP). Sebuah asrama yang dibangun sebagai tempat pembinaan kompetensi dan kepribadian para remaja SMA penerima Haikal Scholarship in Leadership (HSL). Penghuni asrama elit itu sangat heterogen, mereka dituntut untuk memahami berbagai perbedaan persona di dalamnya. Mereka memiliki sisi yang membanggakan, normal, hingga 'liar' secara bersamaan. Bukan kamuflase, itu hanya ukum tiga wajah; pribadi; keluarga; publik. Banyak persoalan, rahasia dan masalah muncul diantara mereka, lama kelamaan membesar, lalu meledak sebagai bom waktu. Lalu, mampukah mereka membangun diri sekaligus menghadapi tantangan besar generasi mereka itu? Unlock the answer by reading this story! ------ Halo, Readers! Selamat datang di novel keempat Aleyshia Wein. Konsep novel ini adalah Fiksi Realistik dengan sentuhan Literary Fiction. Meskipun demikian, sisi romantis akan tetap ada tipis-tipis, baik diantara para penghuni School of Persona, atau Adriana dan Haikal. Author menyarankan untuk terlebih dahulu membaca karya kedua Author yang berjudul 'Laboratory Doctor and Activist' untuk lebih dekat dengan karakter dan kisah Adriana Gerrie dan M. Faqih Haikal yang terbilang cukup filosofis mendasari berdirinya The School of Persona. Seperti biasa gaya bahasa akan cenderung teknis, dan beberapa istilah advanced akan dijelaskan dalam notes Author. Happy reading! Regards, Aleyshia Wein.

aleyshiawein · Adolescente
5.0
268 Chs

Sahabatku Kekasih Hatiku

Aira Salsabila gadis cantik dan menarik, anak kepala desa yang memiliki wawasan luas dan modern,bersahabat dengan Ihsan Airlangga,pemuda tampan yang pandai bermain musik,dan punya sederet keahlian, putra seorang dokter pemilik salah satu rumah sakit terkenal Cikarang. Persahabatan itu terjalin sejak mereka duduk dibangku Sekolah Dasar hingga sekarang. Ihsan memendam perasaannya cintanya sekian lama hanya untuk Aira seorang.Pemuda itu tidak mau memulai untuk mengutarakan isi hatinya,berbagai macam pertimbangan dan rasa sungkan pada sahabatnya. Kekhawatirannya terhadap gadis itu yang banyak disukai oleh banyak pemuda, membawa keberanian bagi dirinya untuk segera menyatakan cintanya pada sang "Tuan Putri kembang desa yang amat dicintainya. " I love you Aira" Alhasil cintanya tidak bertepuk sebelah tangan,gadis pujaannya itu menerima cinta Ihsan dengan tulus. " I love you too" Kemudian mereka menjalani hubungan jarak jauh antara Jakarta - Bandung "Long Distance Relationship" kata anak muda zaman now. Dapatkah mereka menahan rasa rindu yang menggelora,dan cinta yang membara? Apa reaksi dari Aira dan keluarganya, ketika tiba tiba Ihsan ingin menikahinya? Mampukah Aira dan Ihsan bertahan dalam hubungan jarak jauh tersebut?Apa saja yang akan mereka alami berdua???? Yuuuk ikuti terus kelanjutan cerita ini "Sahabatku,Kekasih Hatiku" pada bab bab berikutnya. Jangan lupa dukung terus novel ini dengan memberi power stone dan review yang baik, sebagai energi baru untuk author dalam menulis cerita ini. Selamat Membaca....... Kamila Qha

Kamila_Qha · Adolescente
4.9
178 Chs

FALLING IN LOVE

Khusus Dewasa!! "Mungkin Dia hadir di hatiku di awal perjalananku, tapi kamu hadir di akhir dari perjalananku hingga akhir hidupku nanti." (Aska Aliando) Berawal hanya karena sekedar candaan Karin, di sebuah kamar pasiennya di rumah sakit. Karin yang selalu jahil dengan tiap laki-laki yang baru di kenalnya. Karena di mata Karin, laki-laki semua adalah hidung belang. Yang patut untuk di permainkan. "Apakah kamu mau menjadi kekasihku?" Kata Karin dengan santainya. "Oke...aku mau menjadi kekasihmu." jawab Aska Aliando "Tapi ada syaratnya, kamu harus menyerahkan semua hartamu..apa kamu mau?" lanjut Karin dengan suara merayu. "Baik,..aku setuju! tapi harus ada surat perjanjian kontraknya..jika kita bisa menjalani 6 bulan hubungan ini, maka semua hartaku untukmu." sahut Aska dengan serius. Perjanjian sudah tertulis dan sudah di tandangani masing-masing..bersamaan hasil lab Aska yang sudah keluar. Aska di vonis Leukimia stadium 4. Dunia Karin berubah seketika, ingin dia membatalkan perjanjiannya namun takdir mengharuskan Karin di samping Aska. Mampukah Karin bertahan dengan hubungannya tanpa berdasarkan cinta?? Dan apakah Aska bisa bertahan dari penyakitnya..dan harus meninggalkan Karin beserta harta yang di berikannya pada Karin?? 'Jangan tinggalkan aku, aku mohon..kamu harus bertahan hidup untukku..jika aku harus bertahan untuk hubungan ini..kamu pun harus bertahan untukku..karena aku sudah jatuh hati padamu!! ( Karin Aadvantika )

NicksCart · Adolescente
4.9
529 Chs
Tabla de contenidos
Volumen 1
Volumen 2
Volumen 3
Volumen 4

valoraciones

  • Calificación Total
  • Calidad de escritura
  • Estabilidad de Actualización
  • Desarrollo de la Historia
  • Diseño de Personajes
  • Contexto General
Reseñas
gustó
Últimos
Daoist4wufd3
Daoist4wufd3Lv1
thearies24
thearies24Lv4

APOYOS