webnovel

Dia Muncul

Seseorang terpogoh pogoh pagi pagi sekali, orang orang belum ada yang bangun. Tuan Budhi kebetulan sedang patroli malam di desa itu.

Dia bertemu dengan pria itu. Meminta tolong. salah satu kakinya mengkerut, seperti korban korban mati sebelumnya. Tuan Budhi mencoba menolongnya. 

Orang itu tampak terguncang, bertingkah aneh.

"Tolong!. Tolong! Dia ingin memakanku" teriaknya terus menerus

"Tenanglah. Kau sudah aman disini" Ujar Tuan Budhi mencoba menenangkan.

"Dia memakan temanku..dia memakannya. Dia. Bukan temanku. Tidak. Temanku mati. Tidak"

"Tenanglah"

Tuan Budi berusaha menenangkannya. dia membawanya ke toko Herbal Sae. Dimana semua pengobatan lengkap disana.

kebetulan juga itulah yang terdekat dibanding harus membawanya ke istana. 

Bayu membuka pintu ketika Tuan Budhi mengetuk. 

Bayu seperti tidak tertidur sama sekali.

Bayu "Apa yang terjadi?"

Tuan Budhi "Kurasa dia salah satu yang selamat dari sekian banyaknya orang hilang"

Bayu "Masuklah. Akan kubuatkan sesuatu untuk menenangkannya"

Dia terus meracau entah apa yang dibicarakannya. Bayu menggunakan jarum akupunturnya untuk membuatnya tenang. Dan membuatkan teh herbal untuk menenangkan pikirannya.

Bayu "ada apa dengan kakinya" Sejenak setelah melihat kondisi mengerikan itu.

Tuan Budhi "Itulah yang harus kau cari tahu"

Bayu membuatkan sesuatu untuk kakinya. meski Bayu pun bingung apa yg bisa dia lakukan.

Tiga puluh menit berlalu Pria itu sudah tenang dan dia terpaku diam.

"Apa kau melihat sesuatu?" ujar tuan Budhi

Dia mengangguk.

"Apakah sebuah bayangan hitam yang besar?" Sela Bayu.

Dia mengangguk. Dia meminum lagi teh yang sedari tadi dia genggam.

"Apakah dia mencambukmu dengan lidahnya?"

Raut wajahnya semakin padam. Dia mengangguk.

"Mereka ada banyak. Kakiku dililitnya dan sebagian masuk ke mulutnya. Sakit sekali" pria itu menangis.

Tuan Budhi dan Bayu saling menatap meyakinkan diri. Ternyata memang benar ada hubungannya dengan hilangnya orang orang secara misterius.

"Aku datang bersama seorang teman dia habis di lumat mahluk itu." Air matanya mulai mengalir lagi

Mmahluk itu. kemudian berubah menjadi temanku, tapi sangat menyeramkan."

"Matanya merah. Seluruh matanya merah seperti darah. Dan darah pun mengalir dari matanya."

Bayu "mereka ada banyak?"

"Ada empat."

Tuan Budhi "Bagaimana kau bisa lari."

"Ketika sebelah kakiku di mulut mahluk itu. Sesuatu membuat nya mati. Aku tidak tau itu apa. Kemudian seseorang datang. Melompat dari langit. Sesaat setelah itu, mahluk itu menghilang seperti air."

Bayu "Seseorang? Seperti apa?"

"Perempuan, sepertinya aku pernah melihatnya entah dimana. Tatapan matanya tajam seakan ingin membunuhku. Akhirnya aku memberanikan diri berlari."

"Aku yakin dialah yang mengendalikan mahluk mahluk itu."

Bayu "dimana kejadian itu?"

"perbatasan menuju hutan. "

Tuan Budhi "Gunung Halimun?

Dia mengangguk. Semua membuat Bayu dan Tuan Budhi kembali menyatukan kepingan puzzle. Namun masih banyak kekurangan informasi.

Matahari sudah tinggi, pria itu pulang kerumahnya. Tidak jauh dari sana.

Tuan Budhi masih duduk di kursinya.

"Bayu, kau tidak tidak tidur lagi? ujarnya.

"Aku tidak bisa tidur paman, banyak hal yang mengusik kepalaku"

"Masalah ini semakin rumit"

"Benar..... Semakin rumittt.. dan aku masih  penasaran dengan apa yang terjadi saat itu"

"Memangnya apa yang terjadi?" Tuan budhi mengeluarkan cerutunya dan menyalakannya. 

"Banyak hal terjadi. Membuatku semakin tidak tenang. Aku seperti ingin berlari dan mengungkap semuanya"

"Berhentilah bicara omongkosong. Apa kau juga bertemu dengan mahluk itu?"

"Entahlah. Ku kira aku hanya bermimpi" Bayu bermain main dengan kursinya. Menengadahkan kepalanya keatas. Mengayun kursinya kebelakang. Dia selaku seperti itu jika pikirannya sedang kacau.

"Semua informasi yang ku dapat masih belum dirasa lengkap. Ku pikir ada hal yang lebih besar yang tidak bisa hanya kita yang hadapi." ujar Tuan Budhi.

Bayu menghela nafas panjang "sepertinya kita akan menghadapi perang besar sepanjang malam"

"Ku harap itu tidak terjadi"

-------

Beberapa hari berlalu, Bayu masih penasaran dengan siapa yg di temui oleh pria itu. Apakah itu bandit gunung? siapa yang mengendalikan mahluk itu?

Memang benar mahluk seperti itu pastilah ada yang memanggil. Pasti ada yg mengendalikan.

Jika tidak, tidak mungkin mereka muncul di dunia. Mereka bukan mahluk dari dunia ini.

Hari itu kemudian seisi pasar sangat gaduh. 

Pria itu beradu mulut dengan Tuan Budhi. 

Ketika Tuan Budhi mengambil hasil lukisan ke salah satu pelukis di dekat sana. Karena peristiwa herbal beracun Nurmala. Sampai satu tahun lukisan Nurmala tidak pernah di ambil dari si pelukis. Tuan Budhi ingin melupakan semua masalalu. Terutama rasa bersalahnya telah membuang Nurmala. Tapi pelukis itu tidak mungkin menyimpan lukisan yang bahkan bukan potret dari orang yang dikenalnya. Akhirnya pelukis itu mendesak Tuan Budhi untuk mengambil lukisannya.

Dia bertemu dengan pria itu. Namanya Tono. pak Tono kebetulan berpapasan dengan tuan Budhi. Pak Tono penasaran akan lukisan itu dan Tuan Budhi memperlihatkannya.

Tapi sesuatu tak terduga. Pak Tono meyakini bahwa wajah dari lukisan itu adalah orang yang di temuinya malam itu .

Semua orang gempar. Semua mencari alasan kenapa dia muncul. Semua membuat teorinya sendiri.

Mereka bilang, Nurmala membalas dendam atas kematiannya. Karena ternyata Ayu tetap mati meski Nurmala sudah tiada.

Ada yg bilang Nurmala bangkit dari kematian, dan menyangkut pautkannya dengan pembantaian keluarganya.

Ada yang bilang juga bahwa itu bukan Nurmala. Hanya siluman yang menyerupainya. Semua sudah menyebar luas.

Rasa takut warga ditambah dengan pengakuan dari pak Tono yg melihat Nurmala seakan menyimpan amarah.

Mendengar gosip gosip itu Bayu langsung berlari menghampiri tuan Budhi dan pak Tono yang masih mempertanyakan itu.

Pak Tono "Aku benar benar yakin melihatnya. Itu dia yang saat itu datang"

Tuan Budhi "Dia sudah tewas sejak setahun lalu tidak mungkin dia bangkit dari kematian"

Pak Tono "Tapi aku sangat yakin

Warga "Mungkin dia benar benar bangkit"

Warga "Kurasa dia balas dendam"

Warga "Bisa jadi dia kena kutukan dari arwah Ayu

Tuan Budhi "Semua hanya halusinasi, sudah. Bubar bubar"

Pak Tono yakin melihatnya, dan tuan budi meyakinkanya itu hanya halusinasi karena ketakutan.

Bayu mendengar semua itu tak banyak bicara. 

Tuan Budhi menatap Bayu yang beberapa saat lalu mendengar semua gosip itu.

"Bayu jangan dengarkan mereka. Mereka hanya ketakutan"

"Boleh aku melihat lukisannya?." ucap Bayu

Tuan Budhi menyerahkannya

"Bukankan dia sangat cantik? Mengapa dia dikatakan menyeramkan?" lanjut Bayu setelah melihat lukisan potret Nurmala. Masih mengenakan kebaya merah jambu dengan hiasan kepala berbunga.

"...."

"Bolehkah aku menyimpan ini?"

tuan Budhi mengangguk "Ya, tentusaja"

Gosip sudah sampai ke istana Mandalika.

"Hal semacam ini jangan sampai muncul ke ibukota, akan sangat meresahkan" tuan Wilis berusaha untuk meredam gosip itu dan berfokus pada mahluknya saja.

Namun tuan Wilis juga meyakini gosip itu sendiri.

Jika Nurmala benar benar masih hidup maka, sudah pasti dia bisa merebut giok itu darinya. Pikiran piciknya memperlihatkan kegoisannya