webnovel

Chapter 3 - Buku Pelatihan Mana #2

*Tring tring

Memasuki sebuah toko bel pintu berbunyi menandakan seseorang telah masuk, didalam toko terdapat banyak buku yang berjejer rapi, suasana ruangan cukup gelap karena sumber cahaya hanya berasal dari luar jendela.

Disana ada seorang nenek tua yang mengenakan jubah yang menutupi kepalanya, dia tersenyum kearah kami.

"Selamat siang"

Nenek tua itu tersenyum sambil memperlihatkan deretan giginya yang menguning.

"Selamat siang nak, ada yang bisa nenek tua ini bantu?"

"Halo nek, kami ingin membeli beberapa buku"

"Hohoho~ tentu, silahkan dipilih buku mana yang kalian suka"

Dibeberapa bulan kemarin aku telah membeli buku bahasa dan banyak buku sejarah dunia ini. Aku membelinya untuk mengetahui hal-hal yang ada didunia ini, sekarang aku memikirkannya, buku apa yang harus aku beli sekarang.

Wanita tua itu menatapku seolah-olah dapat membaca pikiranku dan dia tersenyum.

"Ah, bagaimana kalau nenek tua ini merekomendasikan buku Pelatihan Mana atau buku Pelatihan Aura"

Buku pelatihan mana? Itu adalah buku dasar untuk seorang Magician, sebelum menjadi seorang Magician kau harus bisa melatih mana milikmu terlebih dahulu.

'Kurasa aku ingin buku ini'

Merasakan tatapan Alen bersinar pada buku itu, Alea langsung mengalihkannya pada buku yang lain.

"Yah kurasa buku itu masih terlalu dini untuk Alen, apa kau punya buku cerita " Kisah Pangeran & Puteri Cantik" nek?"

'Oh tidak, dia sepertinya tau kalau aku ingin buku itu.'

"Aga aga aga aga" Alen berteriak sambil menunjuk ke buku tersebut.

"Alen, masih terlalu dini untukmu belajar mana." Ucap Alea dengan sikap penolakan.

'Ugh, pokoknya aku harus mendapatkan buku itu.' Alen berpikir keras, apa yang bisa dia lakukan untuk bisa membujuk ibunya.

'Huft, kurasa tidak ada pilihan lain, aku harus menggunakan teknik andalanku'

"Ma...ma"

Alen menatap ibunya dengan mata yang berkaca-kaca, air mata yang akan segera menetes dari matanya dan suaranya yang terbata-bata.

Memperlihatkan balita yang imut akan segera menangis karena merengek ingin sesuatu.

'Ugh' Alea mengalihkan pandangannya karena tidak kuat menahan keimutan Anaknya yang ingin sesuatu.

'Tidak Alea, kamu harus tegas kali ini. Terkadang kau tidak harus menuruti keinginan anakmu'

Alea memasang wajah penolakan, tetapi...

*Sad

"Mama..."

'Ngghhh... A-aku tidak bisa... Terlalu imut...'

"Huft, baiklah. Ibu akan membelikannya untukmu sayang"

'Yeah, berhasil. Hehe biasanya aku menggunakan teknik ini disaat-saat kritis seperti ini, yah aku tau ini memalukan untukku yang sudah tua. Tapi mau bagaimana lagi, sekarang aku hanyalah anak kecil'

"Aku akan membeli buku ini nek"

"Hohoho... Aku tau kau tak akan bisa menolak kemauan putramu. Aku akan memberikan buku Pelatihan Aura ini secara gratis, anggap saja itu hadiah dariku karena putramu sudah bisa bicara"

"Eh? Bicara?"

"Hmm? Bukannya dia tadi mengatakan "mama" padamu?"

"Eh... EEEHHHHHHH!!!"

Alea menatap Alen dengan perasaan terkejut bahagia.

"S-Sayang... Coba katakan sekali lagi apa yang tadi kamu katakan"

Alen juga terkejut, dia akhirnya menyadari bahwa tadi dia bisa mengatakan kata pertamanya.

"Mama..."

"Hngghhh" Alea tidak dapat menahan kebahagiaannya, padahal hanya satu kata yang Alen ucapkan, tapi dia merasa seperti surga telah memanggilnya.

"Nek, aku akan membeli buku ini"

Setelah membeli buku, dan belanjaan yang diperlukan sudah cukup, mereka segera kembali kerumah.

***

Sore hari...

Eden kembali dari misi berburu goblin, dia terlihat lelah namun juga senang karena perburuan kali ini menghasilkan lebih banyak uang, itu sepadan dengan jumlah goblin yang dia bunuh.

"Sayang, aku pulang" Sambil membuka pintu.

Alea menghampirinya dengan senyuman yang tidak luntur sejak pagi.

"Sayang kau tau... Alen... Alen kita"

"K-kenapa sayang? Ada apa dengan Alen?"

"Alen kita... Alen kita sudah bisa bicara"

"Benarkah?" Eden yang kala itu lelah kini kembali bersemangat.

Alea tidak bisa banyak berkata-kata, dia langsung menarik lengan suaminya.

"Ikut aku"

Mereka berjalan menuju Alen yang sedang duduk dikursi bayi. Tetapi... Pada saat Eden melihat anaknya dia terlihat seperti buah yang membusuk, seolah dia lebih kelelahan dibandingkan dirinya.

"Alen kenapa terlihat lesu sayang?" tanya Eden.

"Ah, tadi aku membantunya belajar mengucapkan beberapa kata, itu benar-benar menyenangkan"

'Menyenangkan? Sejak pulang dari pasar aku diminta untuk mengucapkan kata "Ibu" tanpa henti sampai tenggorokanku benar-benar kering saat ini'

"Papa~" melihat ayahnya, Alen mengeluarkan Aura keimutannya, dia ingin digendong oleh ayahnya. Biasanya dia jarang digendong oleh ayahnya, tapi karena dia sedang kesal pada ibunya, dia mencoba menghindar dengan cara mengajak bermain ayahnya.

Eden mengangkat tubuh kecil Alen "Woah, Putraku ternyata sudah besar, dia akhirnya bisa bicara, ngomong-ngomong ada apa sayang? Apa kamu ingin bermain dengan ayah?"

"Papa, Au cayang papa"

Kata-kata Alen membuat ayahnya bahagia, "Ayah juga sayang Alen" Eden mengecup pipi lembut Alen, dia merasa kebahagiaan ini bisa membuatnya melakukan apapun.

Namun lain cerita dengan wanita disampingnya, perasaan iri dan cemburu membuatnya mengeluarkan aura yang menakutkan.

"Alen mengatakan sayang?, Alen mengatakan sayang?, Alen mengatakan sayang?, Alen mengatakan sayang?"

Alea terus bergumam dan dengan cepat mengubah raut wajahnya.

"Alen~ coba katakan "Aku sayang mama"" kata Alea dengan penuh harap... Tetapi.

"Benci" satu kata yang keluar dari mulut Alen seperti suara halilintar yang menyambar bagi Alea, dia merasa dunianya telah runtuh.

"A-Alen..." dengan wajah sedih Alea sedikit berharap namun Alen memalingkan wajahnya ke tempat lain.

Mata Alea langsung menatap horor kearah suaminya, dia merasa ini semua salah suaminya.

"S-Sayang?" Eden bergidik ketakutan

"Bunuh? Bunuh? Bunuh? Bunuh? Bunuh?" Alea kembali bergumam cepat dengan suara pelan.

'Oh tuhan apa salahku?' Eden merasa ingin menangis.