Arion Pov
Aku menyandarkan kepalaku disofa dan membiarkan musik keras itu menghancurkan telingaku.
Aku sudah menjalani kehidupan seperti ini hampir empat tahun.
Kalian ingin tahu kehidupanku selama empat tahun?
Bekerja, bersenang-senang dan tidur.
Dan saat ini aku sedang bersenang-senang.
"bagaimana kalau kita keluar dari sini dannnn...." suara lembut dan menggoda ini terasa sangat menyakitkan ditelingaku.
Aneh?
Ya, karena otakku saat ini penuh dengan ucapannya beberapa hari yang lalu.
Dia bilang tidak kenal dan bertanya apa kita pernah bertemu?
Sialan!
Setelah mengejarku dan membuatku jatuh cinta kini membuangku hah?!
Wait.
Jatuh cinta?
Aku jatuh cinta dengannya???
"A... Kita... Hei...mau kemana?!" pekik gadis itu saat aku berdiri dengan frustasi.
"A!" jerit gadis itu saat aku menghempaskan tangannya dan membuat tubuhnya terhuyung kebelakang.
"A! Gue pacar lo!" teriaknya keras.
"shit!" aku berbalik dan melotot padanya.
"sejak kapan seorang Arion punya pacar hah?!" teriakku keras.
"ta-tapi A...kita..."
"dengar... Gue ga pernah merasa punya pacar... Dan elo juga tahu itu!" desisku kesal.
"kita melewati banyak malam bersama A... Apa itu ga ada artinya?"
Menangis?
Oh.. God, air mata buaya itu lagi.
"katakan... Apa yang elo dengar tentang gue dari temen-temen lo itu?"
Gadis itu yang selama beberapa malam menemaniku di club tersenyun dan menghapus air matanya.
"mereka bilang elo suka gue..." dia tersenyum lebar melihatku seraya menggelayut manja di lenganku.
Aku geleng kepala dan melepaskan tangannya.
"lupakan yang temen lo bilang... Berhubung istri gue udah balik gue harus jadi suami yang baik bukan?"
Ngelantur?
Iya, aku ngaco memang. Terlebih dengan kata suami.
Istri?
"istri?? Elo..."
Byyurrr!
Aku memejamkan mata saat siraman vodka itu membasahi wajahku.
"elo emang pria brengsek!" geramnya.
Aku hanya tertawa dan berbalik pergi.
Sangat menyenangkan bisa membuat wanita marah.
Stress ku sedikit hilang.
Sementara dibelakang sana gadis itu berteriak histeris dan mencaci makiku.
Menyebutku pria brengsek?
Terserahlah.
Toh kami melakukannya atas kesadaran sendiri tanpa paksaan.
Aku tak pernah menawarkan diriku pada mereka, mereka yang menawarkan diri padaku.
Brengsek?
Yahh, aku bukan pria baik. Setiap hari aku meniduri wanita yang berbeda kecuali satu minggu terakhir ini.
Aku mencoba menghindari perjodohan yang mommy rencanakan. Berharap tinggal dengan satu wanita yang sama bisa membuat mata-mata mommy melaporkan aku punya pacar. Tapi tidak, rencana itu gagal saat dia muncul.
Shit!
Kenapa juga dia muncul disaat yang tidak tepat?
Kenapa?
"hei...!" hardik seseorang seraya menepuk punggungku dan sesuatu yang dingin kurasakan menusuk perutku.
"itu untuk sikap sombongmu!" serunya seraya mencabut benda itu dan memukul wajahku serta menendang perutku hingga aku tersungkur.
Aku menyeringai dan mencoba mengenali siapa orang ini.
"hei...hei..." teriakan body guard cafe membuat pria dihadapanku ini menoleh. Menendangku sekali lagi dan pergi.
"shit...!argghhh..." aku meringis kesakitan.
"lohh... Mas Arion...." suara Braggy body guard cafe yang sangat kukenali itu terdengar panik.
"hallo...Ndan mas Arion kena luka tusuk! Siapin mobil! Cepat !" teriaknya pada Bondan teman sejawatnya.
"mas...sabar mas..." ucapnya menenangkanku.
"elo yang sabar Gy! Gue ga akan mati karena luka tusuk! Lo cari tahu siapa pelakunya!"
Aku mengernyit dan meraih handphoneku.
"lacak nomor gue! Jangan kasih tahu mommy!" begitu telfonku tersambung.
"..."
"jangan berisik kaya cewek!" ucapku kesal.
"...."
"shit!!!" umpatku saat dia tertawa disana.
-
Keenan Pov
Aku menguap entah ke berapa kali. Menunggu kakak tertuaku siuman.
"Arion!" pekik suara diiringi pintu yang dibuka.
Aku sempat melompat kaget dan melotot saat melihat mommy berdiri dan menghambur kearah dimana A berbaring.
Nah..bisa kacau sekarang. Aku melirik daddy yang berdiri melotot kesal kearahku.
"Kee... Ikut daddy!!" suara daddy terdengar horor.
Duhh, Arion yang buat masalah kenapa aku yang selalu kena sih?
Aku berhenti saat daddy berhenti berjalan.
"dad... Kee ga ikut-ikut! Saat A telfon saja Kee lagi nonton sama El!" bantahku.
"kamu yakin tidak menyembunyikan sesuatu dari daddy? Daddy tahu mommy menutupi sesuatu tentang kalian berdua...apalagi soal pertunangan A! Daddy..."
"maaf...permisi..." suara halus dan lembut itu membuat aku dan dad menoleh ke belakang.
Deg.
Jantungku seakan lupa caranya berdetak saat mataku bertumbukan dengan mata coklat itu.
Luka itu seakan kembali terkorek dan menganga lebar.
"Sonya..??" suara Daddy menarikku kembali kealam nyata.
Ini bukan mimpi, itu benar dia. Tidak mungkinkan daddy juga memikirkan Sonya? Bisa digorok mommy.
"eh.. Pak Rangga...." ucapnya kaku dan sama terkejutnya.
Aku menatapnya yang terlihat kikuk dan pandanganku jatuh pada bocah laki-laki dalam gendongannya.
Anak siapa?
Apa kali ini dia benar-benar sudah menikah?
Hell!
Yeahhh... Melihatnya berdiri beberapa langkah didepanku dengan bocah laki-laki digendongannya membuatku hatiku meradang.
Ini bukan hanya satu bocah laki-laki tapi dua.
Kembar.
Deg.
Kembar? Mungkinkah...
"siapa yang sakit Sonya...ini sudah hampir jam lima pagi..." ucap dad.
Aku menaikkan alisku. Benar juga, terlalu dini jika menjenguk orang sakit.
"mama.... Ayoooo...ayoooo.... Ken mau lihat Kee......" rengek bocah yang menggandeng tangannya erat.
"emmm... Maaf pak Rangga.. Anak saya rewel mau jenguk kakaknya yang sakit..." ucapnya bingung.
"ohh..." daddy bengong dan terkejut?
Astaga.
Daddy, harusnya yang terkejut aku bukan daddy.
Saat daddy menatapku terlihat jelas dimata daddy ada banyak pertanyaan.
Mungkin salah satunya begini.
"apa mereka anak-anakmu?"
"bagaimana bisa kamu melarikan diri dari tanggung jawabmu Keenan?!!"
Wait!
Aku bukannya tidak bertanggung jawab!
Tapi...
Tapi bisa saja itu bukan anakku. Bagaimana kalau Sonya sudah menikah.
"sa-saya bingung cari paviluin Anggrek dimana yaa..." dia nyengir.
"Sonya..."
"papa!!" jerit bocah yang tadi menarik-narik baju Sonya. Dia berlari ke arah sumber suara tadi.
"Om Rangga...." ucapnya kaget.
Aku menatap Daddy yang terlihat tidak senang.
Daddy kenal pria ini?
Tentu saja, dilihat dari cara pria itu memanggil daddy.
"siapa yang sakit Om? Tante Olin sakit ya?" ucapnya kawatir.
Kawatir?
Aku menaikkan alisku bingung.
"bukan! Arion yang sakit!" ketus daddy.
Heran.
Please deh, seseorang bisa jelaskan ada apa ini?
"ini....pasti Keenan ya..." ucapnya seraya tersenyum.
Bagaimana dia tahu?
"akhirnya kita ketemu...saya Segara... yang tinggal di rumah sebelah..."
Segara?
Rumah sebelah?
Eh...jangan bilang ini cowok yang suka ngirimin mommy makanan dan daddy cemburu?
Oh..God...
Pantas saja daddy langsung jutek ga jelas.
Aku tersenyum sepintas dan menjabat tangannya.
"papa...ayoooo jangan lama-lama....Ken mau liat Kee..."
Papa?
Mama?
Jadi mereka berdua sudah menikah?
Aku menarik nafas panjang dan tersenyum kecut.
Hidup ini aneh, kenapa aku harus bertemu dengannya dalam keadaan yang sama?
Kenapa aku harus bertemu dengannya saat selalu saja ada pria lain disampingnya?
Kenapa?
Kenapa juga aku masih menginginkannya?
Apa karena daddy?
Apa hal semacam itu bisa menurun?
Itukan tidak masuk akal ....
Kee...kau ini dokter kenapa percaya tahayul?!
"permisi dulu pak Rangga....maaf... Semoga Arion cepat sembuh... Ayo sayang..." ucap Sonya cepat.
Sayang?
Siapa yang dipanggilnya sayang?
Well, tentu suaminya itu.
"Sonya..."
Dasar mulut.
Kenapa juga mulutku mengucapkan namanya yang membuatnya berhenti.
"bukan... Kau tak perlu kawatir Kee..." ucapnya yang kemudian menarik tangan pria tadi.
Bukan.. Kau tak perlu kawatir Kee...
Kata-kata itu lebih mirip seperti, jauhi aku dan anak-anakku!
"shit!!" umpatku kesal dan menendang pot bunga dan berakhir pekikanku.
Plak!
Bonus dari daddy.
"beraninya kamu ngumpatin daddy hah?!" kini daddy melotot padaku sambil berkacak pinggang.
"jadi pria yang bertanggung jawab Kee. Daddy dan mommy ga pernah ajarin kamu jadi pria tak bertanggung jawab!" ucap daddy.
Daddy mengembuskan nafas kesal.
"kamu dan Arion sama... Apa kalian tidak lelah? Kalau memang cinta harusnya dipertanggung jawabkan! Bukan kabur!"
"dad..."
"Sonya-"
"dad..percaya karma ga?" potongku cepat sebelum daddy jadi lebih cerewet ketimbang mommy.
"daddykan dulu merebut mommy dari om Dave... Lalu apa mungkin sifat daddy itu nurun ma aku ya?"
Daddy melotot kesal padaku.
"apapun itu yang pasti kamu harus bertanggung jawab Kee. Kalaupun kamu mau merebut Sonya dari suaminya kamu harus bertanggung jawab pada kebahagiaannya..."
What?!
Daddy nih gimana sih?!
Bukannya harusnya dilarang anaknya mau berbuat hal yang tidak bagus ya? Ini malahan didukung.
"jangan sampai daddy juga menjodohkanmu sama seperti mommy menjodohkan A dengan..."
"maaf...paviliun Anggrek sebelah mana ya?" kembali percakapanku dengan daddy terhenti.
Seorang wanita cantik yang sedikit berantakan berdiri dengan kawatir.
Daddy menunjuk kearah kemana Sonya tadi pergi.
Aku mengernyit saat melihatnya. Wanita ini tampak berantakan. Sendalnya saja masih memakai sendal hotel. Bibirnya merah dan sedikit bengkak, sementara di lehernya terdapat bekas kiss mark.
Ishhh, dasar wanita ini ya.
"terima kasih..." ucapnya yang segera kabur.
"Agnez!"
Aku menoleh kearah sumber suara.
Tampak seorang pria yang berdiri tak jauh dari kami.
"aku benar-benar membencimu! Jangan ganggu aku lagi!" teriak wanita tadi histeris.
Woahhh... Rupanya ada syuting FTV disini ya?
Aku tersenyum geli.
FTV?
"mr. Cruise?" gumam daddy.