webnovel

Night King : Kebangkitan Sang Kucing Hitam

Pertemuannya dengan bocah delapan tahun membuat Lin Tian sadar, bahwa kekuatan tidak sepenuhnya bisa melindungi banyak orang. Sebaliknya, dengan kekuatan dan kekuasaan membuat orang-orang semakin menderita, terutama mereka yang lemah. Ketika Lin Tian hendak mengajak bocah tersebut untuk pergi, saat itu juga gerombolan Pendekar mengepung dirinya. Bocah tersebut tewas saat salah satu Pendekar menjadikannya dirinya sebagai tawanan. Lin Tian yang sudah dipenuhi luka itu akhirnya mengerahkan seluruh tenaga dan kemampuannya untuk membunuh semua pendekar tersebut. Lin Tian pun menghembuskan napas terakhirnya. Namun, ketika dia membuka matanya bukan Nirwana yang didapatnya, tetapi dunia yang jauh berbeda dengan masa lalunya. Takdir telah membawanya ke masa depan, lebih tepatnya di tahun 2022. Ribuan tahun hari kehidupan sebelumnya. Namun, pada kehidupan keduanya pun dunia tidak jauh berbeda dengan kehidupan pertamanya. Ketidakadilan masih meraja rela, bahkan lebih kejam dari yang pernah dilihatnya. Lin Tian tidak memiliki pengalaman apa-apa pada kehidupan keduanya. Akan tetapi, dia bertekad untuk mengembalikan kedamaian dunia. Mampukah Lin Tian mengembalikan senyuman orang-orang yang ada di sekitarnya? Akankah kehidupan barunya membuat Lin Tian menyesali kematiannya? Takdir apa yang akan Lin Tian jalani nanti? Siapkah Lin Tian mengetahui kalau orang-orang yang pernah ada di kehidupan pertamanya, hadir di dunia baru ini?

arayan_xander · Acción
Sin suficientes valoraciones
205 Chs

16. Awal Atau Akhir

Night king : Kebangkitan Sang Kucing Hitam

Chapter 16. Awal atau Akhir

Setelah dibujuk akhirnya Lin Tian mau juga untuk menjalani pemeriksaan. Perlu waktu yang tidak sebentar untuk bisa meyakinkan Lin Tian bahwa ini akan baik-baik saja. Akan tetapi drama pun tidak berhenti sampai di situ saja. Saat memasuki ruang pemeriksaan, Lin Tian pun memberontak. Tidak sedikit orang harus turun tangan menenangkan Lin Tian yang mengamuk.

"Aku tidak mau masuk ke sana ... Lihatlah benda itu akan memakan diriku!" teriakannya demikian seraya berusaha kerasa untuk keluar dari sana.

Semua orang dibuat repot, semua orang dibuat susah sampai akhirnya perawat pun mengambil tindakan. Tanpa Lin Tian sadari, dia menyuntikkan obat penenang agar Lin Tian tidak lagi mengamuk.

Lima menit berikutnya, barulah Lin Tian dapat dikendalikan. "Mengapa orang-orang ini terus saja memaksa diriku? Apa yang sudah mereka lakukan sehingga aku merasa ..."

Perlahan-lahan suara Lin Tian semakin menghilang bersamaan dengan dirinya yang mulai menutup mata. Tim Medis yang sedari tadi membantu menenangkan Lin Tian akhirnya dapat bernapas lega, setelah berjuang hampir tiga puluh menit.

Biarpun hanya tiga puluh menit, tetapi bagi mereka rasanya amat melelahkan. Apa lagi, Lin Tian memiliki tenaga yang besar sehingga perlu banyak orang untuk bisa menanganinya.

Lin Tian pun dipindahkan ke ranjang, tubuhnya direbahkan di sana dan Dokter pun menyarankan untuk mengikat tubuhnya agar ketika dirinya tersadar nanti, tidak langsung mengamuk.

Tim Medis yang membantu pun mengikuti permintaan Dokter tersebut dan tentunya dengan persetujuan dari Lin Pan dan yang lainnya.

Pemeriksaan fisik pun dimulai. Lin Pan harap-harap cemas dengan hasil yang akan diterimanya nanti.

Apakah benar Lin Tian mengalami amnesia seperti dugaan sebelumnya atau ada hal lain yang akan membuat mereka yang ada di sana terkejut?

Satu jam berikutnya. Lin Tian pun telah tersadar. Dokter memang sengaja memberi dosis rendah dalam obat penenang yang disuntikkan pada Lin Tian, agar obat penenang tersebut tidak terlalu berefek pada Lin Tian nantinya.

Hasilnya pun sudah keluar dan diketahui bersama kalau Lin Tian tidak mengalami amnesia atau hilang ingatan, seperti yang sudah diduga sebelumnya.

Mata Lin Pan seketika membulat, Lin Hua membuka mulutnya dan Lin Xiao menelan ludahnya sendiri. Ketiganya dibuat tercengang setelah Dokter membacakan hasilnya.

Sesungguhnya bukan hanya mereka saja yang dibuat terkejut, tetapi Dokter pun sama terkejutnya. Dia belum pernah menemukan kasus yang seperti Lin Tian ini.

"Kondisi otaknya baik-baik saja, tidak ada yang bermasalah pada syarafnya," terang Dokter itu seraya membaca kembali hasil pemeriksaan medis tadi.

Dokter muda itu bahkan sampai membaca ulang terus-menerus hasil tes tersebut. Namun, tidak ada yang salah dari hasilnya tersebut. Berarti kalau begitu, kesalahannya terletak pada Lin Tian sekarang.

Lin Pan pun langsung menjatuhkan pandangannya pada Lin Hua dan begitu juga dengan Lin Xiao karena keduanya tahu, yang terakhir bersama Lin Tian adalah Lin Hua.

Gadis itu yang selama hampir satu jam bersama Lin Tian di dalam gedung tentunya dia lebih banyak mengetahui apa yang terjadi pada Lin Tian.

"Sungguh, Ayah. Aku bersumpah, aku tidak mengetahui apa yang terjadi pada Lin Tian. Saat itu kejadiannya begitu sulit untuk aku gambarkan," kata Lin Hua.

Belum sempat Lin Pan bertanya, Lin Hua sudah lebih dulu berkata karena dirinya tahu betul bahwa Lin Pan saat ini menunggu penjelasan darinya.

"Lin Tian sempat pingsan sebelum para musuh akhirnya mengepung kami di gedung itu," lanjutnya menjelaskan.

Lin Hua berusaha mengingat-ingat kejadian di gedung beberapa saat lalu, yang di mana dirinya dan Lin Tian harus terkepung oleh banyaknya orang yang bersenjata lengkap.

Dapat dikatakan keberhasilan keduanya keluar dari gedung tersebut dengan selamat itu semua tidak terlepas dari faktor keberuntungan. Andai Lin Xiao tiba lebih lama lagi, maka mungkin saja Lin Tian saat ini hanya tinggal nama saja.

Setelah mendengar penjelasan panjang dari Lin Hua, kini pandangan Lin Pan dan Lin Xiao jatuh pada Lin Tian yang saat ini sedang berada di balkon rumah sakit.

Kedua tangannya tengah berpegangan pada pagar besi yang menjadi penghalang dirinya dengan dunia luar.

Lin Tian memandang langit yang ada di depan matanya saat ini. "Mengapa dunia ini jauh berbeda dengan duniaku sebelum ini?" tanyanya lirih, seraya memandang hamparan langit dengan awan putih di sana.

"Aku merindukan duniaku yang lama." Seketika Lin Tian merindukan kemauannya yang dapat terbang, berlari secepat angin dan dia juga merindukan pedang yang bertahun-tahun menemani harinya.

"Dewa ... Kau membawaku ke dunia yang seperti apa? Orang-orang di sini sungguh kejam. Mereka memaksa diriku dan membuatku tidak berdaya. Apakah itu yang disebut manusia?"

Lin Tian masih mengingat dengan jelas bagaimana dirinya yang dipaksa untuk mengikuti permintaan mereka, hingga akhirnya dia tidak sadarkan diri.

"Tempat apa yang sedang aku pijaki sekarang ini? Begitu tinggi? Lalu ..."

Saat ini Lin Tian berada di lantai sepuluh rumah sakit, terdapat dua puluh lantai di sana. Lin memandang sekitarnya dan mendapati gedung-gedung pencakar langit.

Ini adalah kali pertama Lin Tian melihat gedung yang berukuran tinggi. Namun, bentuknya tidaklah pantas untuk disebut menara. Lin Tian hanya beberapa kali melihat bangunan yang menjulang tinggi.

"Apakah bangunan ini sebuah kerajaan, tapi mengapa bentuknya berbeda dengan istana yang pernah aku lihat di beberapa kerajaan?" pikir Lin Tian.

Lin Tian mengira bangunan yang dilihatnya sekarang adalah kerajaan. Dia juga melihat ke arah bawah, ada benda lain yang bergerak cepat. Namun, bukanlah kuda.

"Ah, semua ini membuatku pusing. Mengapa aku harus terlahir ke dunia seperti ini. Ah!" erang Lin Tian penuh sesal.

Entah apa ini sebuah hukuman atau ke beruntung? Lin Tian merasa sangat sesak. Kepalanya pun kembali sakit, sangat sakit dan semakin sakit. Dia kembali memegangi kepalanya, keseimbangannya pun mulai goyah, tubuhnya pun lunglai. Lin Tian pun berteriak karena sakit kepalanya tidak lagi bisa dirinya tahan.

Lin Pan, Lin Xiao dan Lin Hua berlari ke balkon. Mereka langsung bereaksi ketika mendengar suara teriakan Lin Tian.

Belum sempat mereka sampai, Lin Tian sudah lebih dulu jatuh ke lantai.

"Lin Tian!"

"Kakak Lin!"

Teriak Lin Hua dan Lin Xiao dalam waktu yang hampir bersamaan. "Cepat! Cepat bawa masuk!" perintah Lin Hua.

Tanpa Lin Hua perintahkan pun, Lin Xiao tentu akan melakukan pertolongan untuk Lin Tian dan dibantu oleh Lin Pan juga.

Dokter segera dipanggil dan setelahnya Lin Tian pun menjalani pemeriksaan kembali. Akankah setelah ini Lin Tian sadar atau kondisinya semakin memburuk?

Lin Hua, Lin Xiao dan Lin Pan hanya bisa berharap yang terbaik pada Tim Medis yang menangani Lin Tian di ruangan sana.

Masih adakah harapan Lin Tian untuk hidup dan menjalani hari-harinya setelah ini dengan baik, atau kehidupannya akan semakin dipenuhi dengan masalah?

Mampukah Lin Tian menemukan jawaban atas pertanyaannya?