Night king : Kebangkitan Sang Kucing Hitam
Chapter 17 : Ingin Jalan-jalan
Tujuh hari telah berlalu sejak kejadian di rumah sakit itu. Lin Tian perlahan-lahan mulai beradaptasi dengan lingkungan sekitarnya dan selama itu juga Lin Tian tidak banyak beraktivitas seperti biasa.
Lin Pan juga meminta agar Lin Tian tidak terlalu sering berkomunikasi dengan orang-orang di sekitar sana. Dia juga berpesan pada Lin Hua dan Lin Xiao agar merahasiakan hal yang terjadi pada Lin Tian ke publik. Lin Pan hanya tidak ingin timbul pertanyaan besar di tengah-tengah masyarakat tentang penyakit yang Lin Tian derita.
Pokoknya Lin Pan tidak mau tahu, Lin Hua dan Lin Xiao harus mengawasi Lin Tian dua puluh empat jam. Lin Pan bukan ingin menghambat ruang gerak Lin Tian, tetapi dia hanya ingin melindungi Lin Tian.
Setelah tujuh hari kepulangannya dari rumah sakit, Lin Tian pun meminta pada Lin Hua agar mengajak dirinya jalan-jalan karena selama tujuh hari terakhir itu, Lin Tian hanya berbaring saja di kamarnya tanpa banyak melakukan aktivitas di luar ruangan.
"Baiklah, aku akan mengajak dirimu jalan-jalan, tapi ada satu syarat."
"Apa itu syaratnya? Aku harap syaratnya tidaklah sulit."
"Tentu saja tidak, tetapi aku tidak akan mengatakannya sekarang. Jika sudah waktunya, maka aku akan mengatakannya nanti," kata Lin Hua menutup pembahasannya, seraya menarik tangan Lin Tian.
"Ayo!" ajaknya langsung pergi menuju parkiran mobil.
"Kamu ingin mengajakku kemana?" tanya Lin Tian, masih tidak tahu tujuan dari ajakan Lin Hua.
Lin Hua pun mengerutkan keningnya, "Bukankah kamu sendiri yang sejak tadi meminta agar aku mengajakmu jalan-jalan. Lalu, kenapa kamu bertanya, aku ingin mengajakmu kemana?" timpalnya seraya membalikkan pertanyaan Lin Tian sebelumnya.
"Astaga, tadi aku yang memintanya, Ya. Lalu, kenapa aku sendiri yang lupa." Lin Tian menepuk keningnya baru menyadari bahwasanya dialah yang meminta untuk pergi jalan-jalan.
Lin Hua pun menggelengkan kepalanya, semenjak hari itu dia tidak lagi mempermasalahkan sikap Lin Tian yang sering lupa karena Dokter berpesan kalau Lin Tian akan lebih sering lupa dengan apa yang sudah dia katakan, atau lupa akan kejadian yang baru saja dia alami.
"Yasudah kalau begitu, Ayo!" Lin Hua kembali menarik tangan Lin Tian menuju parkiran yang letaknya ada di halaman belakang rumah.
Lin Tian pun tidak lagi banyak bicara ataupun bertanya. Lin Hua menariknya seraya berjalan dengan tempo yang cukup cepat. Lin Tian dapat mengimbangi setiap langkah Lin Hua.
Sepasang insan tersebut akhirnya sampai di area parkiran. Belum sempat masuk lebih jauh, Lin Tian sudah lebih dulu dibuat takjub dengan tempat yang dapat menyimpan banyak benda-benda besar itu. Benda besar yang dimaksud adalah mobil dan beberapa kendaraan bermotor yang juga ikut terparkir di sana.
Lin Tian membuka mulutnya lebar-lebar merasa takjub dengan apa yang dilihatnya. Lin Hua yang melihatnya pun dibuat gemas degan tingkat Lin Tian.
"Tutup mulutmu, nanti ada lalat yang masuk," kata Lin Hua seraya menutup mulut Lin Tian dengan tangannya. Lin Tian pun terkesiap ketika tangan Lin Hua menyentuh bibirnya. Ada getaran seperti aliran listrik yang tiba-tiba menyambar tubuhnya. Namun, untungnya itu tidak berlangsung lama.
Tanpa menunggu lama lagi Lin Hua berjalan lebih dulu menuju parkiran. Sementara itu, Lin Tian tidak bergeming, dirinya masih merasakan bekas sentuhan Lin Hua di bagian bibirnya.
"Ayo, jangan banyak diam! Tadi, katanya ingin jalan-jalan."
Panggilan Lin Hua menyadarkan Lin Tian dari lamunannya. Dia cukup tersentak kaget, tetapi berhasil mendapatkan kesadarannya kembali. Lin Tian pun akhirnya mulai melangkah, mengayunkan kakinya menyusul Lin Hua yang sudah lebih dulu pergi itu.
"Memangnya kita akan pergi kemana?" tanya Lin Tian penasaran. Sejak tadi dirinya merasa antusias karena sesaat lagi dia akan melihat dunia luar.
Tujuh hari terkurung di rumah, tanpa melakukan banyak aktivitas di ruang terbuka membuat Lin Tian merasa bosan dan ingin sekali melihat dunia luar. Itulah mengapa dia bersikeras dan merengek pada Lin Hua untuk mengajaknya jalan-jalan.
Lin Hua memang sempat menolaknya, itu semua demi keselamatan Lin Tian dan juga perintah dari Lin Pan untuk tidak mengajak Lin Tian keluar rumah. Namun, Lin Tian terus memaksa hingga akhirnya mau tidak mau Lin Hua pun menuruti kemauannya tersebut.
"Kita pergi jalan-jalannya dengan menaiki apa?" tanyanya kembali, seraya melihat-lihat sekitarnya. Ada sesuatu yang sedang Lin Tian cari, tetapi dia tidak bisa menemukannya di sana.
Lin Hua pun memilih diam, sebaliknya dia tampak asyik memilah satu persatu mobil yang menjadi koleksi keluarga Lin itu. Sekitar ada puluhan mobil yang terparkir di sana dan juga beberapa kendaraan bermotor juga terparkir rapi.
Lin Hua sulit menentukan mobil mana yang akan dirinya gunakan untuk mengajak jalan-jalan Lin Tian. Semuanya tampak bagus dan tentunya harganya juga sangat bagus. Ada yang menembus angka puluhan milliar.
"Lin Hua, jawab pertanyaan aku. Kita akan naik apa untuk pergi jalan-jalannya?"
Lin Tian pun mulai kesal sebab sedari tadi pertanyaannya tidak ada satu pun yang dijawab oleh Lin Hua. Gadis ayu bersurai panjang itu tidak bergeming dan memilih untuk acuh akan pertanyaan Lin Tian.
"Lin Hua!" Lin Tian menaikkan nada suaranya. Lin Hua tidak menoleh, dia hanya bergumam saja dan masih asyik mencari-cari mobil kesukaannya.
Lin Tian pun masih setia mengekor di belakang, sesekali dia berpindah ke depan. Akan tetapi, Lin Hua sama sekali tidak meliriknya, dia mengacuhkan Lin Tian seolah pemuda itu tidak berada di sana dan semua pertanyaan Lin Tian seperti angin lalu baginya.
Lin Tian pun akhirnya merasa bahwa harga dirinya telah diinjak-injak. Bagaimana tidak, dia sejak sepuluh menit terus saja mengikuti kemana pun Lin Hua berjalan, tetapi Lin Hua mengabaikannya. Lin Tian pun geram, kesal dan dia menghentakkan kakinya di lantai.
Sesungguhnya Lin Hua mengetahui bahwa Lin Tian saat ini sedang kesal, tetapi dia memilih untuk diam dan menikmatinya saja. Lin Hua berjalan kembali dan membelakangi Lin Tian yang terus mengoceh di belakang.
Ada gelak tawa yang coba Lin Hua sembunyikan. Biarpun dirinya mengacuhkan Lin Tian, sesungguhnya itu tidaklah benar. Lin Hua memang sengaja membuat Lin Tian kesal lebih dulu.
"Lin Hua!" Lin Tian pun berteriak di belakang, sementara itu Lin Hua menahan tawanya, menutup mulutnya dengan satu tangan.
Lin Tian mulai kehilangan kesabarannya, dia semakin kesal karena terus-menerus diacuhkan seperti ini dan marah karena diabaikan.
"Yasudah kita tidak jadi pergi. Lagi pula kau tidak benar-benar ingin mengajakku jalan-jalan bukan?" Lin Tian menggembungkan pipinya, seraya memajukan bibirnya membuat ekspresi wajah kesal agar Lin Hua mau memandang dirinya.
Belum sempat Lin Tian melanjutkan kalimatnya, Lin Hua sudah lebih dulu berkata. "Akhirnya ketemu juga!" pekiknya dengan antusias.
Lin Hua tampak senang, wajahnya berseri-seri ketika menemukan barang yang telah dicarinya. Lin Tian pun seketika merubah ekspresi wajahnya, menjadi cool seperti semula. Hal ini dilakukan karena dia yakin Lin Hua akan mengajaknya jalan-jalan setelah ini.