webnovel

Negeri Para Pembohong

Apa yang akan kau lakukan ketika bisa mendeteksi sebuah kebohongan? Faresta Haerz— remaja yang memiliki kekuatan supernatural yaitu mengetahui kebohongan dari setiap kata-kata seseorang. Faresta juga sebentar lagi akan masuk ke sebuah sekolah tingkat nasional. Sekolah Menengah Atas yang dikelola langsung oleh pemerintah, sistem serta peraturan sekolah itu juga unik dan mendapat sebutan "Surganya Para Pelajar". Sekolah yang bertempat di sebuah pulau buatan dengan segala fasilitas yang diperlukan pelajar. Selain sistem yg unik, sekolah itu juga memiliki banyak keringanan untuk para pelajar, seperti kebebasan berpenampilan, sistem belajar yang tidak terlalu ketat, fasilitas yang memadai, dan lain-lain. Faresta Haerz yang memiliki sebuah tujuan tertentu akan mulai masuk ke sekolah tersebut, sekolah yang disebut Surga Para Pelajar— SMA GARUDA. Konsep sekolah di sini terinspirasi dari Light Novel karya Shougo Kinugasa-sensei berjudul [Yōkoso Jitsuryoku Shijō Shugi no Kyōshitsu e] atau yang lebih dikenal dengan anime [Welcome To Classroom Of The Elite].

DameNingen · Ciudad
Sin suficientes valoraciones
18 Chs

Chp1: Day 1 (6)

Upacara pembukaan tahun ajaran baru telah selesai, penyambutan siswa baru oleh ketua OSIS juga telah selesai. Saat ini aku duduk di salah satu kursi di kelas 10 IPA3, di sisi kanan kelas barisan kedua dari depan, dekat pintu masuk. Posisi ini ditentukan berdasarkan absen, dan aku berada di absen ke 10. Sedangkan untuk Tio berada di bagian paling kiri barisan pertama, sayang sekali aku tidak bisa duduk dekat dengan dirinya.

Sekitar beberapa menit setelah aku duduk, datanglah seorang wanita muda dengan setelan kantor berwarna hitam sedikit abu-abu. Wajahnya sedikit akrab denganku, atau lebih tepatnya aku mengenal dirinya. Seorang wanita berumur 25-28 tahunan, dengan rambut sebahu dan proporsi wajahnya yang sempurna itu, sulit untuk melupakannya. Itu adalah kakak yang tinggal tepat di samping kontrakanku!

"Selamat pagi anak-anak, perkenalkan nama saya Audy Varelisya. Mulai hari ini dan 3 tahun ke depan, saya akan wali kelas kalian."

Tadi aku sudah curiga kalau kakak ini bukan pekerja kantoran, tapi tak ku sangka kakak itu akan menjadi wali kelasku. Ini akibat kesimpulanku yang terlalu cepat mengira kakak— maksudku ibu guru Audy Varelisya ini merupakan pekerja kantoran hanya dari pakaiannya. Lagi pula pakaian itu adalah seragam dinas para guru pada umunya, hanya warnanya saja yang berbeda.

"Baiklah, mari kita memulai ini dengan kata pepatah "Tak kenal maka tak sayang". Jadi pertama-tama mari kita perkenalan diri terlebih dahulu." Cukup mengejutkan, ibu Audy menyebut pepatah klasik yang hanya kubaca dari buku, ternyata masih digunakan sampai sekarang, ku pikir sudah dilupakan. "Baik!"

"Mari kita mulai." Ibu Audy menatap ke seluruh wajah murid yang ada di kelas ini. "Pertama dari kamu!" lanjut dia dengan telunjuk mengarah ke... He? Itu ke aku?!

Bersamaan dengan telunjuk kaka— ibu Audy, tatapan seluruh murid di kelas menuju ke araku. "Sekarang berdiri dan perkenalkan dirimu."

"A- aku?!"

"Iya. Apa kamu tidak lihat mengarah ke mana telunjuk saya?"

K- kenapa aku?! Bukankah saat perkenalan seperti ini absen nomor satulah yang pertama kali memperkenalkan diri, seperti di buku dan film yang sering ku lihat? Apa kaka— ibu Audy ini menyuruhku duluan karena dia mengenalku?

"B- bukankah absen pertama dulu bu? Kenapa saya?"

"Apa ada peraturan tertulis tentang itu?"

Peraturan tertulis? "Aku tidak tahu."

"Kalau begitu ibu memilih kamu untuk memperkenalkan diri terlebih dahulu."

Apa kak— ibu Audy ini ada dendam padaku? "A- ba- baiklah." Aku menyerah. Tidak ada gunanya mengajukan keberatan sekarang. "P- perkenalkan... Nama saya Faresta Hae-ws!" Sial, lidahku tergigit!

Agh... Padahal aku sudah berlatih selama 2 minggu ini, tapi ini terlalu sulit, penyakit anti sosialku belum bisa sembuh kalau seperti ini terus. Padahal pak tua itu sudah memberiku kesempatan ini!

"M- mohon maaf! E- nama saya Faresta Haerz, bulan depan umur saya akan masuk 16 tahun, hobi mendengar lagu, mata pelajaran paling disukai— ahh! Saya mohon maaf karena terlalu panjang lebar!"

W- wah... Aku merasakan tatapan aneh dari seluruh isi kelas ini. "Ya- yah... Baiklah, terima kasih Faresta. Semoga kamu bisa akrab dengan yang lain ya." Sudah berakhir. Sepertinya aku juga harus menyerah mendapat teman dari kelas ini.

"Baik selanjutnya...." Setelah itu, aku benar-benar tidak memperhatikan perkenalan dari teman sekelasku yang lain. Sampai pada akhirnya ibu Audy mulai membahas tentang sistem pembelajaran di sekolah ini.

**

Menurut penjelasan dari ibu Audy, sistem pembelajaran dan pengelolaan waktu di sekolah ini sama dengan sekolah pada umumnya, tapi sedikit lebih baik. Buku pelajaran akan diganti dengan tablet dengan alasan mengurangi penggunaan kertas, siswa mendapat uang saku bulanan berupa poin yang merupakan mata uang sekolah ini, kamar asrama yang bagaikan apartemen pribadi, fasilitas yang sangat mendukung seperti lapangan olahraga serta laboratorium khusus, dan sebagainya.

Jujur aku tidak terlalu tertarik akan hal itu, tapi penggunaan poin itu cukup menggangguku. Setiap individu akan mendapat 5jt poin setiap bulan, dengan 1 poin sama dengan 1 rupiah. Jika siswa perangkatan berjumlah 300, maka sekolah perlu mengeluarkan 1,5m setiap bulannya hanya untuk satu angkatan. Aku sungguh tidak tertarik dengan hal ini, tapi merasa terganggu! Apa yang para pengelola sekolah ini pikirkan dengan mengeluarkan dana sebanyak itu hanya untuk sebuah SMA.

Tapi ada sesuatu yang sedikit menarik perhatianku, yaitu sistem hasil yang diharapkan. Awalnya aku bingung dengan hal ini, tapi setelah dijelaskan lebih rinci, ternyata ini adalah hal yang cukup sederhana.

Dari apa yang kumengerti, para siswa akan disuruh memilih beberapa pilihan "hasil yang diharapkan" dari pihak sekolah setiap akhir bulan. Sebagai contoh, pada akhir bulan nanti aku diberi pilihan beberapa hasil yang diharapkan sekolah kepadaku. "Mendapat nilai di atas 90 saat ujian", "Menghasilkan rekor baru dalam lomba lari", aku disuruh memilih dua hal itu, jika aku berhasil memenuhinya, maka aku mendapat kebebasan seperti yang disebutkan dalam peraturan utama nomor 7. Apabila aku tidak berhasil memenuhi hasil yang diharapkan, maka aku tidak mendapatkan kebebasan yang dijanjikan.

Cukup sederhana dan terkesan tidak berguna, tapi bagiku ini cukup efisien. Tapi kata ibu Audy sendiri, penentuan pilihan yang akan diberikan oleh pihak sekolah merupakan hak prerogatif mereka, bahkan mereka melakukan evaluasi berdasarkan aspek apa saja masihlah membingungkan.

"Seperti itulah. Apa kalian mengerti?"

"Mengerti bu!"

"Terakhir, seperti yang kalian sadari, sekolah ini berada di luar jaringan telepon seluler. Jadi, untuk jaringan internet di sekolah ini menggunakan koneksi khusus yang diawasi langsung pihak sekolah. Jaringannya sendiri akan mulai aktif jam 6 sore nanti, sebelum waktu itu kalian tidak akan bisa menggunakan internet sementara." Dan dengan berakhirnya penjelasan dari ibu Audy, jam pertama yang berisi penjelasan singkat sistem sekolah ini juga berakhir.

**

Sekarang, apa yang harus ku lakukan? Menurut dari apa yang aku dengar, waktu paling bagus mendapat teman adalah saat hari pertama sekolah, tapi sekarang aku mengacaukannya. Tapi aku sudah memiliki beberapa kenalan seperti Tio atau kak— ibu Audy, jadi jika aku kesepian, mungkin bisa berbicara dengan mereka... Kuharap.

Ya walaupun begitu, aku yakin kalau setelah ini akan ada orang yang mengajaku berbicara. Aku yakin!

Jam kedua, pembagian emblem angkatan dan pemilihan perangkat kelas, tidak ada yang berbicara denganku. Jam ketiga, jam keempat, jam kelima, masih tidak ada yang berbicara denganku. Sekarang sudah pukul 4 sore, yang artinya sekolah hari pertama ini telah berakhir. Para murid di kelasku mulai meninggalkan kelas, tapi aku masih belum berbicara dengan siapa pun!

Tidak, tidak, tidak! Bahkan Tio tidak mengajakku bicara! Jika hari ini saja tidak ada orang yang mengajakku bicara, itu berarti kemungkinan aku mendapat teman nantinya akan semakin kecil... "B- bagaimana ini, apa perlu aku yang bicara duluan? T- tidak, itu mustahil."

Terlarut dalam pemikiran tak bergunaku, tanpa disadari ruang kelas tempatku berada sekarang sudah sepi. "Ah... Sial. Mungkin kehidupan sekolahku tidak akan bisa sesuai dengan khayalanku." Menggumamkan beberapa kata, aku langsung mengendong tasku dan mulai berdiri. "Sebaiknya hari ini aku pergi ke asrama baru, lagian tidak ada gunanya berdiam diri di sini."

S- sialan! Aku lupa memotret peta besar di depan sekolah untuk arah ke asrama. Sekarang aku berada di tempat yang aku tidak kenali, tempat yang benar-benar asing. "A- aku tersesat(?)"

Maaf keterlambatan update 1 hari sebelumnya.

DameNingencreators' thoughts