webnovel

Makan Bareng

"Capeekk!!" rengek Natasya. Tubuhnya berkeringat dan bajunya sudah sangat basah karena keringatnya, sudah hampir empat jam mereka berdua bermain basket.

"Idih, itu lemak biar goyang." Fatah melemparkan bola basket lagi kepada Natasya, untung saja gadis itu sigap menangkapnya lalu kembali melemparkan kepada Fatah. Natasya sudah tidak sanggup lagi.

"Udah, sumpah. Gue enggak kuat. Kek mau mati, dahlah mati aja. Capek jadi orang gendut." Natasya membaringkan tubuhnya di lapangan. Dia menikmati pemandangan awan senja yang berwarna jingga dengan indahnya.

"Nat, Donat! Heh Ndut! Ayo main lagi." Fatah mendribble lagi bola basketnya, tapi Natasya malah memilih menutup matanya menikmati terik matahari senja menghangatkan wajahnya. Pipinya sudah sangat panas karena permainan basket bersama Fatah.

"Lapeerr." Lima menit kemudian Natasya bangkit dan melihat sekeliling, kompleks ini memang sangat sepi, tukang somay atau bakso tidak ada yang lewat satu pun, padahal Natasya sudah sangat haus dan keroncongan perutnya.

Natasya menghampiri Fatah yang masih asik melakukan shooting, entah kenapa tenaga Fatah dari tadi tidak ada habisnya, Natasya memperhatikan beberapa senior datang dan mengenakan baju jersey basket SMA 5. Salah satu pemain terlihat berjalan dikelilingi oleh sinar, dari cara berjalannnya sudah terlihat dia adalah sosok gagah wibawa yang penuh dengan ketegasan.

"TAH! FATAH!" ucap Natasya setengah menjerit, matanya berbinar menatap lelaki itu.

"Apa Ndut?" Fatah menjawab tanpa melihat Natasya sama sekali.

"Itu, kak Rama!" pekik Natasya. Fatah seketika menghentikan dribblenya dan menatap ke belakang, segerombolan para pemain basket SMA 5 putra datang.

Rama menatap Natasya dengan tatapan membunuh, tapi sayangnya Natasya malah menatapnya berbinar dan kagum, rasa takutnya tertutup oleh besarnya rasa yang belum pernah ia rasakan seumur hidup. Fatah menepuk punggung Natasya, sedari tadi Natasya melotot dan menatap Rama, yang dia tanpa sadari tatapannya malah terlihat menantang Rama.

"Gendut? Woi!" ucap Fatah dengan nada tinggi, membuyarkan lamunan Natasya. Dia mengerjapkan matanya dan baru menyadari Rama berdiri tepat di depannya yang membuatnya semakin gugup.

"Bisa minggir?" ucap Rama pelan dengan menaikkan satu alisnya. Dia kesal berulang kali mengajak Natasya bicara tapi dia malah menatapnya dan diam tak bergeming.

"Mi-minggir?" Natasya menoleh ke sekitarnya dan bingung, dia baru menyadari kini dia berdiri di tengah lapangan.

Bugh. Tiba-tiba bola basket mendarat tepat di kepala Natasya, saat Deon passing ke arah Atha, tapi Atha tidak berhasil menangkapnya, malah mengenai Natasya. Tubuh Natasya limbung dan ambruk seketika.

"Astaga Gendut!" Fatah meletakkan bola basketnya dan menghampiri Natasya, dia panik menatap Natasya yang tergeletak tak berdaya.

Rama jongkok dan berusaha mengangkat tubuh Natasya, namun dia tidak kuat.

"Berat sumpah!" ucap Rama.

"Ya iyalah orang gajah diangkat, udahlah biarin aja, digeser aja badannya." Deon dan Atha mengangkat Natasya sebisanya, menggeser ke pinggir lapangan.

"Eh, tolongin temen lo ya, sadarin dia. Nih." Rama memberikan minyak kayu putih kepada Fatah.

"Iya kak," balas Fatah. Rama lalu kembali ke tengah lapangan lalu melanjutkan latihan bersama timnya.

"Gendut, bangun woi Ndut!"

Natasya lalu membuka sebelah matanya lalu melihat Fatah yang ada di depannya.

"Heh, panggilin kak Rama dong," ucap Natasya. Fatah terkejut dengan Natasya yang baik-baik saja, bahkan dia malah tersenyum genit.

"Yaampun, dahlah. Gue mau pulang." Fatah lalu bangkit dan mengambil tasnya.

"Fataaah tungguiin," ucap Natasya. Semua pemain basket senior menatap Natasya, terutama Rama. Dia keluar dari barisan dan berlari kecil menuju Natasya.

"Ini, minum. Hati-hati pulangnya." Rama lalu memberikan air mineralnya, sebenarnya air botol minum itu sudah dia minum sebelumnya, tapi dia tidak punya lagi yang baru. Dengan wajah sumringah dan berbunga, Natasya membuka tutup botol dan meminumnya langsung. Dia tersenyum sendiri karena membayangkan ini ciuman tak langsung.

Belum sempat Natasya mengucapkan terima kasih, Rama sudah kembali ke barisannya, melanjutkan latihannya yang tertunda. Natasya bangkit fan sedikit berlari mengejar Fatah. Terlihat sekilas wajah Fatah yang murung dan sebal.

"Tah? Fatah? Lo kenapa jadi ngambek sama gue sih?" tanya Natasya, dia merasa agak bersalah karena berpura-pura pingsan.

"Bukan, gue lagi kepikiran."

Natasya melihat tukang bakso yang baru saja datang mempersiapkan dagangannya di sore hari. Dengan semangat Natasya menarik Fatah dan mengajaknya untuk menyebrang.

"Udah, galaunya nanti aja, kita tanding makan bakso dulu. Kalau ini udah pasti gue juaranya!" seru Natasya.

Fatah hanya bisa melongo saat Natasya memesan dua mangkok bakso sekaligus, ditambah tiga gorengan serta dua kerupuk rambak bakso.

"Gimana lo mau kurus, makannya aja kaya begitu."

Natasya menutup telinganya dan tertawa menatap Fatah, dia melanjutkan lagi makannya, tingkah Natasya memang sangat lucu, gadis ceria yang selalu semangat soal makanan. Fatah sampai memperhatikan Natasya yang melahap semua makanannya, awalnya Fatah tak mau makan bakso, tapi karena melihat Natasya yang begitu lahap, dia jadi ikut lapar.

"Pak, baksonya satu."

Bapak penjual bakso itu mengangguk lalu memberikan semangkuk bakso.

"Enak banget emang Nat? Gue enggak biasa makan di pinggir jalan gini," ucap Fatah.

"Duh, ini mah enak banget. Pak pesen satu porsi lagi ya!"

Fatah hanya bisa melongo, ini sudah mangkuk ketiga. "Natasya ngidam atau doyan sih," batin Fatah.

"Lo tau enggak, gue lagi seneng banget!" ucap Natasya, dia lalu menyendokkan baksonya dan menyuapkan kepada Fatah.

"Lhah ngapain lo nyuapin gue? Nih gue punya bakso sendiri."

"Ini beda, bakso traktiran dari Aca, cepet buka mulutnya, Aaaaa."

Natasya menyodorkan sesendk bakso, dengan terpaksa Fatah mengikuti kemauannya dan membuka mulutnya, memakan bakso suapan Natasya.

"Nah gitu dong, lo tau enggak kenapa gue seneng banget?"

"Kenapa?" Fatah menyerngitkan dahinya.

"Ya karena gue abis ciuman enggak langsung sama kak Rama!!" ucap Natasya berbinar.

Seketika raut wajah Fatah cemberut dan masam. Dia meletakkan sendok baksonya.

"Ya, selamat. Gue mau pulang."

Fatah beranjak menuju halte di depan sekolah, tapi Natasya menarik kencang Fatah hingga mrmbuatnya terduduk kembali.

"Sayang baksonya, buat Natasya boleh?" tanya Natasya memelas. Entah kenapa wajah Natasya sangat lucu, membuat Fatah tertawa kecil.

"Boleh, tapi gue yang suapin." Fatah memberikan syarat. Tak terduga, Natasya malah mengangguk dan membuka mulutnya.

Dengan agak kikuk Fatah menyuapkan Natasya satu-persatu baksonya. Pipi Natasya menggembung karena bakso besar itu.

"Pelan-pelan makannya, dikunyah yang bener," ucap Fatah.

"Inhi udha dikumnyah," balas Natasya dengan bakso yang masih dia kunyah, Fatah tertawa melihat Natasya. Mereka baru saja mengenal beberapa hari, tapi entah kenapa rasaya Natasya satu-satunya perempuan yang bisa membuat emosinya reda dan tertawa kembali, susah rasanya marah kepada Aca yang sangat lucu dan menggemaskan.