webnovel

Teman Baru

Masa ospek telah Natasya lalui dengan perasaan yang sangat berat, meski begitu akhirnya dia bisa melewati itu semua, ada satu elaki yang menyita perhatiannya, kakak kelas tampan dan terkenal sekaligus ketua Osis, Rama Dharmawangsa. Nama itu yang selalu teriang di kepala Natasya, dia sangat mengagumi Rama yang tegas dan baik hati. Bahkan sampai sekarang Natasya menyimpan bungkus coklat berwarna pink pemberian Rama.

"Natasya! Sudah siap belum Nak?" Fahmi memanggil anaknya yang masih bersiap di dalam kamar. Natasya segera keluar dengan seragam putih abu-abunya.

"Sudah Pa, ayo berangkat!"

Natasya menggamit tangan papanya dan masuk ke dalam mobil. Biasanya mereka tak sempat sarapan bersama, Fahmi hanya memberikan uang saku kepada Natasya. Pagi hari di kota Surabaya sangat padat, dua menit lagi sudah waktunya Natasya masuk kelas, tapi dia masih terjebak macet. Natasya memilih turun dari mobil dan berjalan kaki menuju sekolahnya. Sekitar 100 meter lagi di akan sampai di sekolahnya.

Dengan sekuat tenaga Natasya berlari namun sayangnya gerbangnya sudah ditutup. Dia tidak sendiri, ada seorang siswa laki-laki di sampingnya dengan baju seragam acak-acakan membawa bola basket, dia juga terlambat. Natasya memperhatikan anak itu dan melihatnya dari atas sampai bawah, seperti anak nakal.

"Apa? Ngapain liat-liat?" anak laki-laki itu merasa risih ketika Natasya memperhatikannya.

"Kamu juga terlambat?" tanya Natasya.

"Menurutmu? Udah tau masih aja tanya, ikut gue sini."

Natasya memperhatikan name tagnya, tertera namanya 'Fatah Wijaya'. Tanpa bertanya lagi Natasya mengikuti kemana anak itu melangkah.

"Nih, lo bisa manjat pagar?" tanya Fatah.

Natasya menggeleng dengan cepat. Pagar setinggi itu mana bisa dia melompat.

"Duh, kamu sih gendut, susah gerak kan jadinya."

Natasya mendelik atas ucapan Fatah, lagi-lagi tubuhnya yang disinggung. Kalau saja Natasya kurus, dia juga tidak mungkin bisa melompati pagar itu.

"Yaudah, aku duluan."

Fatah mundur sebanyak delapan langkah lalu maju berlari dan melompati pagar, membuat Natasya tercengang, mungkin Fatah mengikuti karate atau sejenisnya, batin Natasya.

Kini Natasya sendirian berdiri di belakang pagar, dia juga tidak tau harus kemana. Gerbang depan utama sudah tidak lagi dijaga oleh satpam dan digembok rapat.

Natasya memilih duduk pada undakan batu besar di samping pintu. Tak lama dia mendengar suara gaduh di balik pintu belakang sekolah. Dia berdiri dan memperhatikan pintu itu, terdengar suara dentingan besi beradu. Pintu telah terbuka, muncul wajah Fatah disana dengan senyum bangganya bisa membobol pintu besi belakang sekolah.

"Nah, gini baru kamu bisa masuk. Yok masuk."

"Astaga! Kamu bobol gemboknya? Pakai apa?" Natasya menatap takjub kemampuan Fatah yang bisa membuka pintu gembok itu sendiri.

"Gue kan superman, punya mata laser." Fatah menyombongkan dirinya dan menunjukkan deretan gigi putihnya.

"Ha? Kok bisa? By the way, kamu kelas apa?" tanya Natasya.

"IPS kelas F, kalau kamu?"

Kini mereka berjalan mengendap-endap melewati lorong kelas, untung saja kelas F masih belum ada gurunya, dia segera memasuki kelasnya.

"Loh, kok kamu ngikutin aku?" tanya Fatah kepada Natasya karena kini mereka berada di dalam kelas yang sama.

"Aku belum bilang ya? Aku juga kelas F. Nih," Natasya menunjukkan bed kelasnya yang bertuliskan huruf F.

Fatah hanya mengangguk dan duduk di kursi paling belakang, Natasya mengikutinya dan duduk di sampingnya, bukan karena ingin sebangku dengan Fatah, tapi karena tidak ada lagi bangku kosong lainnya.

"Yaampun Ndut, kamu ngapain sih ngikutin aku?" tanya Fatah lagi.

"Ih! Siapa juga yang ngikutin kamu! Ogah! Nih di kelas enggak ada lagi kursi kosong."

Fatah mengedarkan pandangannya dan melihat sekitar kelas, memang benar ucapan Natasya jika tidak ada lagi kursi kosong selain di sampingnya. Fatah hanya mendengus sebal dan menelungkupkan wajahnya, berniat untuk tidur.

Hari ini guru tidak datang, namun digantikan dengan anak-anak OSIS yang membina mereka untuk menyiapkan pembelajaran. Mata Natasya langsung berbinar ketika melihat Rama melewati kelasnya.

Rama memasuki kelas F dan menulis sesuatu di papan, kedatangannya membuat seketika kelas hening, semua siswa ketakutan dengan Rama yang tegas dan galak. Dia menuliskan lagu hymne SMA dan Mars SMA Negeri 5, lalu dia membalikkan badannya.

"Hafalin!" ucap Rama.

Tapi Natasya malah mendengar kata 'Halalin' dan dia tersenyum sendiri menatap Rama entah kemana akal sehatnya.

"Natasya?" sapa Najwa yang duduk di depannya.

"Loh? Najwa? Kita sekelas ternyata?" tanya Natasya.

BUM!

Terdengar suara penghapus papan yang di lemparkan ke lantai dengan keras. Membuat semuanya hening seketika. Rama yang melemparkan penghapus itu ke lantai, pertanda dia sedang marah karena kelas gaduh.

"HAFALIN! KALIAN DENGAR KAN UCAPANKU? KALAU KALIAN ENGGAK HAFAL SAMA MARS SMA SENDIRI, BUAT APA KALIAN DISINI? KELUAR!" bentak Rama.

Suara Rama membuat Fatah terusik dan bangun dari tidurnya, dia menegakkan kepalanya, dan melihat Rama yang berdiri di depan kelas. Fatah berdiri, dan langsung mendapatkan tatapan tajam dari Rama. Tapi sebelum Rama mendatangi ke bangku Fatah, Natasya menarik kencang Fatah dan membuatnya duduk kembali. Natasya tersenyum kepada Rama dan dibalas memalingkan wajahnya.

"Duh, sakit tau kamu tarik!" ucap Fatah.

"Kamu ngapain mau berdiri?" tanya Natasya.

"Aku mau pipis, udah kebelet, emang gak boleh?" tanya Fatah polos, Natasya lalu meringis dan tertawa kecil, dia salah mengira, dia kira Fatah menantang Rama.

"Ya-yaudah pipis aja sana." Natasya menunduk malu.

"Awas kamu cegah aku pipis."

Fatah kembali berdiri dan ijin kepada Rama untuk ke kamar mandi. Natasya masih menunduk karena malu.

Rama menghampiri bangku Bima karena dia gaduh dengan Najwa.

"Mau aku hukum?" ucap Rama dengan tegas. Keduanya seketika terdiam dan kembali menulis.

Setelah keadaan kelas tenang, Rama memulai pelajaran dan mengajari mereka etika dasar siswa.

Kelas sudah usai, Natasya segera bangkit dan menghampiri Rama, berniat ingin mengucapkan terima kasih, tapi sayangnya saat Natasya mendekat, teman perempuan sekelasnya sengaja menginjak kaki Natasya, dan dia meringis kesakitan.

"Aduh!" ucap Natasya, dia menatap gadis itu, cantik, dagunya lancip dan matanya bulat.

"Makanya gausah sok deket sama kak Rama."

Natasya mendengus sebal, dia melihat anak itu berlari menghampiri Rama, entah apa yang mereka bicarakan.

"Sakit Ndut?" tanya Fatah. Natasya mengangguk dan memegangi kakinya.

"Kasihan." Fatah mengejeknya lalu keluar kelas, entah kenapa Natasya mendengar ucapan Fatah menjadi emosi, dia mengejar Fatah dan membuat Fatah ikut berlari, mereka menjadi kejar-kejaran melewati beberapa siswa yang berhambur keluar kelas.

"FATAH!" teriak Natasya. Fatah berhenti dan menatap Natasya.

"Udah larinya plis, capek." Natasya mengatur napasnya yang terengah-engah.

"Siapa juga yang ngajak kamu lari, aku mau main basket." Fatah lalu memasukkan bolanya ke dalam ring dan mendribbel bolanya.

Natasya mendekat, mencoba merebut bola Fatah dan berhasil, dengan cekatan dia memasukkan bolanya ke dalam ring.

"Wih, ahli juga ya." Fatah memuji kemampuan Natasya, meski tubuhnya gemuk tapi dia sangat cekatan melakukan dribble dan shooting.

"Mau temenin main basket sampai malam nanti? Tapi latihannya deket kompleks sebelah sekolah. Mau?" ajak Fatah.

"Kamu enggak pulang?" tanya Natasya.

"Males."

"Loh kenapa? Enggak dicari sama orang tua kamu?" tanya Natasya.

"Mama paling mau kencan."

Natasya menangkap wajah Fatah yang sedih, dia akhirnya setuju menemani Fatah bermain basket hingga malam, tidak peduli bajunya yang lusuh.