webnovel

My Slave, My Servant, My Daughter

kisah tentang Pak Sumi, seorang intel kepolisian yang berhasil membuka kedok rumah Bordil dan menemukan hal yang lebih buruk daripada PSK (Pekerja Seks Komersial) yaitu menemukan seseorang yang akan merubah hidupnya untuk selamanya. kisah tentang keluarga, masa lalu, dan ambisi seorang anak. Kisah tentang suatu keluarga kecil yang berperan besar dalam beberapa kasus skala nasional, masa lalu yang penuh dengan intrik, persahabatan, juga kengerian dan kekejian, serta ambisi seorang anak untuk mendapatkan kepercayaan, cinta dan kasih sayang... ah dan juga tubuh. Cerita akan berkutat pada Marie dan Pak Sumi, lalu orang-orang yang terdekat seperti Bu Rati (Istri Pak Sumi), Tiga anggota daun Semanggi (Clover), dan tokoh antagonis. Apakah Marie bisa mendapatkan apa yang diinginkannya? berakhir bahagia atau tidak, itu semua pilihan anda, pembaca. *Penulis sangat tidak menyarankan untuk dibaca oleh anak-anak tanpa pengawasan Orang tua. Isi konten dan konflik cerita sangat mungkin TIDAK SESUAI untuk anak-anak (atau mungkin sebagian remaja baru). dimohon kedewasaan pembaca. **pict source: https://www.trekearth.com/gallery/Africa/photo1403560.htm

Cloud_Rain_0396 · Horror
Sin suficientes valoraciones
102 Chs

Awan dan Nanda

Beberapa bulan setelah Marie mulai disekap di kamar, Awan menuju ke kota Gresik untuk menuju ke Sunandar. Butuh 3 jam perjalanan darat dengan mobil Pickup Mitsubishi L300 dari rumahnya ke Gresik. Ini adalah pertama kali bagi Pak Awan menuju ke toko barunya Sunandar.

Dia sampai disana. Kesan pertama yang dirasakan Pak Awan saat berada disana adalah sebuah kata-kata "Kau melakukannya sampai sejauh ini ya, sialan kau." Bukan tanpa alasan ia bergumam seperti itu.

Pak Awan masuk ke toko pakaian yang berlabel "Asy-syifa" itu. Dia datang melihat-lihat dan masuk ke dalam. Tak terlalu ramai atau sepi. Hanya seperti toko biasa. Banyak pekerja di tempat ini adalah perempuan atau mungkin saja tak ada yang lelaki, jika pak satpam tidak dihitung.

Pak Awan lalu bertanya kepada salah satu karyawati, dimana orang yang punya toko ini. Dengan ramah karyawati itu mengantarkan Pak Awan. Pak Awan kaget dengan perlakuan yang diterimanya, terlebih saat ini dia hanya memakai baju bekas partai PDI perjuangan dan tampangnya yang seperti gelandangan karena telah mengemudi selama 3 jam di tengah teriknya matahari.

Lalu sampailah dia ke tempat Sunandar. Sunandar masih seperti yang dulu. Tapi Pak awan kaget. Sunandar seperti orang lain sekarang. Pak Awan merasa dia tak mengenal lagi siapa orang itu.

"Oh Awan! Duduk saja dulu." Kata Sunandar.

"Ada yang harus aku bicarakan." Kata Pak Awan.

"Oh ya ada apa?" Tanya Pak Sunandar.

"Ini tentang anak yang aku temukan." Kata Pak Awan.

"Oh dia? Sudah lama sejak terakhir kali kau membicarakan ini." Kata Pak Sunandar.

"Aku tak akan berbasa-basi denganmu, bisakah aku letakkan disini anaknya?" Tanya Pak Awan.

Sunandar diam.

"Bagaimana? Hei kenapa denganmu?" Kata Awan karena Sunandar diam.

"Kan sudah Aku katakan jika kalau kesini jangan pakai masker, mukamu yang ganteng itu tertutup coba lepaskan dulu, baru kita bicara." Kata Sunandar.

"Berhenti bermain-main, tolong serius." Awan membuka maskernya.

"Aku juga serius. Tapi tetap saja... kalau tidak salah anak itu masih berumur 7 tahun ya." Kata Sunandar.

"8 tahun." Kata Pak Awan.

"ah ya, 8." Kata Sunandar.

Lalu salah satu karyawati masuk. Dia berkata jika ada masalah lagi dengan persediaannya. Sunandar berdiri dan bersiap mengecek persediaan.

"Hmm. Sekarang jam berapa?" Tanya Sunandar.

"Ha? Ee, jam 12 siang." Jawab Pak Awan.

"Kamu nanti malam kesini lagi saja. Sekarang silakan pergi dulu dari sini. Aku sedang sibuk." Kata Sunandar.

"...Iya." Kata Pak Awan.

"Terlebih lagi, jawabanku mungkin tak bisa memuaskan mu." Kata Sunandar terakhir sebelum meninggalkan ruangan.

Awan menyusul Sunandar keluar. Dia bingung pada orang yang telah lama dikenalnya itu. Apa yang membuat orang itu berubah cukup banyak dalam beberapa tahun ini. Pak Awan keluar dari toko.

...

Disisi yang lain, terjadi kegaduhan kecil diantara ternak Pak Awan. Untuk pertama kalinya, mereka berbeda pendapat. Namun, kali ini tak seperti biasanya. Masing-masing dari mereka saling mempertahankan pendapatnya. Hal ini adalah hal yang baru untuk mereka. Ini tentang Marie.

Berawal dari salah satu ternak yang bilang jika ia ingin bertemu Marie, ada yang melarang, tak mau tahu, ada yang berpikir jika itu ide yang buruk. Tapi masalah selesai karena Ratu dan Tari melerai mereka. Apalagi setelah Ratu pastikan kepada mereka jika Marie baik-baik saja di dalam kamar. Entah mengapa karena itu mereka semua merasa lega.

Mereka semua sayang Marie.

Bukan tanpa alasan Ratu berkata seperti itu. Tanpa diketahui siapa pun pada tengah malam saat Pak Awan sedang pergi untuk membawa bayi ke panti atau susu ke bank, Ratu selalu menyempatkan waktu untuk pergi ke depan kamar Marie. Alasan wanita itu menjustifikasi perilakunya itu adalah untuk mengecek Marie apakah dia baik-baik saja disana, di dalam kamar.

Seperti kali ini. Saat ini tak mungkin dilewatkannya untuk menjenguk Marie yang ada di dalam kamar. Namun, kali ini ada yang berbeda.

Jam 4 pagi. Sesaat setelah Pak Awan keluar untuk ke Gresik, Tak seperti Tari yang langsung tidur lagi, Ratu mengendap-endap menuju ke kamar Marie. Pak Awan berangkat pagi karena akan mampir ke Bank ASI terlebih dahulu.

Kemudian Ratu mendapati jika Marie tengah tertidur pulas. Dia hanya dan selalu melihatnya dari depan pintu kemudian ditutup lagi. Namun, kali ini, tak hanya sekali ia lakukan. Pagi juga begitu. Siang juga, Sore, sampai malam lagi. Namun ada yang aneh di kunjungan terakhirnya. Itu adalah ketiadaan Marie di dalam kamar. Marie tiba-tiba tak ada saat wanita paruh baya itu menengok dari depan pintu.

Kaget.

Dia melihat kesana kemari tak ada. Dia pikir Marie tak ada di toilet karena pintu toilet yang terbuka (di dalam kamar Marie ada toiletnya). Alhasil ia masuk ke dalam. "IBU!!" sebuah teriakkan dan pelukan yang datang dari belakang. Itu adalah Marie. Rupanya anak itu bersembunyi di belakang Pintu kamar. Ratu terkejut melihat kelakuan anak itu. Dia tak tahu apa yang harus dilakukan pada kondisi saat ini.

Malang bagi mereka. Tari melihat kejadian itu. Ratu tahu tari tahu jika ia dipeluk oleh Marie, jika ia masuk ke dalam ruangan yang tak boleh di masuki seseorang pun di rumah ini. Namun, mereka bertiga tidak tahu jika hal ini juga diketahui oleh Ara, ternak nomor 6. Dia tak menghampiri dan tak bersuara. Ia langsung berlalu kembali ke tempat tidurnya dengan seluruh badan bertutup selimut.

...

Malam menjelang Bagi Pak Awan. Dia kembali lagi ke toko Asy-syifa yang sudah tutup. "Mungkin Sunandar sudah gila. Aku disuruh kesini kembali saat toko sudah tutup? Yang benar saja." Batinnya.

Lalu semua berubah saat toko yang gelap itu menyala lagi lampunya. Nama toko itu tak terlihat saat malam, tak ada lampu yang menerangi nama toko itu. Tempat itu sekarang seperti toko lain dari pada sebelumnya.

Tanda tulisan "close' diputar menjadi 'open' kembali. Di sekitar area sepi orang. Jarang orang lewat di sini saat malam hari meskipun jika itu kang jualan bakso atau yang lain.

Pak Awan masuk ke dalam toko. Dia merasakan perasaan yang telah lama tidak muncul. Terakhir muncul saat dia di Amerika, di diskotek. Kemudian ia membuka pintu. Sesaat setelah itu Pak Awan berpikir jika toko ini tak seperti toko garmen Yang ada pada siang hari tadi.

Wanita memakai pakaian "kurang bahan" menyambutnya dengan sopan. Itu adalah wanita yang sama dengan wanita yang tadi yang juga menyambutnya. Lalu Pak Awan menanyakan dimana Sunandar. Lalu diantar ke tempat Sunandar.

Sunandar seperti orang lain saat malam hari.

"Ah Kau benar-benar datang lagi. Sini ikuti Aku." Kata Sunandar.

Pak Awan sama sekali tak tahu apa yang akan Sunandar lakukan padanya.

"Apa dia akan nge'gay' di tempat ini?" batin Pak Awan.

Bukan tanpa alasan Pak Awan berkata seperti itu, Sunandar baru saja membuka pakaian luarnya dan hanya menyisakan kaos putih tipis.

"Ah kau tahu alasanku kenapa kau ku suruh kesini lagi pada malam hari?" Tanya Sunandar.

Awan terdiam. Kemudian Sunandar menggeser lukisan kuda jantan di belakang kursinya.

"Ingat saat ku katakan padamu untuk membagi dirimu saat masih di Amerika? Aku melakukannya dan berhasil." Kata Sunandar.

Lalu Sunandar berjalan ke depan, keluar dari kamar. Awan mengikuti dari belakang.

"Ada tiga aku didalam aku. Saat ini aku hanya bisa menunjukkanmu kedua dariku." Kata Sunandar.

"Hei apa yang Kamu maksud?" Tanya Pak Awan.

Sunandar menepuk Awan di bagian bahu, lalu berkata,

"Tak mungkin aku jadi 'aku' yang kamu kenal saat siang. Tapi jika malam? Inilah aku. Nanda." Kata Sunandar.

Awan baru mengerti sekarang. Sunandar memaksakan dirinya sendiri untuk terpecah menjadi 3 kepribadian. Mereka semua berbagi satu tubuh. Bagaimana dengan ingatan mereka? Awan pikir mereka saling berbagi ingatan, tapi nyatanya tidak. Sunandar telah berhasil membagi dirinya secara sempurna kedalam tiga orang yang berbeda.

Mereka menuju ke ruangan belakang toko. Dia terbuka. Sunandar menunjukkan bilik-bilik tersembunyi tempat prostitusi. Mereka berdiri di samping pintu yang didalamnya ada beberapa ruangan lain remang-remang. Pak Awan bertanya tentang kegunaan tempat ini di dalam toko. Sunandar menjawab jika toko hanya menjadi alibinya. Lalu Dia balik bertanya pada Awan tentang apa yang membuatnya kemari. Lalu barulah Pak Awan mengatakan keperluannya.

Sunandar terdiam sebentar. Lalu tiba-tiba banyak lelaki berperut buncit yang datang. Masing-masing ditemani satu perempuan. Pak Awan menanyakan apa maksudnya itu? Dia juga bertanya apakah mereka (wanita) yang menjadi teman para pria buncit itu adalah para pekerja di tempat ini. Pak Awan mengiyakan. Di pagi hari mereka adalah karyawati dan di waktu malam mereka adalah pelacur. Begitu pula dengan karyawati yang selaku menyambut Pak Awan di depan pintu. Tiga kali Sunandar melihatnya, dia telah hafal persis muka dan parasnya.

Lalu Sunandar memberikan jawabannya. Dia berkata iya. Marie bisa tinggal disini.

Jawaban itu diberikan saat mereka keluar dari ruangan 'spesial itu'. Tapi Sunandar di waktu dekat tidak siap menampung Marie. Dia butuh waktu minimal 2 tahun dari sekarang.

Alasannya selalu membuat Awan geleng-geleng kepala. Tak pernah dibayangkan jika pak tua itu akan melebarkan sayapnya menjadi pemasok organ anak usia sekolah. Dalam waktu itu pula Awan harus menyanggupi syarat yang diajukan Nanda. Awan sama sekali tak habis pikir Nanda menyuruhnya berbuat hal gila seperti itu. Intuisi Awan merasa jika ini adalah sisi ketiga dari Nanda.

Syarat itu adalah Awan harus membuat Marie menjadi Lolita Slave Toy dengan terlebih dahulu memotong tangan dan kakinya sebelum dibawa kesini.