"Dear diary. Ahahaha, bahkan tak tahu apa itu 'dier dieri'."
"Kemarin aku diajak ibu keluar rumah."
"Hanya karena ini, aku sudah merasa senang. Aku tidak sabar untuk melihat-lihat seperti apa diluar... atau begitulah perasaanku waktu itu, ehehe."
"Ee, ternyata dunia luar itu sangat.. em, panas. Tapi-tapi Aku senang bisa di luar."
"Aku jalan-jalan dengan ibu. Tanganku digenggamnya erat, agar aku tak jatuh mungkin."
"Rasanya itu... hihi, hangat. Waktu itu aku bahagia. Tapi... aku sedih kemudian. Aku hampir saja tak bisa menepati janjiku pada ibu untuk tidak menangis."
"Aku sangat sedih saat ibu mau meninggalkanku sendirian disana. Dan ternyata dia memang meninggalkanku disana."
"Dia membuangku. Ini adalah kesalahanku sampai ibu sangat marah. Sebelum itu ibu juga memukulku dengan sapu. Aku pasti sudah menjadi anak nakal sekarang."
"Itu semua adalah pikiranku saat pertama kali saat ibu memutuskan untuk meninggalkanku."
"Sebenarnya aku sedikit membenci diriku sendiri. Karena mungkin saja aku tak sungguh-sungguh mencintai ibu. Aku sedih ketika ibu meninggalkanku, tapi kemudian Aku melupakannya. Aku melupakan ibu begitu saja seperti dia sebenarnya bukan siapa-siapa bagiku."
"Tapi-tapi, em... Aku tetap bersyukur. Aku senang bisa keluar rumah."
Marie tidak bisa menulis atau membaca. Walau kecil kemungkinan kalau disebut belum bisa. Ajaran Ratu pada Marie belum menyentuh taraf dimana Marie bisa membaca dan menulis. Marie tahu dan hafal semua alfabet tapi Dia tak sekalipun pernah menggunakannya.
Seperti sekarang, Semuanya adalah kata-kata Marie. Dia bermonolog sendiri bercerita tentang dirinya sendiri, dan mengingat-ingat lagi kejadian yang terjadi dan perasaan yang dialaminya saat itu. Singkatnya, Marie menulis buku catatan hariannya dengan berbicara. Seorang anak kecil yang disekap sendirian di sebuah ruangan ini sedang berbincang dengan dirinya sendiri. Entah Dia melakukannya untuk menjaga kewarasannya atau memang Dia sudah gila.
Buku catatan harian. Itu adalah sesuatu yang Marie temui pada orang yang dianggap ibunya, Ratu. Anak itu melihat Orang itu menulis pada malam-malam tertentu. Terkadang Marie melihat Ratu senyum-senyum sendiri melihat buku itu sembari menulis ceritanya.
"Jadi apa kau tahu, hei diriku dimasa depan? aku bertemu dengan banyak sekali anak-anak yang tingginya sepertiku, ada juga orang-orang besar seperti ibu. Aku jadi berpikir apakah suatu saat aku bisa setinggi mereka juga ya?"
"Menjadi tinggi itu menyenangkan menurutku. Orang yang tinggi itu bisa melakukan apa pun yang mau dia lakukan. Dia bisa mencabut padi, naik ke puncak pohon seperti kak Quora, ah aku jadi ingin cepat tinggi!"
"Kak Quora? hm, haruskah aku menceritakan siapa dia? baiklah-baiklah aku akan cerita."
"Waktu kami akan memetik buah ee.. 'jumbu'? Ah, iya jambu! Tanganku terlalu lemah untuk bisa naik ke atas. Nah terus Dia menawarkan bantuan untuk mengambilkannya padaku."
"Nah kan-kan, terus kan kakak itu kan badannya tinggi, jadi kan dia cepat naik ke atas. Itu namanya Kakak Quora."
"Sampailah Dia diatas. Lalu sesuai katanya, Dia menjatuhkan buahnya. Mau aku tangkap, tapi ternyata tangan temanku (yang lain) sudah siap berada di atas kepalaku. Jadi Dia yang dapat (buahnya)"
"Lalu entah kenapa setelah Dia tengok kanan dan kiri Dia tidak jadi memakan buah itu dan malah memberikannya padaku. Dia melakukan itu sambil memalingkan mukanya. Mukanya tampak merah. Hm, mungkin dia kepanasan?"
"Aku tengok ke atas (Marie menengok ke muka anak yang mengambil jambunya itu). Aku ambil buahnya. Aku tersenyum padanya. 'Terima kasih' begitu Aku katakan. Lalu Dia malah balik badan dan meninggalkanku. Aneh."
"Kemudian anak perempuan lainnya mulai mendekatiku (sebelumnya Marie hanya dikerumuni anak laki-laki) mereka berkata padaku jika buah yang terkumpul sudah banyak. Mereka menanyakan apakah Aku mau makan bersama mereka."
"Tentu saja Aku mau. Kemudian kami duduk di samping sawah. Kami memakan semua buah itu."
"Kalau dipikirkan lagi, itu sangat menyenangkan. Kapan ya Aku bisa bertemu mereka lagi?"
"Ah aku lu-" kata-kata Marie terhenti.
Marie berhenti mengoceh sendiri karena ada suara ketukan pintu. Marie menjawab,
"iya."
Marie mendekat ke pintu sambil membawa dua botol kosong. Lalu pintu dibuka sedikit dan dua botol air susu diletakkan di depan pintu, sedang dua botol yang kosong dibawa oleh orang itu. Kemudian pintu ditutup dan dikunci kembali.
Hari ini adalah hari ke-2 sejak Marie disekap tanpa alasan yang jelas. Semenjak hari itu Marie tidak pernah berbicara pada siapa pun. Bahkan jika itu Ratu. Cukup bagi Marie berteriak berkata 'ibu' atau yang lainnya untuk direspons oleh orang lain kemarin. Anak itu sekarang tahu sekeras apa pun ia memanggil orang lain, orang itu tak akan meresponsnya.
Ruangan isolasi Marie tidak gelap. Ruangannya terang. Terdapat kasur meja dan cermin, juga toilet. Marie disekap di salah satu ruangan di ruang bawah tanah. Kemudian Marie beranjak dari kasur dan mengambil ASI itu. Entah sekarang ASI siapa lagi yang sedang diminumnya.
8 tahun sudah Marie minum ASI tanpa makanan yang lain. Efek samping dari hal ini baru dirasakan Marie sekarang. Marie merasakan ada yang tidak benar pada tubuhnya. Itu karena ada beberapa nutrisi yang kurang bahkan tak didapatkan Marie selama Ia hidup. Selama beberapa tahun belakangan Marie sangat jarang ke toilet untuk BAB. Hal ini karena ASI yang diminumnya setiap hari itu tidak mempunyai kandungan serat. Tinjanya menjadi sangat keras. dan kadang kala Marie harus menahan rasa sakit perutnya. Sendirian.
Selain itu Marie juga menunjukkan tanda-tanda penyakit glositis (1) dan neuropati perifer (2). Tapi Marie selalu meminum habis minumannya itu tanpa tersisa. Marie menaruh botol kembali ke tempat dia mengambilnya.
"Karena ini sudah habis, Aku lanjutkan lagi."
"Sampai mana Aku tadi. Ah iya, Aku ingat. Lalu setelah itu Aku melihat banyak orang dewasa sedang di um... sawah. Lalu Aku juga ikut masuk ke dalamnya."
"Beberapa orang dan juga anak-anak yang lain melarangku masuk ke sawah, tapi Aku tetap melakukannya karena melihat mereka melakukan itu. Aku jadi ingin membantu mereka. Huh? Kau tidak percaya? baiklah, Aku memang ingin masuk sawah untuk bersenang-senang, hehehe."
"Baru satu langkah ku menginjakkan kakiku ke tanah berlumpur itu, Aku langsung merasakan sakit yang luar biasa. Aku berteriak. Rasanya sakit sekali, kakiku seperti tertusuk sesuatu dan terasa panas. Pokoknya waktu itu rasanya sangat panas. Aku pikir kakiku tertusuk sesuatu."
"Anak-anak yang lain kaget. Kak Quora menarik ku ke atas, ke pinggiran sawah. Aku didudukkan ke pelataran sawah lagi dan dilihat kakiku. Kata orang-orang aku terkena 'tomcat'. Tepat pada tempatku melompat itu ada kumpulan 'tomcat' disana. Kaki ku perih, rasanya sangat sakit. Aku melihatnya membengkak dan warnanya jadi merah"
"Aku sangat ingin menangis. Tapi tidak Aku lakukan. Karena aku sudah berjanji pada ibu, jika aku tak akan menangis lagi."
"Aku menahannya. Sesakit apa pun itu. Tapi tetap saja. Jika tidak karena tatapan mereka semua, aku tak akan menangis. Minimal, air mataku tak akan keluar."
"Waktu itu banyak orang yang berkumpul di sekitarku. Mereka semua penasaran kenapa ada kumpulan anak kecil sedang berkerumun disana."
"Ada yang bilang kaki ku sudah terlalu parah. Bahkan ada yang akan membawaku ke rumah sakit. Semua tampak cemas. Sampai kemudian ada orang tua yang berkata 'mana bengkaknya? Ah cuma sedikit ini, pakai minyak (t)awon sudah sembuh'. Anehnya, setelah itu kakiku tak sakit seperti yang tadi."
"Apa itu cuma lamunanku? Apa semua rasa perih itu hanya khayalanku saja? Tapi itulah yang terjadi waktu itu."
"Apa? Iya kau benar. Ahaha aku tak merasa sakit lagi setelah aku melihatmu. Sebenarnya apa yang sudah kamu lakukan?"
"Hm? Eksceng of laif? apa itu? Aku tak mengerti itu, Ah yang terpenting kenapa kamu bisa masuk ke sini? Bagaimana caranya kamu masuk dengan pintu yang sudah tertutup itu?"
"Kok kamu sekarang diam, ah kalau hewan kecil seperti kamu itu makannya apa ya? Huh? Apa? Rumput? Di sini tidak ada rumput loh, hm bagaimana jika Aku lempar Kamu keluar jendela saja."
"Tidak-tidak, Aku tidak kesepian. Tapi Kamu boleh kesini lagi kok. Huh? Kamu mau bersama ku terus? Emm ehehehe, ya tidak apa-apa kok."
Kata Marie yang berbicara sendiri dengan seekor belalang sembah. Entah 8 tahun hanya minum ASI telah membuat otaknya bergeser atau Dia memang sedang berbicara dengan sesuatu. Selama 8 tahun Marie di rumah, seperti anak yang lain, imajinasinya sangat tinggi. Marie biasa melihat sebuah pohon menjadi manusia, atau motif abstrak lantai yang menjadi lukisan imajinatif yang mewartakan suatu kejadian.
Tak hanya sampai disitu, Karena sangat kesepian, sebelum disekap seperti sekarang, Marie telah diam-diam berbicara dengan batu. itu adalah sebuah batu biasa di pekarangan rumah Pak Awan. Marie berbicara kepadanya, seolah-olah Ia akan menjawab pertanyaannya, seolah-olah Marie mendengar apa jawaban dari pertanyaan yang dilontarkan pada batu itu.
Hingga saat ini, hal itu terjadi lagi. Marie mulai berbicara pada Belalang sembah yang dilihatnya waktu berada di sawah.
.
.
.
.
.
.
Tapi apa benar seperti itu?
(1) Glositis adalah keadaan dimana permukaan lidah terlihat lebih halus atau licin karena bintil-bintil lidah (papillae) nampak menghilang akibat peradangan. (sehatq.com)
(2) Neuropati perifer adalah suatu kerusakan pada saraf perifer (saraf tepi) yang sering menyebabkan keluhan lemah, rasa baal atau nyeri, terutama pada tangan dan kaki. (honestdocs.id)