webnovel

My New Neighbour

Pernah bayangin gimana rasanya hidup bertetangga bersama mantan disaat kita sudah berkeluarga? Move on masih mungkin, tapi rasa didalam hati siapa yang tahu.. Lena harus berjuang mempertahankan rumah tangganya ketika Aris mantannya dulu pindah sebagai tetangga barunya di apartemen. "Bisa kalian bayangin 17 tahun menghilang dan kini dia menjadi tetangga baruku? Rasanya benar-benar nano-nano. Salting iya.. Baper iya.. Gak enak juga iya.. Jujur.. rasa bersalah dan penyesalan itu masih ada.." Lena Wijayanti Selamat datang didunia rasa yang membolak-balikkan hati! ***Awas Zona Baper Sebaiknya dibaca oleh kalian yang telah memiliki pasangan

Queen_BC · Ciudad
Sin suficientes valoraciones
254 Chs

Dia Kembali..

Saat Aris beranjak pergi dari tempat dirinya sebelumnya berbicara dengan Ryan, ada Shina disana.

"Sudah selesai memberikan penjelasannya?" tanya Shina sambil tersenyum

Aris pun menjawabnya dengan kembali memberikan senyuman padanya.

"Aku merasa lega sekarang.. Akhirnya, aku bisa menceritakan semuanya pada Ryan. Selanjutnya terserah.. apakah Ryan masih menganggapku sebagai orang ketiga atau rivalnya, aku tidak peduli. Yang penting aku sudah menjelaskan semuanya padanya.." ucap Aris bahagia

Saat itu, Shina.. sebenarnya dia mendengar semua percakapan Aris dan Ryan tadi. Semuanya.. terutama bagian dimana Aris sempat mengatakan bahwa dirinya menyesal telah membuat keputusan harus berpisah dengan Lena waktu itu.. Seandainya dia bisa kembali ke waktu itu, dia ingin merubah keputusannya..  Entah mengapa hatinya merasa sakit mendengar Aris berkata seperti itu. Dia merasa pria bodohnya ini bahkan sampai sekarang masih mencintai mantannya Lena.. hanya saja dia masih belum sadar akan perasaannya sepenuhnya.

Menganggap Lena hanya sebagai seorang adik atau saudaranya.. yang benar saja, mana ada yang seperti itu, pikir Shina sedih dalam hati. Hatinya terasa sesak saat itu..

Shina terlihat mengambil nafas panjang mengingat semuanya, hingga Aris pun yang berada disebelahnya kemudian bertanya padanya

"Kenapa?" tanya Aris

"Kau terlihat seperti sedang memikirkan masalah.." ucap Aris kembali

"Apa terlihat seperti itu?" tanya Shina berpura-pura bodoh

"Iya.. dari ekspresi wajahmu bisa mencerminkan semuanya." jawab Aris

"Benarkah? Kalau begitu kau harus berhati-hati Aris. Kau tahu aku ini seorang artis, aku bisa dengan mudah mengubah ekspresi wajahku ini.. Tidak semua yang terpampang disini itu menunjukkan kondisi emosionalku yang sebenarnya.." sambil Shina menunjuk ke arah wajahnya

"Kau jangan mudah tertipu.." ucap Shina kembali sambil tersenyum

"Kalau begitu, kenapa kau menarik nafas panjang tadi?" tanya Aris kembali

"Ohh itu.. tentu saja karena aku merasa lega. Aku juga turut senang mendengarmu telah berhasil membujuk Ryan dan menceritakan apa yang selama ini kau pendam.. Akhirnya, suamiku ini bisa juga mengungkapkan perasaan yang sebenarnya terhadap rivalnya itu.." ucap Shina tersenyum sambil mengeratkan rangkulan tangannya pada Aris

Aris terlihat tersenyum saat itu. Kemudian dia pun terlihat mengacak-acak rambut Shina sambil sesaat mengecup keningnya.

Sementara ditempat lain, dirumah Papa, terlihat Ryan telah berada disana. Saat itu dia baru menghidupkan handphonenya dan ada banyak nortifikasi disana.. salah satunya dari seseorang yang sangat dicintainya yaitu istrinya. Dia terlihat tersenyum saat itu. Dia membaca satu persatu pesan yang aku kirim sebelumnya, ketika aku tidak bisa menghubunginya sama sekali. Meskipun dia merasa bersalah terhadap sikap yang dilakukannya saat mengabaikan semua panggilanku, tetapi dia bersyukur bahwa ternyata aku masih tetap berada disana untuk menunggunya.

Tak menunggu waktu lama dia pun kemudian menghubungiku. Aku yang senang mendapatkan panggilan darinya, langsung berlari keluar untuk menemuinya. Aku menangis haru sambil memeluknya erat. Aku senang sekali melihatnya ada disini.

"Ya Tuhan, terima kasih telah membawanya kembali padaku dan dia baik-baik saja.." ucapku bersyukur dalam hati

Kemudian Ryan,

"Ya ampun Sayang.. Kamu nangis?" tanya Ryan sambil mengusap air mataku dipipi

Benar saja, aku justru tambah menangis dan kembali memeluknya saat itu.

"Sudah ya.. sudah Sayang.. cup cup cupp.." Ryan berusaha menenangkanku layaknya aku ini seorang anak kecil

"Maaf.. Maaf selama ini aku mengabaikanmu Sayang. Maafkan aku.." ucap Ryan kembali merasa bersalah

"Aku hanya tidak tahu bagaimana aku harus bersikap.. Aku memang belum siap untuk menghadapi semua permasalahan ini.. Oleh karena itu, aku mengabaikan semua panggilanmu. Maafkan aku Sayang.." ucap Ryan kembali merasa bersalah

Aku masih menangis saat itu dipelukannya, hingga tiba-tiba Ryan berkata

"Oh iya, gimana kabarnya juniorku.." sambil Ryan memegang perutku

"Kamu kok gak ngomong-ngomong soal ini ke aku sih Sayang." tanyanya kembali protes

Tentu saja aku terkejut saat itu. Darimana dia tahu soal kehamilanku. Papa bilang Papa tidak memberitahukannya kan.. pikirku bingung

"Masih kecil Mas, masih 3 minggu usianya.." jawabku sambil menyeka air mataku dan melepaskan diri dari pelukannya.

"Kamu gak apa-apa kan? Aku dengar kamu sempet pingsan karena kekurangan darah.."

Aris.. Pasti Aris yang memberitahukannya, pikirku dalam hati.

"Aku gak apa-apa kok Mas. Aku sudah minum vitamin."

"Lain kali kamu harus jaga diri kamu sendiri ya. Inget.. bukan cuma kamu, tapi juga ada anak kita disini, adiknya Oka.. Kamu harus lebih protektif lagi ya Sayang.." Ryan menasihatiku

Aku pun mengangguk menjawabnya, kemudian

"Oh iya, laper gak? Apa ada makanan yang kamu mau saat ini." Ryan menawarkan

"Tapi ini udah tengah malam Mas. Memangnya masih ada tempat makan yang masih buka?"

"Gak apa-apa kalau ada yang kamu mau, nanti aku beliin.. Kamu mau apa Sayang bilang aja?"

"Hmm.. sebenarnya aku mau makan nasi goreng Mas. Nasi goreng tek-tek.. Dari tadi aku nungguin sambil nungguin kamu, tapi gak lewat-lewat abangnya.."

"Kalau begitu aku cariin ya.."

Dan ketika Ryan hendak pergi, aku pun kembali menariknya

"Kenapa?" ucapnya tiba-tiba saat berbalik menghadap ke arahku

"Masih kangen sama kamu Mas. Masa kamu mau langsung pergi gitu aja.." ucapku

"Tadi kan kamu bilang mau nasi goreng tek-tek.."

"Iya aku mau.. tapi aku juga mau kamu disini. Aku masih kangen sama kamu Mas.. Nanti kalau kamu pergi terus gak balik-balik, gak ngasih kabar dan gak bisa dihubungi lagi, terus aku gimana.." jawabku dengan ekspresi sedih

Ryan pun kemudian mendekat dan langsung menciumku. Cukup lama kami berciuman, hingga kemudian

"Ahh, nasi gorengnya kamu yang buat aja Mas?" ucapku tiba-tiba yang membuat Ryan terkejut

"Kamu yakin? Kamu kan tahu aku gak bisa masak Sayang, kecuali.. pelajaran "memasak" yang waktu itu. Kalau masak makanan beneran aku gak bisa.." ucap Ryan tersenyum segan

Aku tahu itu. Aku tahu Mas Ryan memang tidak bisa memasak.. Dulu pernah.. waktu awal-awal pernikahan kami, ketika aku masih belum terbiasa dan menerimanya sebagai suamiku seperti sekarang.. dia mencoba memasak untuk menarik perhatianku dan mengambil hatiku, tapi rasa masakannya saat itu kacau sekali. Benar-benar parah dan tidak enak.. Dia mencampurkan semua bumbu-bumbu dapur tanpa memperhatikan bagaimana rasanya..

"Iya gak apa-apa Mas. Nanti aku bantuin juga. Kita buat nasi goreng bareng ya. Aku mengarahkan, tapi nanti Mas yang buat.."

"Oke.. tapi sebelum itu, kamu gak mau kalau aku ngelanjutin pelajaran "memasak" kita yang waktu itu." ucap Ryan menggoda sambil mengedipkan matanya

"Pelajaran memasak apa.. orang sudah ada kok hasil masakannya." sambil aku menunjuk ke arah perutku

"Yah kan siapa tahu bisa nambah lagi isi didalamnya.. Jadi double atau triple gitu.. biar makin ramai." balasnya kembali meledek sambil tersenyum

Aku pun ikut tersenyum saat itu. Sudah lama aku tidak mendengar candaan "nakal" darinya. Kemudian tanpa aba-aba, dia langsung menggendongku dan membawaku ke kamar.