webnovel

My Destiny

Lea gadis yang manis dan sedikit tomboy, memulai karirnya di bidang fashion walaupun hati nya sangat ingin bidang otomotif, itulah awal dimana dia bertemu Fio yang akhirnya jatuh hati pada lea. Sedangkan lea mencintai Bimo sahabat masa kecilnya. Bagaimana kisah cinta yang rumit itu berakhir apakah bahagia atau duka??

Santi_Kristia_s · Adolescente
Sin suficientes valoraciones
56 Chs

Bab 37

Jeritan Lea di pagi yang  bergerimis itu menjadi tanda bahwa duka sedang dekat dengan mereka.

Jeritan tangis terdengar sahut-sahutan, entah itu Lea atau Bu rena dan Bu septi.

Rumah itu seketika ramai tapi berbeda dari kemarin riuh tawa terdengar, hari ini tawa itu terganti tangis dari setiap anggota keluarga.

Bi tertidur lelap, Lea mencoba membersihkan bekas darah di dekat hidung Bi. Sepertinya saat Lea tertidur Bi kembali bergelut dengan sakit yang sudah membuatnya kalah.

"Bi katanya kamu akan temani aku sampe Tua, lalu bagaimana sekarang aku sendiri?" Lea berbisik ke telinga Bi yang sudah tak mendengar itu.

"Kata mu kita akan punya anak yang cantik dan ganteng, lalu bagaimana sekarang?" Pertanyaan demi pertanyaan di lontarkan Lea pada Bi yang membisu.

     Air matanya tak bisa di bendung, sesekali Lea pingsan dan bangun masih dengan tangis yang sama, bisiknya tetap tak di jawab.

"Sayang sudah, Bi sudah bahagia sekarang" Bu rena memeluk Lea yang terlihat hancur.

"Mih, dia egois bagaimana dia bisa bahagia dengan meninggalkan aku sendiri" Lea melihat Bu rena dengan mata yang sudah bengkak.

"Sayang kamu ga boleh ngomong gitu"

"Dia udah janji mi, dia bakalan temani Lea sampe tua.." Lea menjerit menahan sakit di dadanya.

"Sudah sayang sudah" Bu septi datang dan memeluk Lea agar lebih tenang.

    Di sudut ruangan itu, terlihat Fio duduk dengan Sedih di wajahnya, dia mengingat ucapan Bi kemarin.

Rasanya sangat hancur melihat Lea harus mengalami hal buruk itu.

"Aku gak kuat ngelihat Lea " Criss meneteskan air mata.

"Ia, ingin rasanya ku peluk dia" Fio membersihkan air mata yang membasahi pipinya.

"Semoga dia kuat"

    Mereka duduk diam, mendengar doa-doa yang sedang di kirimkan untuk menghantar Bi kembali ke Yang Maha Kuasa.

Duka menyelimuti rumah itu, banyak orang yang terlihat datang untuk menghantar kepergian Bi.

Sore itu, sore dimana untuk terakhir kalinya Lea bisa mencium dan melihat Bi terakhir kalinya.

Isak tangis mereka semakin tak tertahan saat peti itu di tutup, dan di salib itu tertulis BIMO SETIO.

Pemakaman Bi hari itu di sertai gerimis seakan alam ikut menangis saat Bi sudah tidak ada lagi.

"Kamu yang kuat ya Lea" Criss memeluknya.

"Criss.."

"Aku tau, pasti sangat sakit. Aku tau kamu pasti bisa melewati semua ini"

"Yang sabar ya Lea" Fio memeluknya.

"Terlalu cepat Fio" Lea berbisik seolah suaranya tidak ada lagi.

    Teman kerja dan tamu-tamu sudah terlihat beranjak dari rumah itu, hanya Fio dan keluarga itu yang tinggal.

Sepi sekali rumah itu, hanya isak tangis Lea yang sesekali terdengar di sana.

"Kamu belum pulang Fio" Bu rena menyapa Fio yang ikut bersih-bersih dengan bibik.

"Sebentar lagi tante, aku bantu bersih-bersih dulu"

"Kamu ga usah repot-repot, kalau kamu capek kamu bisa pulang" jelas Bu rena.

"Gak tante Fio gak capek kok"

      Mereka terlihat duduk di karpet yang di gelar di ruang tengah itu, masih dengan pikiran masing-masing. Masih belum percaya hal buruk itu terjadi.

"Kamu makan dulu Lea" Fio membawa mangkok berisi makanan.

"Aku gak lapar Fio, kamu saja yang makan"

"Sayang kamu makan dulu" Bu rena ikut menasehati Lea.

"Mi Lea gak lapar"

"Lea kamu makan dulu, mami ga suka kamu kek gini, kamu pikir Bi suka kamu sakit" Bu rena sedikit marah.

"Sini" Lea mengambil mangkok itu dan memasukkan suapan makanan ke mulutnya, air mata terjatuh lagi dengan perlahan Lea melumat makanan di mulutnya dengan terpaksa.

"Kamu harus kuat untuk tante" Fio menepuk punggung Lea lembut.

"Makasih Fio" Bu rena tersenyum kecut pada Fio kala itu.

   Hari itu terasa sangat berat, Lea masih belum bisa memejamkan matanya teringat Bi yang baru meniggalkannya.

Ingatan masa lalu saat mereka bersama membuat Lea meneteskan air matanya.

Foto pernikahan mereka yang terlihat jelas di meja itu di peluknya rasa rindu itu sudah ada walaupun baru saja Lea melepas kepergian Bi.

Rasa lelah Lea akhirnya membuat matanya terpejam.

Lupa akan dukanya, Lea memeluk Foto pernikahannya.

"Sayang kamu udah tidur" suara Bu rena pelan saat memasuki kamar Lea.

Wanita paruh baya itu mengambil posisi di sebelah Lea memeluk putri nya yang sudah terlalap.

Air matanya membasahi pipi.

"Mengapa nasib buruk harus menimpa mu, harusnya cukup mami saja yang harus lehilangan orang yang mami sayangi kamu gak usah ikut sayang" peluknya lembut.

Akan ada rasa kehilangan jika kita pernah merasa mencintai dan memiliki.

Dingin malam itu di temani gerimis yang tak kunjung reda.