Lea dan Bu Rena sibuk merapikan barang yang hendak di bawa pulang.
Bi yang masih di tempat tidur memperhatikan ibu dan anak itu dengan senyum di wajahnya.
Setelah memesan Taxi mereka menuju rumah, rasa lega tersirat di wajah mereka bagaimana pun Rumah adalah tempat paling nyaman untuk beristirahat.
Bi yang duduk di kursi rodanya masih sibuk melihat-lihat taman di luar rumah dari jendela kaca.
Hari itu mama dan papa Bi akan datang, Bibik yang bekerja di rumah Lea sudah di pesan untuk masak makan siang lebih banyak dari biasanya.
Bisstss bistt..
"Hallo Criss"
" hai Lea, siang ini aku dan Fio akan datang ke rumah mu, kebetulan pekerjaan kami tidak banyak hari ini. Kira-kira bisa ??"
" oh silahkan, mungkin Bi bakalan senang punya teman cerita"
"Okay kami ke sana siang ya"
" baiklah"
Pukul 11 Wib terlihat sebuah mobil memasuki halam rumah Lea.
Terlihat Mama dan papa Bi keluar dari mobil itu.
" mama papa" senyum Lea manis saat keluar rumah dan membantu membawa barang bawaan Bu septi.
"Mama bawa oleh-oleh ini roti kesukaan Bi pasti kamu suka juga" Bu septi memberikan bungkusan besar berisi roti.
"Makasih ma, ayok masuk"
Dibantu bibik semua barang Bu septi di bawa masuk ke dalam begitu juga, satpam rumah itu membantu papa Bi dengan di dorong kursi rodanya.
"Apa kabar??" BU Rena tersenyum melihat kedatangan besan nya itu.
"Baik"
"Ayok duduk dulu, pasti capek ya di perjalanan"
"Tidak terlalu capek, jalanan tidak ramai jadi tidak bosan di jalan" Bu septi terlihat bahagia.
"Mama sama papa udah datang" Bi tersenyum bahagia dengan Le yang mendorong kursi rodanya dari belakang.
"Ia..kamu apa kabar?"
"Bi rasa baikan, lihat mama, papa, sama keluarga di sini rasanya bahagia" Bi tersenyum dengan elusan tangan Bu septi di kepalanya.
"Udah pada lapar ya? Kita makan aja dulu"
"Sebentar lagi Bu, kami masih mau istirahat sambil cerita sebentar"
"Oh kalau gitu kalian cerita lagi ya, saya bantu bibik beresin meja makan"
"Oh ia ia"
Bi yang tak henti tertawa dan tersenyum membuat Lea sedikit bahagia. Melihatnya manja pada Bu septi membuat Lea tersenyum sesekali.
"Papa gimana kabarnya ma? Apa tidak ada pengobatan yang bisa kita lakukan?" Lea bertanya pada Bu septi.
"Kami sudah lakukan pengobatan alternatif juga pergi ke dokter untuk terapi, tapi kelumpuhan Papa ini tidak mudah untuk di sembuhkan" Jelas Bu rena.
"Gitu ya ma"
"Kasihan papa, pasti papa pengen bicara sekarang" Bi berucap sedih memandang papanya yang sudah lama lumpuh.
"Gak apa-apa mama bisa urus papa, papa gak rewel lagi" Bu septi tertawa menyembunyikan sedih di hatinya.
"Kita cari pengobatan lain ya ma, nanti Lea cari tempat terapi yang bagus buat papa"
"Ia makasih ya"
Bel pintu terdengar berbunyi. Criss dan Fio, Lea sudah menduga itu mereka.
Dengan langkah santai Lea menuju pintu dan membukanya.
"Hai " Criss menunjukkan giginya yang rapi.
"Kalian tepat waktu, mari masuk"
"Wah bau masakannya harum sekali"
"Haha..ia mama masam banyak ayok cepat masuk"
"Ok ok" langkah kedua laki-laki itu sedikit cepat.
"Tante apa kabar?" Criss berjalan menuju Bu rena yang berdiri di sudut menja makan dengan piring di tangannya.
"Ehhh kalian datang" piring di letakkan Bu rena menuju dua laki-laki itu.
"Hai tante," Fio tersenyum pada Bu rena.
"Ini Bu septi, udah kenal dong. Mama Bi" Bu rena memperkenalkan Bu septi pada dua laki-laki tampan itu.
"Hallo tante" Criss dan Fio menyalami bergantian.
"Kalian pasti belum makan siang kan, ayok kita makan dulu" Bu rena mwnyuruh mereka duduk.
"Wah kebetulan tante, udah lapar banget" Criss duduk sambil tersenyum.
"Fio ayok duduk, " Bu rena mengejutkan Fio yang asik memandang ke arah Bi dan Lea yang tertawa di ruang tengah.
"Lea sini bawa Bi, kita maka dulu" Bu septi memanggil pengantin baru yang tampak saling tertawa itu.
"Mmm masakan tante enak banget" Criss menggoyangkan kepalanya sambil mengunyah.
"Kalau gitu kamu makan banyak yah" Bu rena tersenyun pada Criss.
"Ini sayang kamu makan daging nya" Lea terlihat memberikan potongan daging kecil-kecil pada Bi.
"Makasih" Bi melahap ptongan daging itu segera.
Terlihat bahagia, banyak canda dan tawa di meja itu.
Bi juga terlihat menghabiskan buburnya.
Candaan selalu di lontarkan Criss membuat Bu rena dan Bu septi tak henti tertawa.
Sedangkan Fio lebih asik sesekali melirik ke arah Lea dan Bi yang sering memberikan senyum satu sama lain.
Setelah makan siang belum cukup tawa di meja makan itu, Criss masih sibuk dengan leluconnya mengocok perut kenyang mereka.
Lea hanya senyum dari ke jauhan melihat Bi yang terlihat bahagia, tidak ada rasa kantuk di wajah Bi biasanya sehabis makan obat dia akan tertidur tapi tidak dengan hari itu mereka masih sibuk bercerita tentang banyak hal hingga sore hari.
"Kami pamit pulang dulu tante, " Criss menyalami Bu rena dan Bu septi yang terlihat lelah tertawa.
"Kamu punya banyak cerita lucu, kapan-kapan main ke sini lagi ya" Bu rena memukul lengan Criss lenbut.
"pasti tante, kapan-kapan Kami ke sini lagi" Criss melirik Fio yang terlihat senyum.
"Yaudah hati-hati di jalan ya" Bu septi menasehati kedua anak muda itu.
"Ia tante, Bi cepat sembuh ya" Criss menepuk bahu Bi lembut seraya tersenyum.
"Pasti, trimakasih uda mau datang ya"
"Sama-sama,"
"Fio kamu jangan lupa ya pesan ku" Bi memberi senyum pada Fio yang terlihat terkejut.
"Aaa baik lah, cepatlah sembuh" Fio senyum dan melangkah mengikuti Criss di depan nya.
"Pesan apa??" Lea yang mendengar ucapan Bi penasaran dan bertanya pada Fio.
" bukan apa-apa, itu urusan sesama lelaki" Fio terlihat Kikuk dengan pandangan Lea yang penuh selidik.
"baiklah kalian hati-hati ya"
"Ok dahh buk bos" Criss melambaikan tangan dari dalam mobil.
"Ma Bi pengen deh di pijit-pijit kepalanya di pangkuan mama" Bi terlihat manja malam itu.
"Anak mama kembali kecil lagi ya" Bu septi tersenyum.
"Ia ma, Bi pengen aja rasanya"
"Baiklah mama pijit ya" Bu septi memangku putra nya itu di tempat tidur memijit kepala Bi dengan lembut.
"Ma, hari ini Bi bahagia ya"
"Kamu harus bahagia dong, kamu punya mama, papa, Lea, Bu rena dan kawan-kawan mu tadi"
"Ia ma, aku banyak tertawa hari ini, rasanya penyakit ku sudah hilang" Bi tersenyum sambil menutup matanya.
Bu septi masih sibuk memijit kepala Bi yang sudah tertidur, baru pukul 9 malam tapi Bi sudah tertidur, mungkin dia lelah tertawa sepanjang hari.
Lea yang sibuk dengan File-file pekerjaannya harus sedikit lembur, tidak terasa pukul 12 lewat dia memasuki kamar tidur dengan Bi yang sudah terlihat pulas.
"Sayang"
"Loh aku pikir kamu udah tidur" Lea terkejut mendengar suara Bi.
"Udah, aku terbangun karna kamu berisik"
"Aku udah jalan jinjit, gerak pelan-pelan masih juga berisik" Lea melangkah ke tempat tidur dan merebahkan tubuhnya di sebelah Bi.
"Sini aku mau peluk istri ku" Bi menarik tubuh Lea agar lebih dekat dengan nya.
"Iii kamu genit" Lea tertawa geli saat Bi memegang pinggang Lea.
"Siapa yang marah, ini istri ku suka-suka ku" Bi menarik Lea dan mengecup bibirnya.
"Sayang"
"Mm, apa?" Bi bertanya.
"Bukan apa-apa" Lea tertawa.
"Sayang"
"Apa?" Lea bertanya.
"Aku sayang sama kamu"
"Aku juga" Lea membenamkan wajahnya di dada Bi.
"Jangan pernah lupa ya, aku selalu sayang sama kamu"
"Ia aku akan ingat itu" Lea memeluk Bi erat.
"Sayang"
"Emm??"
"Aku mau kamu bahagia ya"
"Ia aku sudah bahagia sekarang"
"Harus selalu bahagia ya"
"Siap boss" Lea mencium bibir Bi agar diam dari celoteh nya.
Malam itu Bi mengelus-elus rambut Lea dengan lembut, sesekali mencium keningnya.
Lea yang lelah sudah terlihat tertidur di pelukan Bi.
Tempat itu sangat indah, terang dan banyak bunga-bunga indah.
"Sayang aku pergi ya" Bi melepas pelukannya pada tubuh Lea.
"Kamu mau kemana?"
"Aku harus pergi, sudah waktunya"
"Bi kapan kamu pulang?"
"Sayang, aku tidak bisa pulang lagi, kamu akan bertemu cinta sejati mu"
"Bi kamu mau kemana?" Airmata ku jatuh rasanya hal ini menyakitkan sekali, terasa nyata.
Bi terlihat melangkah semakin jauh dan tersenyum walaupun aku menagis, baju putih bersih yang di pakainya semakin tak terlihat lagi.
Kringg kring..
Alaram berbunyi pukul 7 wib.
Lea membersihkan matanya dari airmata, kenapa dia menangis, itu hanya mimpi.
"Bi bangun sayang" Lea duduk kemudian mematikan dering handphonenya.
Dia masih sibuk memutar-mutar kepalanya yang sedikit sakit akibat kurang tidur sejak dua hari lalu.
"Bi udah ahk..bangun yok kamu gak boleh malas-malasan sayang" Lea menidurkan kepalanya di dada Bi yang tidak juga bersuara.
"Sayang kamu pura-pura ya?" Lea mencoba mendekatkan jarinya di hidung Bi, tidak ada nafas di sana.
Jantungnya mulai berdegup kencang, Lea menempelkan jarinya di leher Bi merasakan denyut di sana. Dan masih sama tidak ada denyut di sana.
"Bi jangan bercanda bangun sayang ayok kita sarapan, mama udah masak bubur buat kamu, nanti kamu boleh makan sedikit tapi harus makan ya" Lea menahan sesak di dadanya berharap Bi akan membalas ucapannya.
Tidak ada jawaban, air mata itu mulai tak terkendali lagi suara pun sudah tak bisa di pendam, sakit luar biasa itu harus di rasakan.
"Biiiii lalu bagaimana dengan ku" jerit Lea di pagi yang bergerimis itu.