Setelah Lea kembali ke Jakarta dan memulai semua kembali dengan Bu Rena, mereka sepakat untuk melupakan masalah itu dan berdamai dengan hati masing-masing.
Hari-hari Lea kembali seperti sebelunya. Semua tampak normal dan baik-baik saja semua kariawan menyukai nya karna sifat ramah dan pedulinya.
Fio yang mendapat tugas dari Bu Rena pun tidak pernah lupa untuk mengajak Lea makan siang atau mengantar makan siang ke ruang kerja Lea, semakin hari Lea dan Fio semakin dekat, Fio pun sesekali mendapat undangan makan malam di rumah Lea
"Lea waktunya makan siang" Fio mengetuk pintu ruang kerja Lea dan mendongak ke dalam.
"Ia ia ini udah mau turun" Lea membereskan meja nya dan bergegas turun.
Meja mereka selalu penuh, semua makan siang di meja yamg sama Lea, Criss, Fio, Dea, Jess, Neo, dan Sea makan bersama bersenda gurau bersama mengilangkan penat.
"Bi apa kabar Dea?" Criss bertanya kepada Dea yang nampak langsung terdiam.
"Kenapa?" Fio mengerutkan dahinya.
"Aaa ketahuan apa kalian sudah pacaran?" Sea meledek Dea yang tampak diam.
"Sejak pesta lauching itu aku gak pernah ketemu Bi lagi, terakhir aku komunikasi waktu dia di Bali" Dea tampak sedih.
"ohh lea kan tetangaan sama Bi " Fio melihat ke arah Lea.
"Ia tapi udah satu minggu aku juga gak pernah jumpa, soal nya dia juga orang nya sibuk dan kalian juga tau aku selalu pulang malam" Lea menjelaskan kepada mereka.
"Wahh gagal dong punya cowok cakep nan kaya raya" Criss meledek Dea yang tampak cemberut.
"Apaan sihh" Dea melirik Criss penuh amarah.
"Sudah sudah itu aja di besar-besarin" Fio tampak melerai.
Semua kembali menyantap makanan masing-masing dan kadang-kadang bercerita satu sama lain. Pembicaraan tadi membuat Lea teringat akan Bi sudah satu minggu sejak kepulangan mereka dari Bali Lea tak mendengar kabar apapun dari Bi padahal rumah mereka cukup dekat, bagaimana tidak Lea yang sibuk membuat nya lupa segala nya.
Lea sengaja pulang lebih awal, alea masih dengan motor sport nya sengaja berhenti di depan rumah Bi.
Saat mamang membuka gerbang Lea bertanya
"Mang Bi nya ada?".
"Aduhh non, non belum tau kalau rumah ini akan di jual?"
"Di jual?" Lea tampak bigung.
"Ia non tuan dan nyonya sudah mencari pembeli rumah ini"
"Kenapa di jual mang, trus mereka tinggal dimana?"
"Jadi tuan dan nyonya memutuskan tinggal di desa, tapi mamang ga tau desa nya dimana" laki-laki paruh baya itu menjelaskan dengan raut wajah sedih.
"Jadi tante ada di dalam?" Lea bertanya lagi.
"Rumah ini sudah kosong non, semua sudah pindah ke desa lima hari yang lalu, saya cuma di suru jaga sampai ada yang beli rumah ini".
"Jadi bi dimana mang? Bi ikut ke kampung juga?" Lea mulai merasa sesak di dadanya karna orang yang di sayanginya tidak tau dimana.
"Rumah ini kosong non, den Bi ikut dengan tuan dan nyonya"
"Kenapa gak ada yang bilang ke Lea mang? Kenapa tante buru-buru pindah?"
"Ia non semua mendesak non saya juga kurang tau jelas masalah keluarga nyonya"
"Yaudah mang makasih ya" Lea berpamitan dengan rasa yang tidak karuan kwatir.
Sesampainya di rumah Lea mencoba menghubungi Bi tapi tidak bisa, Lea juga menghubungi nomor Bu Septi dan tetap tidak bisa. Pikiran nya semakin kacau kemana keluarga itu pergi apa yang terjadi pada mereka.
Penyesalan besar ada di kepala nya kenapa dia tidak datang atau menanyakan kabar Bi setelah pulang dari Bali.
Lea mengirim beberapa pesan teks lewat media sosial Bi tapi tidak ada respon apapun.
Saat makan malam Lea mencoba bertanya ke pada Bu Rena tentang keluarga Bi.
"Mami tau gak kalau tante Septi pindah rumah?".
"Pindah rumah? " Bu Rena tampak terkejut mendengar hal itu.
"Ia mi mereka semua pindah " jelas Lea seraya tertunduk.
"Mami ga tau sayang, mami juga ga ada dengar dari orang soal itu".
"Ia mi mereka udah pindah lima hari yang lalu".
"Jadi mereka pindah kemana?".
"Lea juga ga tau mi mamang juga gak tau mereka pindah ke mana yang mamang tau cuma ke desa".
"Kamu udah coba hubungi Bi?".
"Gak bisa mi, kayak nya Bi ganti nomor telepon".
"Tante Septi?".
"Gak bisa juga mi" Lea tampak sedih, dia menggeser kursinya dan meninggalkan meja makan.
Lea masih berpikir keras hal apa yang membuat keluarga Bi harus pindah buru-buru ke desa, kenapa Bi tidak memberitahu nya, apa hubungan mereka hanya tampak special di mata Lea saja, Lea terus berpikir keras sepanjang malam tampak kecawa besar di wajah nya orang yang sangat di sayanginya meninggalkannya tampa kata apa-apa.