webnovel

My Arrogant Husband

Niat Shenna untuk membalas dendam kepada seorang pria, malah membuatnya menjadi tawanan dari pria tersebut. Namun dibalik kesalahpahaman yang muncul membuat Shenna membenci pria tersebu. Sebenarnya apa yang terjadi di masa lalu yang membuat Shenna membenci pria itu?

Miss_Aidheralyn · Historia
Sin suficientes valoraciones
5 Chs

Bab 1

Suasana sepi menyelimuti gang di area perkotaan. Perasaan benci memuncak ketika Chriss Alexander terlihat turun dari sebuah mobil sport Lamborghini hitam polet putih.

Shenna Samira sedang memantaunya dari seberang rumah mewah bak istana, memang rumah itu adalah satu-satunya yang paling mewah diantara rumah lainya. Ia mulai merapikan bajunya dan berjalan memasuki rumah itu, perasaan jijik tersimpan di benaknya, dengan terpaksa ia harus menginjakan kakinya di rumah yang sangat ingin ia hancurkan.

Dulu keluarga Shenna adalah keluarga berada, ayahnya seorang pengusaha sukses di bidang pertanian. Kebun mereka ada berhektar-hektar di beberapa wilayah, dan mereka sangat kaya. Ibunya seorang pemilik butik ternama, baginya keluarganya bahagia walau dulu ayah harus pergi meninggalkan dia dan ibunya, kini ibunya telah menyusul ayah karena dia depresi berat hingga akhirnya bunuh diri.

Pikiran Shenna menerawang saat-saat mereka mengobrol di ruang tamu saat itu, ayah dan ibunya tertawa bahagia sambil menyantap cemilan coklat kesukaanya. Ayahnya sering mengajak Shenna berjalan-jalan di taman, dan ibunya menyajikan teh hijau di meja halaman dekat taman dan tersenyum ke arah Shenna dan ayahnya.

Sampai akhirnya Chriss datang di kehidupan keluarganya, dan membujuk ayah untuk menjodohkan dia dan Shenna, namun entah kenapa sebelum mereka menikah Chriss malah mengambil alih perusahaan ayahnya hingga dan pergi begitu saja. Shenna melihat betapa ayahnya begitu terpukul dan depresi hingga meninggalkanya.

Hingga kedua orang tuanya meninggal dan semua harta dan aset-aset yang dimiliki ayahnya ludes disita paksa, dan semua hutang kini Shenna lah yang harus menanggunya. Kini dia tinggal di rumah kontrakan mungil yang masih menunggak dua bulan karena Shenna tidak sanggup membayar.

Ia kini telah berada di hadapan seorang lelaki berpakaian jas hitam ciri khasnya, dengan terpaksa Shenna melambungkan senyuman pada lelaki yang sangat ingin Shenna hancurkan, mata sipit lelaki itu menatap tajam ke arah Shenna yang masih menunggunya untuk berbicara.

"Ehem, kau?" tanyanya.

"Aku Shenna, pelayan baru di rumah ini." Ada seberkas senyum licik di suara Shenna.

Rumah besar Chriss yang terletak di atas tanah luas di kawasan elite pinggiran kota. Rumah itu dipagari dengan pagar tinggi berwarna hitam mengelilingi setiap sudut tanah itu, di tambah halaman rumah yang begitu luas dan di hiasi rumput hijau di sekitarnya. Di sekelilingnya di awasi oleh pengawal-pengawal Chriss yang berjaga di setiap akses pintu masuk di rumah itu.

"Ikuti aku," ujarnya.

"Baik pak," jawab Shena sambil tersenyum simpul.

Begitu memasuki rumah ruang tamu terlihat sangat megah, dengan arsitektur gaya lama entah kenapa terlihat sangat modern. Lantai marmer yang begitu mengkilap berwarna gading, banyak pilar-pilar besar di setiap ruangan menjulang tinggi dengan warna serupa dengan lampu yang tergantung.

Chriss duduk di sofa putih nan empuk, ia menatap Shenna lalu dia terkekeh melihat Shenna masih berdiri di hadapanya.

"Sekarang, kau masuk ke ruangan sana dan ganti dress mu dengan pakaian biasa," ujarnya.

"Baik pak, saya permisi." Shenna melihat dari cermin yang terpampang di hadapanya.

Chriss melirik ke arah Shenna dari sudut matanya, sebenarnya ia mengetahui apa yang direncanakan gadis kecil itu terhadapnya. Anak buahnya selalu memantaunya sejak keluarganya menderita. Ia lalu tersenyum mengingat usahanya untuk membalas dendam terhadapnya dengan cara menyamar sebagai pelayan di rumahnya. Namun, semua itu sia-sia karena Chriss tidak akan tinggal diam.

Chriss melirik ke arahnya lalu menunjukan senyum simpulnya, setelah melihat wanita itu telah masuk ke kamar. Chriss mengedipkan sebelah mata ke arah pengawal yang berjaga di dekat pintu kamar yang di tempati Shenna untuk memberinya kode agar segera pergi.

'Shenna Shamira, kau fikir aku bodoh!' batinya. Ia melangkahkan kakinya lalu membuka pintu kamar itu dengan pelan.

Ceklek!

Pemandangan di depanya membuat ia menelan ludah karena nafsu yang mengalir seketika ketika melihat penampakan punggung Shenna yang sedang membelakanginya. Chriss berjalan mendekatinya lalu memeluknya dari belakang membuat Shenna terlonjak kaget, ia lalu menutupi dadanya agar tidak terlihat. Chriss lalu melepaskan pelukanya dan terkekeh ke arahnya.

"Shenna... Shenna, aku tau rencanamu," ujarnya sambil duduk di sebuah kursi dekat ranjang.

"Ap--apa maksudmu?" Shenna menjawab dengan terbata-bata.

Chriss dengan sigap menarik lengan Shenna ke pangkuanya, ia memeluk pinggang Shenna dengan erat kemudian mencengkeram wajah Shenna, Chriss menciumi leher Shenna kemudian menatap ke arahnya.

"Dulu kita tidak jadi menikah sayang, dan aku tahu kau pasti ingin membalas dendam padaku," ujarnya.

Glek!

Shenna menelan ludahnya, ia kaget dengan apa yang dikatakan Chriss. Ia lupa bahwa Chriss memang cerdik dan tidak mudah di tipu.

"Aku tidak mengerti maksudmu Chriss," ujarnya.

"Hmm, baiklah sayang. Kau sudah masuk ke dalam perangkapmu sendiri, dan sekarang kau tidak bisa keluar dari perangkapku," bisiknya.

"Apa yang kau bicarakan, aku--aku sungguh tidak tau." Shenna berdiri ada rasa cemas timbul di benaknya.

"Ahaha, kau memang bodoh. Barusan kau sudah memanggil namaku, padahal aku belum mengenalkan diri padamu, memang sebuah rencana yang buruk Shenna." Terdengar ejekan dari suara Chriss.

'Dia mengejekku?' batin Shenna.

"Sudahlah Shenna, lagipula aku tidak akan melupakan wajah cantikmu. Persiapkan diri karena lusa kita akan menikah," ujarnya.

Chriss lalu menutup pintu kamar Shenna kemudia menguncinya, ia lalu menyuruh dua orang pengawal untuk menjaga di depan pintu.

Shenna masih diam mematung, Chriss mengunci pintunya lalu Shenna berlari kemudian ia memukul-mukul pintu dengan keras. Ia tau bahwa usahanya akan sia-sia karena ia mengenal sifat Chriss yang tidak mudah memaafkan karena dia memang sangat terkenal kejam dan dingin.

"Buka pintunya!" teriak Shenna.

'Menikah denganya?yang benar saja,' batin Shenna.

Usahanya sia-sia, ia malah tejebak ke dalam neraka ini, Shenna duduk di tepi ranjang dan memantapkan diri jika dia menikah denganya maka balas dendamnya akan semakin mudah dilakukan.

***

Malam harinya, seorang pria tua menemui Chriss yang sedang bersama perempuan tengan bercumbu di ruang tamu. Pria berumur 50 tahunan seperti sudah biasa melihat kelakuan tuannya ini, ia menundukan kepalanya dan menghadap ke arah Chriss.

"Tuan," tanyanya.

"Ada apa Albert?" tanya Chriss.

Sambil di ciumi lehernya oleh perempuan itu, Chriss dengan santai menjawab dan menatap tajam ke arah pria bernama Albert.

"Saya perhatikan sejak tadi, nyonya yang di kurung di kamar masih diam di dekat jendela dan ia tidak makan sejak tadi, Tuan." Terlihat ketakutan terpampang dari wajah Albert yang menatap ke arah matanya.

Chriss merasa kesal apa yang dilakukan oleh Shenna, ia melepaskan pelukan perempuan itu, lalu berjalan cepat menuju kamar Shenna.

Brak!

Chriss membuka pintu itu dengan keras lalu menutupnya kembali, membuat Shenna yang tengah melamu terlonjak kaget. Chriss mencengkeram wajah Shenna dengan kasar.

"Sayang, ini waktunya makan sekarang ikut aku!" ujarnya sambil melepaskan cengkeramanya.

"Tidak! aku tidak sudi," ujarnya.

"Sepertinya kau harus diberi pelajaran Shenna," Chriss menarik tubuh Shenna lalu mendorongnya ke ranjang.

Chriss lalu menindih tubuh Shenna dan memegang erat tangan kanan Shenna, dan mulai membuka kancing kemejanya satu persatu, Shenna menyadari bahwa ia sedang dalam bahaya mulai meronta-ronta.

"Apa yang mau kau lakukan Chriss, lepaskan aku!" teriaknya.

"Kau tidak sudi bukan?sekarang aku hanya akan memberikan sedikit hukuman untukmu karena telah membuatku marah," ucapnya.

Roti sobek Chriss terlihat membuat Shenna menutup matanya, lalu Chriss mendekatkan wajahnya lalu mulai menempelkan bibirnya pada bibir milik Shenna, ia menciumnya dengan rakus hingga Shenna kesulitan bernafas, ia lalu melakukan sesuatu yang sangat tidak di inginkan oleh Shenna.

***

Pagi harinya Shenna terbangun dari tidur lelapnya, rasa sakit aneh menjalar dari tubuhnya. Cahaya terang mendadak muncul entah darimana, Shenna membuka matanya. Sekilas pandanganya kabur, dan dia mencoba memfokuskan dirinya.

Kamar itu, bernuansa biru cerah yang menenangkan...

Kilasan-kilasan berkelebat di benaknya,dia melirik ke arah samping. Dia langsung terlonjak kaget melihat seorang lelaki yang masih tertidur, dia teringat kejadian semalam yang menimpanya.

Shenna langsung mengambil pakaianya dan berlari ke kamar mandi di kamarnya, setelah mengunci pintu dia langsung membersihkan badannya. Jijik, itulah yang ia rasakan saat ini. Entah kenapa dia benar-benar bodoh telah merencanakan strategi balas dendam yang pada akhirnya menghancurkan kehidupanya.

'Aku benci kamu Chriss!' teriak batinya.

Tidak lama kemudian, Shenna keluar dari kamar mandi dan berdiri di depan pintu sambil menatap tajam ke arah Chriss yang masih memejamkan matanya. Benci, muak, menjijikan hanya itu yang ada di fikiranya sekarang. Chriss menggeliatkan tubuhnya di balik selimut, lalu menatap ke arah tempat Shenna berdiri kemudian dia melambungkan senyumanya.

"Selamat pagi."

Suara maskulin terdengar menawan dan Shenna menoleh dengan tatapan jijik padanya.

"Kau benar-benar iblis yang tidak bermoral Chriss, aku benci kamu!" desis Shenna menahan marah padanya.

Chriss terkekeh mendengar suara geram Shenna.

"Membenciku?" dengan santai lelaki itu berdiri dan mendekat ke arah Shenna.

Shenna memalingkan wajahnya karena ia tahu Chriss tidak memakai sehelai kain di tubuhnya.

"Ma--mau apa kau?" tanyanya dengan wajah yang mulai memerah.

Chriss mengambil jubah satin hitamnya dan mengenakanya. Ia lalu menoleh ke arah Shenna yang masih berdiri seperti tikus kecil yang ketakutan.

"Setelah bersiap-siap turunlah ke bawah untuk sarapan," Chriss lalu pergi meninggalkan Shenna sendirian.

***

Shenna masih termangu di ranjang, ia berusaha melupakan apa yang terjadi padanya semalam.

Sungguh ironis, keperawananya terenggut oleh bajingan berhati iblis yang ingin dibunuhnya. Ia tetap tegar karena tujuanya masih bisa tercapai, karena sebentar lagi ia akan menikah dengan iblis itu.

Seorang pelayan memasuki kamar Shenna, ia lalu menundukan kepalanya dihadapan Shenna.

"Nyonya, Tuan Chriss sudah menunggu anda untuk sarapan."

Shenna meliriknya dengan malas, ia sungguh tidak sudi jika harus makan bersama denganya, Ia lalu melirik kembali ke arah pelayan itu.

"Kau pergilah, aku tidak mau sarapan." Rasa muak masih tersimpan dibenak Shenna.

"Ba--baik Nyonya," ujarnya.

Pelayan itu keluar dari kamar, Shenna mendengus kesal. Yang ia inginkan hanya satu yaitu ingin segera menghabisinya baru hidup Shenna bisa damai.

Ruang makan bernuansa hitam putih memancarkan aura Chriss yang berkharisma. Menunjukan betapa dia seseorang yang kejam dan dingin.

Di meja makan, Chriss tengah menyantap sandiwch nya dengan segelas jus jeruk, seorang pelayan datang dengan tubuh gemetar, dia menarik nafas dan mulai berbicara dengan nada pelan.

"Tu--tuan, Nyonya itu menolak sarapan bersama anda." Dari suaranya menunjukan betapa ia sangat ketakutan.

Selera makan Chriss tiba-tiba hilang, dalam hidupnya ia tidak pernah menerima penolakan dari siapapun, ia memaklumi penolakan dari wanita itu.

"Begitu?" Chriss menyimpan sandwichnya di piring lalu tersenyum ke arah pelayan itu.

Pelayan itu melihat seulas senyuman dari Tuan Chriss, ia tahu bahwa itu bukanlah senyuman tulus namun senyum mematikan yang di tunjukan padanya, dengan penuh ketakutan pelayan itu langsung bersujud padanya untuk memohon agar tidak menghukumnya.

"Mohon maafkan kesalahan saya, Tuan. Saya telah gagal membujuk Nyonya itu," ia terus bersujud memohon agar dia bisa di ampuni.

"Ck!" Chriss meliriknya dengan sinis lalu pergi meninggalkanya.

Chriss mendobrak pintu kamar Shenna, ia melihat Shenna meliriknya dengan ekspresi terkejut. Lalu dia menarik lengan Shenna dan menyeretnya keluar dari kamar untuk sarapan.

Semua orang di sekitar menghiraukan teriakan Shenna yang di seret paksa oleh Chriss. Tidak ada yang berani melawan Chriss karena mereka tahu bahwa sedikit saja mereka melakukan kesalahan Chriss tidak segan-segan membunuhnya di tempat.

Chriss menyuruh Shenna untuk duduk berseberangan denganya, ia menyuruhnya makan sandwich yang telah tersaji di meja makan. Namun Shenna memalingkan wajahnya ke arah lain.

Brak!

Chriss menggebrak meja hingga Shenna terkejut karena ketakutan, tatapan marah terpancar dari sorot matanya yang menatap tajam ke arah Shenna.

"Cepat makan, atau kubunuh kau!" bentaknya membuat semua orang bergetar ketakutan.

"Kenapa kau terus memaksaku?" tanya Shenna dengan nada tinggi.

"Karena kau calon istriku, Shenna." Chriss lalu memelankan suranya.

'Tapi bagaimana bisa dia mengetahui kalau aku adalah Shenna' batin Shenna bertanya-tanya.

Chriss melihat ekspresi bingung di wajahnya, ia lalu tersenyum simpul dan menjawab pertanyaanya seperti dia bisa membaca fikiran Shenna.

"Walaupun kau melakukan oprasi plastik sampai tak ada yang mengenalimu, tapi aku bisa tahu. Karena dari dulu perasaan ketika dekat denganmu itu berbeda," jelas Chriss.

"Kenapa bisa begitu," gumamnya pelan.

Ia mengingat masa-masa saat Chriss berusaha merayunya, ketika dia duduk di ayunan kemudian Chriss datang dan tersenyum.

Chriss menunjukan rasa cintanya yang besar dengan membawakan sebuah cincin padanya, ia berfikir Chriss akan serius menikahinya namun, semuanya berubah ketika pagi harinya ia menemukan ayahnya yang sedang terpukul dan depresi ketika pulang dari kantor.

Ketika di temui rupanya Chriss tengah duduk santai sambil menatap ke arahnya dengan tatapan merendahkan.

Lamunan Shenna hilang seketika ketika Chriss tiba-tiba berada di belakangnya dan menciumi lehernya. Chriss lalu duduk di sebelahnya sambil memotong roti sandwich dan mengarahkan ke mulut Shenna.

"Buka mulutmu."

Dengan perasaan jijik ia terpaksa menerima suapan sandwich itu, ia melirik ke arah Chriss yang sedang tersenyum ke arahnya.

'Menjijikan' batinnya.

"Akan lebih baik jika kau menjadi wanita yang penurut, Shenna." desisnya lalu kembali duduk ke tempatnya semula.

***

Shenna kini bebas keluar dari kamarnya, hanya saja dia tidak bisa keluar dari rumah bak neraka baginya. Besok adalah hari pernikahan antara dia dan Chriss, ia memutar

bola matanya.

'Kenapa harus secepat itu.' batinnya.

Ia berjalan di sekitar balkon rumah Chriss, begitu mewah terlihat dengan keramik marmer yang mengkilap dengan banyak foto Chriss dipajang di sekitar di dinding. Salah satunya foto dia yang tengah berdiri entah dimana karena dia berdiri di depan tembok berwarna ungu, dia terlihat gagah dengan pakaian hitam di hiasi 4 pasang kancing.

Shenna menatap ke arah fotonya yang terpajang lebih besar dari yang lainya. Ia pun menuju keluar, lalu Shenna membelalakan matanya karena ia melihat Chriss tengah berciuman di taman dengan seorang wanita berambut coklat bergelombang.

"Dasar lelaki tidak waras, berciuman dengan wanita lain padahal dia mau menikah." Desisnya dengan perasaan jijik menyelimutinya.

Chriss melihat ke arah balkon rumahnya, ia sengaja membuat Shenna cemburu dengan bermesraan dengan wanita lain.

"Ada apa sayang?" tanya wanita itu dengan nada manja.

"Tidak Sharon," jawabnya.

Chriss memeluk erat tubuh mungil Sharon, ia tahu bahwa Shenna sedang menatap ke arahnya.

"Sayang, aku dengar bahwa besok kau akan menikah dengan wanita itu,"

Chriss menatap ke arah Sharon, lalu memalingkan wajahnya melihat lurus ke depan. Ia terlihat sedang memikirkan sesuatu.

"Iya memang, tapi kau boleh datang kesini semaumu." Ada rasa geli dalam perkataanya.

"Aku semakin sayang, Chriss." Sharon lalu memeluknya dengan erat.

Albert datang dengan membawa sebuah ponsel di tanganya, ia menyerahkan ponsel itu kepada Chriss. Dengan senang hati Chriss menerima ponsel itu, ia berbicara lewat telpon dengan seorang perempuan yang tidak lain adalah perancang busana pengantin untuk besok. Setelah itu ia mengembalikan ponselnya pada Albert.

"Bagaimana, penata ruanganya? dia sudah tiba?" tanyanya.

"Tentu Tuan, aku sudah menyewa yang terbaik untuk anda dan Nyonya Shenna," ujarnya

"Bagus."

Chriss tersenyum ke arah Shenna yang masih berdiri di balkon, ia akhirnya bisa menguasai semua milik Edward, ayahnya Shenna.