webnovel

Moirai Valentine

WARNING! MATURE CONTENT 18+ (Harap bijak untuk memilih bacaan, terdapat kata umpatan dan sindiran.) Volume 2 : Lakhesis :Conneching thread. Maura Magen memilih untuk pergi sejauh mungkin setelah dikhianati dan di tipu oleh kekasihnya Erlangga Lorenzo. Pria yang lebih memilih mencampakkannya dan menikahi gadis sederajat dibandingkan menepati janji-janji manisnya dulu. Meninggalkan Maura yang hancur berkeping-keping bersama buah hati yang ada di dalam kandungannya, sampai kebenciannya mengubah sosok Maura untuk memutuskan benang pengikat yang terjalin di masalalu. Bisakah Maura memasang topeng besi dan memutuskan pengikat itu saat mereka di pertemukan lagi dengan keadaan yang berbeda? Volume 1 : Klotho :First destiny and chaos. Tiga kata yang bisa Maura Magen tangkap di valentine tahun ini. Pertama, kecemburuan. Gebetannya yang sudah dia puja-puja sejak tahun pertama malah berakhir pacaran dengan sahabatnya sendiri. Kedua, kekesalan. Bagi remaja lainnya valentine adalah hari paling romantis di sepanjang tahun. Tapi baginya valentine sama dengan makan hati, karena dia single alias jomblo, kampret! Ketiga, kesialan. Seolah takdir sedang bercanda dengannya. Bagaimana mungkin seorang Erlangga Orion Lorenzo mengirimi surat cinta untuknya? Ig : _Yamarara

YAMARARA · Adolescente
Sin suficientes valoraciones
386 Chs

Tawaran Sella

-Moirai Valentine-

Didikan yang berbeda selalu menghasilkan produk yang berbeda pula, baik dari segi kualitas ataupun dari kuantitas.

------------------------------

Bintang Pradipta adalah tipe pemuda yang terlalu santai, baik itu di asrama ataupun di sekolah.

Tapi tidak di rumah, ia bukan seperti Erlannga Lorenzo yag tidak pernah mengatakan tidak pada orangtuanya.

Bintang adalah tipe pemberontak, ia akan mengatakan tidak jika ia tidak suka.

Perdebatan dengan Papanya bukan satu dua kali, ditambah lagi saat itu Papanya kokoh selalu membahas tentang koalisi dan juga pertunangan.

Dia tidak menyukai itu, sejak awal dia hanya menganggap Sella sebagai adiknya sendiri tidak lebih. Tidak mungkin ada cinta di antara mereka.

Pria itu memejamkan matanya beberapa saat, sampai telinganya mendengar derap langkah seseorang yang mendekat ke arahnya.

Bintang berbalik, kemudian mendenggus saat menatap Sella, "Kenapa kemari?" tanyanya ketus.

"Bintang Bisa kita bicara sebentar?"

Bintang mengerutkan alisnya. "Membicarakan pertunangan, eh?" sindirnya setengah kesal.

Sella mengangguk, "Bisakah kau mengatakan pada Papamu untuk membatalkannya?"

Bintang mendenggus kesal, matanya menyipit menatap Sella dengan pandangan curiga, "Kenapa di batalkan. Bukannya kau yang setuju untuk melanjutkannya tadi, Ahh … benar juga senyumanmu tadi sangat menawan." Sindirnya.

Jelas dia mendengar gadis itu menyetujui di meja makan tadi, padahal Bintang berharap Sella membantunya untuk protes. Pertanyannya sekarangan, lalu kenapa dia meminta untuk dibatalkan.

'Dasar munafik.'

"Itu karena Ayahku, kau taukan betapa kerasanya dia pada anak-anaknya. Aku tidak pernah bisa membantah perkataannya apapun itu. Bintang … Kau juga taukan jika aku mencintai orang lain, please, setidaknya jika kau mengatakannya mungkin mereka akan mempertimbangkan."

"Kau ingin menjerumuskanku?"

Sella mengeling dengan cepat, "Bukan begitu, tentu saja bukan."

"Kita tidak mungkin menikah kan, kau dan aku sama-sama tidak saling mencintai," lanjutnya.

"Tentu saja."

Bahkan tidak sedikitpun. Bintang tidak pernah melirik gadis lain kecuali satu, dan ia tidak bisa mengakuinya terang-terangan.

Bintang menghela napas panjang, menahannya beberapa saat kemudian menghembuskannya dengan perlahan. "Apa rencanamu?"

"Aku mencintainya, Erlangga. Kau tau itu bukan?" tanya Sella setengah canggung.

Tentu saja bintang mengetahui hal itu, sejak pertama kali dia memperkenalkan Erlang pada Sella saat mereka menempati asrama yang sama di tahun pertama, ia sudah mengetahui ada yang berbeda dari cara Sella memandang pria itu.

Hanya saja satu yang tidak di katakan oleh Bintang, tentang mereka berdua yang memiliki perasaan yang berbalas.

Bintang mengangguk.

"Bantu aku untuk bersama dengannya, setelah itu akan kubantu untuk membatalkan perjodohan kita."

"Kamu salah mengatakan itu padaku, kau lihat kan hubunganku dengan Erlang saat ini sedang dalam masa perang dingin, pria itu menghindariku sama seperti aku menghindarinya. Apa kau tau apa yang menyebabkan kami seperti ini?"

"Apa dia? Gadis yang diajak Erlang berkencan itu?" tanya Sella. Rautnya berubah drastis saat ia mengatakan tentang itu. "Maura? Namanya Maura bukan?"

Bintang mengeling, "Erlang marah karena kabar pertunangan kita, aku rasa dia juga memiliki perasaan padamu." Bintang memberitahu.

Sella tersentak kaget, bibirnya yang tadinya tertekuk langsung tersunjing keatas. "Dia juga menyukaiku?"

"Hanya perkiraan," seru Bintang. Dia terlalu tidak mood mengatakan yang sebenarnya.

"Lalu bagaiamana dengan gadis itu? Erlang sepertinya sangat lengket dengannya."

Sella mnegehela pelan, dia bukan orang jahat. Tapi saat melihat pria yang dia sukai melirik gadis lain, keinginan jahat langsung muncul di benaknya.

"Bisakah kau memisahkan gadis itu dari Erlang, apapun caranya."

Bintang menoleh tiba-tiba, "Apa maksudmu?"

"Kau menyukainya bukan? Gadis itu?" ucap Sella penuh kemenangan.

Sella sangat mengenal Bintang Pradipta. Mereka berteman seja masih kecil, dikarnakan orangtua mereka.

Bintang adalah tipe pria paling santai yang pernah dia temuai, dia lebih memilih menghindari hal yang merepotkan apapun itu.

Tidak sedikit anak-anak seasramanya yang mengeluh, tapi tetap mengagumi sosoknya itu.

Tapi sikap Bintang berbeda saat gadis bernama Maura datang ke kelas mereka saat itu. Entah dapat angin dari mana, Bintang yang dia kenali tidak mau terlibat dalam apapun malah bercanda dengan gadis itu.

Dari sana dia menyimpulkan, temannya itu mungkin saja menyukai gadis dari asrama Libra itu.

"Tidak perlu menyembunyikannya, karna itu terlihat jelas … sangat jelas! Bagaimana jika kita bergabung, kau dapat Muara dan aku dapat Erlangga, semua masalah kita selesai." Sella memberi saran.

Bintang tidak bisa berkata-kata lagi, bibirnya mendadak kelu. Selama ini tidak ada siapaun yang menyukai hal itu.

Tidak siapapun, jika dia menyukai Maura..

Bintang menghela napas berat, "Aku tidak mau memaksa perasaan orang lain untuk menyukaiku balik."

Dia tidak tau jika Maura juga menyukainya atau tidak, ia akui terlalu pengecut untuk menanyakannya.

"Lalu, kau hanya diam saja melihat mereka semakin lengket. Apa yang akan kau lakukan jika Maura akhirnya menyukai Erlangga?"

Bintang terkekeh, "Lalu aku juga menanyakan hal yang sama, bagaimana jika Erlangga jatuh cinta dengan Maura?"

Sella mendesis tiba-tiba, keanggunan yang ia junjung bak seorang putri langsung hilang dalam sekejap mata. Ia mengepalkan kedua tangannya. Memandang Bintang dengan tatapan tidak suka.

"Tidak akan pernah kubiarkan, Erlangga adalah milikku. Aku mengenalnya lebih dahulu dari gadis itu."

"Terserahmu saja." Bintang menepuk-nepuk pakaiannya dan melangkah meninggalkan Sella.

"kau tidak takut jika Maura benar-benar mencintai Erlang?"

"Tidak masalah, jika memang mereka saling mencintai." Seru bintang memelan.

'Lagi pula itu tidak akan terjadi, kencan mereka sudah selesai.' pikir Bintang.

"Kalau begitu akan kukatakan pada Om Ethan jika kau menyukai gadis dari asrama rendahan!"

Degh..

Bintang menghentikan langakahnya, dia berbalik menatap Sella yang tersenyum iblis ke arahnya.

"Bagaimana jika, Om Ethan mengetahuinya? Apa dia akan bertindak eh?" ancam Sella.

"SELLA!!" teriak Bintang. Pria itu mengeram tertahan. "Jangan bawa-bawa Maura dalam masalah kita."

"Fine!!" Sella merentangkan kedua tangannya, bibirnya tersenyum tipis penuh kemenangan.

Jelas pria di depannya snagat mencintai gadis itu.. lebih dari yang dibayangkan.

"Bantu aku memiliki Erlang, maka Maura akan kulepaskan dari masalah kita. Dia tidak akan aku libatkan, aku berjanji."

Bintang terdiam, bibirnya tertutup rapat, dengan pandangan kesal ke arah Sella.

'Iblis betina!!'

Bintang memejamkan matanya, tangannya masih mengepal.

"Jadi, bagaimana, Bintang?"

Pria itu mendenggus pelan, "Tenang saja, Erlang tidak benar-benar berkencan dengan Maura. Kami hanya mengadakan taruhan kecil. Kau tenang saja, setelah ini dia akan kembali ke asrama kita. Kencan mereka selesai setelah valentine hari ini."

Setelah mengatakan itu Bintang berlalu meninggalkan Sella yang masih syok mendapati kebenaran itu.

Bintang sendiri juga tidak menyangka dia akan membongkar rahasia ini.

Lagi pula semuanya sudah berakhir, hari ini adalah valentine, dan kencan yang tadi adalah yang terakhir dari sesi taruhan ini. Jadi tidak masalah.

Bintang menyakinkan itu untuk dirinya sendiri.

Bersambung…