"Aku antar kamu ke kantor," ucap William.
"Tidak perlu, Mas. Aku bawa mobil sendiri," tolak Mentari sambil merapikan rambut.
"Kenapa harus bawa mobil sendiri? Kita, kan, searah."
"Kita searah, tapi pekerjaan kita tidak sesuai. Kalau aku butuh keluar untuk melakukan pekerjaan, apa kamu juga akan keluar bersamaku? Bagaimana kalau kamu sedang rapat? Atau~"
"Iya, ya. Aku mengerti," potong William. "Kalau begitu, aku pergi lebih dulu. Hati-hati di jalan, oke."
"Siap, Pak Bos. Semangat kerjanya, Suamiku," ucap Mentari sambil tersenyum manis.
William terkekeh geli. Mentari masih tampak imut, meski usianya sudah bukan remaja lagi. Laki-laki itu tiba-tiba merasa penasaran. 'Kira-kira, Mentari seperti apa saat remaja? Sudah memiliki anak saja masih sangat menggemaskan, apalagi saat remaja.'
Ia masuk ke mobil, menyalakan mesin, lalu melaju pergi. Mentari menyusul dengan mobil merahnya. Kali ini, ia ingin membawa mobil sendiri.
"Saya rasa, nyonya dan tuan sudah berbaikan," gumam Bik Sa.
Apoya a tus autores y traductores favoritos en webnovel.com