webnovel

Latihan

Brakkkk....

Layar tv LED itu berlubang dan retak, remot tersebut menempel di lubang yang dibuat oleh Ali, Ali melemparkan remot tadi dengan sekuat tenaga karena emosi melihat adegan iklan shampo.

"Tv baru guaaaa...." teriak Iin keras, wajah Iin berubah lemas, sedih, kecewa, marah jadi satu, brughh.

Tubuh Iin jatuh di atas kursi, ia terkulai lemas menyaksikan tv yang baru saja lunas cicilannya dihancurkan oleh Ali, tadinya Iin yang menyukai Ali saat Ali menambah makan dengan ikan asin, tapi sekarang berubah emosi. Iin lalu mengambil centong nasi lalu bergerak untuk menghajar Ali, "dasar anak nakal!" pekik Iin sambil berjalan mengejar Ali.

Ali yang menyadari bahaya langsung berlari menghindar kejaran Iin, wajah Ali terlihat bingung tak mengerti kenapa ia dikejar oleh Iin, seluruh rumah jadi ricuh. Sarji, Aji dan Adel berusaha menangkap Iin yang sedang emosi, "sabar Mak, sabar!" ucap Aji saat Sarji sudah berhasil meraih tubuh Iin.

"Itu tv baru lunas, hikss..hikss..hikss.." teriak Iin yang masih emosi, lalu menangis histeris, "Mak, Bang Ali gak tahu sama tv. Kan Emak sendiri yang punya ide buat ngajarin Bang Ali," ucap Aji menenangkan Iin.

Sementara Ali bersembunyi di balik sofa ketakutan, ia tak mengerti apa yang terjadi, "hust..husstt.." Ali bersiul pelan memanggil Adel yang mematung memandangi ibunya yang menangisi tv kesayangannya. Adel menoleh ke arah Ali yang memanggilnya dengan siulan pelan, Ali melambaikan tangannya agar Adel mendekat ke arahnya, Adelpun mendekati Ali.

"Bang, kenapa Lu pecahin tv-nya?" cerca Adel sambil berbisik dan berjongkok di samping Ali, ia menatap heran pada Ali.

"Apa kamu tidak melihat, perempuan tadi tidak senonoh," jelas Ali saraya bergidik melihat perempuan di iklan shampo tadi, "bagaimana bisa, perempuan mandi di sana dan disaksikan semua orang." Gerutu Ali lagi dengan suara kesal.

Adel terlihat berpikir, ia mengingat kejadian tadi, plakkkk...

Adel memukul kasar punggung Ali, membuat Ali meringkih keras, "aaawww... sakit." Ali hendak berteriak karena kesakitan tapi ia tahan, karena Sarji dan Aji masih menenangkan Iin.

"Itu tuh iklan shampo, Bang," suara Adel terdengar geram, Ali menoleh heran saat Adel mengucap kata shampo, Adel menatap wajah Ali yang tak mengerti ucapannya, "shampo itu sabun buat bersihin rambut. Jadi, perempuan itu mempraktekan cara memakai shampo. Bukan adegan tak senonoh." Jelas Adel dengan nada geram.

"Ooo.." jawab Ali mencoba mengerti, "tapi kenapa, Emak marah?" tanyanya heran sambil mengintip Iin yang sudah terlihat tenang.

"Lu, gak lihat layar tv itu? Udah rusak gara-gara dilempar remot." Jelas Adel lagi mencoba tenang, suara Adel setengah berbisik agar Iin tak mendengar ucapannya.

Ali masih belum bisa mengerti penjelasan Adel, "memangnya kenapa sama layarnya? Tinggal diganti saja!" ucap Ali bingung.

"Ya gak bisa, Bang," jawab Adel yang mulai emosi, Ali menatap Adel mulai marah,"kenapa gak bisa?" tanyanya hati-hati, tapi Ali penasaran.

"Layar tv itu gak bisa diganti-ganti. Harus beli baru," jelas Adel terlihat pasrah, "tv itu harganya mahal, setara dengan upah kerja Babeh selama sebulan," suara Adel kini melemas, ia tak bisa lagi menonton tv di layar besar, "padahal Emak bilang, baru lunas nyicilnya. Emak beli tv itu dengan cara nyicil selama 6 bulan." Tambah Adel lagi sambil menunduk sedih.

Ali menatap Adel sedih, dan merasa bersalah, "berapa harga tv itu?" tanya Ali bersemangat, ia berencana mengganti tv yang ia rusak. Ali tersenyum saat Adel menatap wajahnya, "empat juta rupiah." Jawab Adel datar.

"Empat juta rupiah? Berapa ringgit?" tanya Ali bingung, karena dalam kehidupan Nyi Ayu mata uangnya masih memakai ringgit.

Wajah Adel melemas lagi, ia sudah tak kuasa menjelaskan detailnya pada kakaknya, pasti akan panjang sekali. Adel terlihat akan menangis tak berdaya, "Nyi Ayu, gua rindu Bang Ali, hikss..hikss.." ujar Adel yang hampir menangis seraya menatap pada kedua netra Ali.

Ali terlihat bingung dengan ekspresi Adel, "apa aku salah berkata lagi?" tanyanya bingung, saat mata Adel hampir berkaca-kaca.

"Sabar..iya gua sabar.." terdengar rintihan keras dari suara Iin, membuat Ali dan Adel tersadar, "gua juga sabar, Mak." Lirih Adel yang tak jadi menangis.

Akhirnya Iin dan Adel bisa menahan dirinya agar tak terbawa emosi, dan memahami bahwa Ali memang tak tahu apa-apa. Adel menerangkan mata uang rupiah sekarang, ia juga menujukan bentuk uang kertas, dan semua rincian uang dengan detail. Adel juga menerangkan jika dengan uang kertas yang diterangkannya bisa membeli apa saja, setidaknya ini menjadi pengetahun dasar buat Ali agar Ali bisa menghargai uang.

Seharian Ali memperlajari seluruh isi rumah, ia akan menanyakan semua benda yang tak ada di kehidupan Nyi Ayu. Ali pun mempelajari isi dapur. Saat mempelajari cara menyalakan kompor gas adalah hal yang paling membuatnya bahagia, Ali terus menerus menyalakan dan mematikan knop di kompor gas, ia akan tertawa girang saat api tersebut menyala, "ahahahha.."

"Mak, kok kaya bocah yah?" bisik Sarji yang merasa tingkah Ali seperi anak kecil yang mempunyai permainan baru.

Kemudian saat Ali membuka lemari es, ia pun girang. Ali terus menerus membuka pintu lemari es tersebut, "ahh..sejuknya," ujar Ali sembari menghirup uap dingin yang dikeluarkan lemari es tersebut, lalu ia membuka pintu lemari es, hanya untuk mengintip lampu dalam lemari es yang bisa menyala dan padam saat pintu tertutup.

"Dunia Ali sungguh luar biasa," seru Ali takjub, lalu Ali beralih ke lampu listrik. Ali menekan saklar on/of, menekan saklar ke bawah menjadikan lampu menyala, lalu menekan saklar ke atas maka lampu akan padam.

Ali berlari ke seluruh ruangan di rumah itu, mencoba menekan semua saklar lampu. Di dunia Nyi Ayu hanya menggunakan obor minyak tanah, ia benar-benar kagum dengan kemajuan teknologi di dunia Ali. Seluruh keluarga Ali terlihat bingung, heran, pasrah dan lucu melihat tingkah Ali yang seperti anak kecil.

Mata Ali melihat jam dinding yang berputar, "itu apa?" tanyanya heran. Mereka semua menoleh pada jam yang di tunjuk Ali. Dengan sabar, mereka bergilir menerangkan setiap pertanyaan Ali.

"Mak, ada hal yang penting banget, harus kita jelaskan sama Bang Ali," ujar Adel terdengar was-was, tatapannya terlihat penuh kekhawatiran saat memandangi Ali yang meneliti isi ruangan tamu rumah mereka.

Mereka semua menoleh pada Adel, dengan tatapan ketakutan, kini hidup mereka seperti sebuah misteri karena Nyi Ayu memasuki tubuh Ali, mereka tak bisa menduga kejadian apa yang akan terjadi dari tingkah Ali, "apa, Dek? Jangan bikin penasaran!" ujar Iin ketakutan.

Adel menunjuk tubuh Ali yang sedang berjalan memandangi foto keluarga di dinding, "Emak, Bang Ali kan laki-laki yah, kenapa jalannya gemulai?"