Kuze Hamada tidak sesempurna yang diketahui orang-orang. Jika mereka menganggap semua kelebihan dan kesuksesannya sebagai perhiasan yang menakjubkan, maka dirinya sendiri justru tak percaya akan hal itu. Menjadi anak yang brilian sejak kecil, tapi dengan keluarga yang tak utuh … semuanya jadi tak berarti.
Kuze Hamada tidak meminta lebih. Meski dulu muluk-muluk menginginkan kasih sayang orangtua, namun sejak mendewasa semua itu dia buang jauh-jauh. Lupakan pendapat orang lain. Namun, meski kedua orangtuanya bercerai sedari kecil, kematian tetap menjadi hal yang sulit dia terima sampai kapan pun.
"DAMN! Arrgh!"
Dia berteriak di sebelah kursi yang berjejeran di bandara, menendangnya. Orang-orang yang berbisik dia lupakan begitu saja. Yuki yang menelpon pun diblokir. Kepalanya panas, sungguh … dan dia hanya bisa duduk dengan amarah karena seluruh penerbangan keluar negeri didelay karena badai salju.
Apoya a tus autores y traductores favoritos en webnovel.com