webnovel

Seribu botol Stipo (2)

Editor: Wave Literature

Tanpa menanggapi pertanyaan sang pelayan ataupun perduli jenis minuman beralkohol apa yang dibawanya, gadis itu mengulurkan tangan dan mengambil gelas yang dibawa pelayan itu dan meletakkannya di bibir, kemudian menenggak isinya sampai habis.

Pandangan gadis itu kembali terarah ke He Jichen dan Xia Yuan yang sedang duduk.

Xia Yuan sudah menghabiskan es krimnya dan kini sedang melahap mango pomelo sago. Gadis itu sepertinya menumpahkan sesuatu di bajunya karena He Jichen lalu menyodorkan selembar tisu padanya. Sembari menerima tisu itu, dia mendongak dan tersenyum manis pada He Jichen, kemudian menunduk dan mengelap kerah bajunya.

Ji Yi tak dapat menahan diri dan mencengkeram gelas di tangannya lebih erat lagi. Detik berikutnya, dia mengalihkan pandangan dan meletakkan gelas kosong itu di atas nampan yang dipegang oleh pelayan, kemudian mengambil satu gelas lain dan meneguknya sampai habis.

Karena kadar alkohol dalam minuman yang telah ditenggak Ji Yi cukup tinggi, dan gadis itu sudah meneguk dua gelas secara berturut-turut, dia merasa agak pusing. Setelah menemukan tempat tak jauh dari sana untuk duduk, ia lalu meminta pelayan meninggalkan dua gelas anggur lagi untuknya sebelum pergi.

Beberapa orang yang berjalan melewati Ji Yi menyapanya dengan kata, "Halo". Ji Yi spontan tersenyum, tapi ia tidak benar-benar mendengarkan apa yang mereka katakan padanyaꟷsudut matanya terus terarah kepada dua orang yang sedang duduk di samping jendela.

Xia Yuan sudah selesai makan. Ia meletakkan sendok dan mengambil sapu tangan untuk membersihkan sudut bibirnya. Ji Yi tidak dapat mendengar apa yang dikatakan He Jichen, tetapi Xia Yuan kemudian dengan elegan bangkit dari duduknya, lalu pergi menuju kamar kecil.

Ketika gadis itu sudah berlalu, He Jichen memanggil Chen Bai.

Karena Ji Yi berada terlalu jauh, dia tidak dapat mendengar apa yang mereka bicarakan, tetapi ia lalu melihat Chen Bai meraih ponselnya setelah He Jichen selesai berbicara. Setelah mengutak-atik ponselnya selama beberapa saat, Chen Bai lalu menunjukannya pada He Jichen seakan mengharapkan persetujuan dari tuannya. Baru setelah He Jichen mengangguk, Chen Bai mengambil ponselnya kembali, dan melanjutkan memencet layar ponselnya.

Lebih dari sepuluh detik kemudian, Chen Bai menyimpan ponselnya. Samar-samar Ji Yi dapat menangkap perkataan: "Tuan He, sudah selesai " dari bibir asisten itu.

Ji Yi menebak bahwa pemuda itu pasti telah menyuruh Chen Bai melakukan sesuatu untuknya, dan sang asisten melaksanakannya melalui ponselnya.

He Jichen mengangguk pelan ketika Xia Yuan kembali. Gadis itu mengucapkan beberapa kata pada Chen Bai sambil tersenyum cerah, lalu menghampiri pemuda itu dan membisikkan sesuatu di telinganya, tanpa duduk terlebih dahulu.

Raut wajah pemuda itu tidak berubah, tetapi ia mengerutkan kening, lalu beberapa saat kemudian, dia berdiri.

Ji Yi tidak tahu apa yang dikatakan oleh He Jichen pada Chen Bai, tetapi sang asisten lalu menyerahkan sebuah kunci kamar pada He Jichen.

Sembari menerimanya, pemuda itu menoleh pada Xia Yuan, dan tanpa mengatakan apapun, lalu berjalan ke lift.

Gadis itu melambaikan tangan pada Chen Bai dan bergegas menyusul He Jichen.

Mereka berdua lalu masuk ke dalam lift yang sama. Setelah angka berwarna merah pada sebelah atas lift mulai bergerak naik, tatapan nanar Ji Yi tertuju pada gelas anggur di hadapannya.

He Jichen mengambil kunci kamar dan mengajak Xia Yuan ke lantai atas? Apa yang mereka lakukan di atas sana?

Ji Yi merasa kepalanya akan meledak; segala macam pertanyaan mulai mengisi benaknya.

Merasa gelisah bukan kepalang, gadis itu meneguk habis dua gelas anggur yang tadi belum disentuhnya, tanpa berpikir dua kali. Dia tidak dapat melepas keresahan yang tiba-tiba menyerangnya.

Ia lalu meletakkan kedua gelas yang kini kosong di atas meja di hadapannya dengan keras, tanpa memperdulikan dua orang pelayan yang menatapnya, terkejut karena tindakannya itu. Kemudian gadis itu berdiri dengan terhuyung.