webnovel

Pikirkan Dulu, Sebelum Kau Menjawab (6)

Editor: Wave Literature

Ji Yi mendapati dirinya tak dapat berpaling ketika menatap pantulan mereka berdua di cermin itu. Gadis itu baru tersadar ketika mereka telah melewati cermin tembaga itu sehingga ia tidak dapat melihat apa pun lagi.

Di mengangkatku dengan postur tubuh seakan takut akan melukaiku tanpa sengaja…

Ketika hal itu melintas di benak Ji Yi, seakan ada sesuatu yang menusuk jantungnya dengan keras, membuatnya gemetar hebat.

Ia spontan mendongak dan memandang He Jichen.

Raut wajahnya terlihat masih sama dengan ketika dia baru saja datangꟷdingin dan suram. Akan tetapi saat He Jichen menyapu ruangan dengan pandangannya untuk mencari tempat di mana dia bisa membaringkannya, Ji Yi juga menangkap sekilas keresahan di wajahnya.

Pandangan pemuda itu tertuju pada suatu tempat di dalam istana, akhirnya menemukan tempat untuk membaringkan gadis itu. Dengan wajah yang menempel di dada He Jichen, Ji Yi merasakan ketika pemuda itu menarik napas lega, seakan baru saja menyelesaikan sebuah masalah besar.

Ji Yi masih di dalam dekapannya ketika He Jichen akhirnya berhenti di depan sebuah ranjang yang ada di dalam istana.

Meskipun ranjang itu telah dirapikan, entah sudah berapa orang dari tim produksi yang pernah duduk di sana. Beranggapan bahwa ranjang itu kotor, setelah membaringkan Ji Yi, pemuda itu membuka jaketnya lalu meletakkannya pada sisi lain ranjang, dan membaringkan Ji Yi di atasnya. Kemudian ia berbalik dan menoleh pada Cheng Weiwan.

He Jichen hanya mundur satu langkah dari pinggir ranjang ketika Cheng Weiwan tiba.

Pandangan Ji Yi tertuju pada jari-jari He Jichen yang gemetaran.

Ini adalah untuk pertama kalinya dia melihat He Jichen bersikap seperti itu. Jemari gadis itu menggigil untuk sesaat lalu ia mencengkeram jaket He Jichen yang ada di bawah tubuhnya erat-erat.

Semenjak dia datang hingga saat ini, He Jichen berusaha keras untuk tidak menunjukkan ekspresi apapun. Meskipun orang-orang di sekitar mereka tidak menyadari apa-apa, Ji Yi, yang pernah mengenalnya cukup dekat, menyadari setiap reaksi kecilnya.

Ji Yi tidak bodoh. Dia tahu arti semua reaksi kecil He Jichen itu.

Dia khawatir...

He Jichen ternyata mengkhawatirkan aku?

Tak peduli seperti apa pun ia memikirkannya, hal itu tidak masuk akal. Akan tetapi, tidak dapat disangkali bahwa He Jichen ternyata mengkhawatirkan seseorang seperti dirinya. He Jichen mengkhawatirkan keselamatannya.

"Saat aku merawat lukamu, akan terasa agak sakit. Kau harus menahannya." Suara Cheng Weiwan terdengar tenang dan terkendali, seperti saat itu ketika dia menanyakan apakah Ji Yi tertarik dengan "Three Thousand Lunatics" melalui sambungan telepon.

Mendengarnya, Ji Yi sedikit tersadar. Hatinya masih sedikit tergetar oleh perlakuan He Jichen, maka ia hanya memberi Cheng Weiwan anggukan kecil tanpa mengatakan apapun.

Meskipun Ji Yi sudah mempersiapkan diri, ketika Cheng Weiwan merawat lukanya, gadis itu merasa sangat kesakitan sehingga giginya bergemeretakan dan dia terus menerus menarik napas tajam.

He Jichen belum pergi, dia berdiri tidak terlalu jauh dari mereka. Awalnya, dia bisa mengendalikan emosinya, tetapi ketika mendengar suara tarikan napas tajam Ji Yi yang semakin sering, dia tidak tahan lagi dan mulai mondar-mandir mengelilingi lobi.

Luka di pinggang Ji Yi cukup dalam, sehingga perlu dijahit.

Lokasi studio film itu sangat terpencil, sehingga Ji Yi tidak akan bisa bertahan jika mereka membawanya ke rumah sakit. Cheng Weiwan tidak membawa obat bius dalam kotak peralatan medisnya, sehingga yang bisa dilakukan Ji Yi hanya menahan sakit ketika lukanya dijahit.

Meskipun Ji Yi berusaha sekuat tenaga untuk menahan rasa sakitnya, ketika jarum jahit menusuk kulitnya satu demi satu jahitan, gadis itu menjerit tertahan.

He Jichen, yang sedang mondar-mandir cukup jauh dari sana, tiba-tiba bergegas menghampirinya ketika mendengar jerit kesakitan Ji Yi. "AAH--"