webnovel

Pengalaman Kedua Mereka (4)

Editor: Wave Literature

Setelah berkata demikian, Ji Yi sepertinya menjadi lelah dan sudah selesai bermain-main, dan dia langsung tenang.

Senyuman Ji Yi tidak menghilang dari bibirnya, dan setitik kehangatan memenuhi mata He Jichen, memandang wajah ceria gadis itu.

He Jichen memandanginya beberapa saat. Setelah melihat bahwa Ji Yi sudah tidak lagi berulah, ia lalu menoleh. "Panggil pelayan wanita untuk membantunya mandi," kata He Jichen pada Chen Bai, yang masih berdiri di depan pintu.

...

Setelah pelayan hotel membantu Ji Yi masuk kamar mandi, He Jichen menyambar jubah mandinya dan masuk ke kamar mandi lain di ruang tengah.

Kepala dan wajahnya dilumuri cairan stipo yang tidak mudah dibersihkan. Setelah susah payah membersihkan diri, pemuda itu memakai jubah mandinya dan berdiri di depan wastafel. Dia mengambil handuk dan baru saja hendak mengeringkan rambutnya ketika mendengar suara si pelayan wanita yang terdengar resah dari balik pintu kamar mandi. "Nona Ji, jangan lari. Nona Ji, hati-hati..."

Setelah bersusah payah menenangkannya dan membuatnya mandi, dia tidak mungkin bertingkah lagi, kan?

Jari-jari He Jichen mulai gemetar dan tanpa berpikir dua kali segera melempar handuknya ke dalam wastafel. Dia lalu membuka pintu kamar mandi dan bergegas keluar setelah dengan terburu-buru mengikat jubah mandinya.

Ada jejak cairan stipo dari meja kopi di ruang tengah, sampai ke kamar mandi.

Kenapa dia mengambil stipo lagi?

Baru saja He Jichen mengerutkan kening karena penasaran, dia mendengar suara sang pelayan dari kamar mandi. "Nona Ji, hati-hati, jangan sampai jatuh!"

Sang pelayan baru menyelesaikan ucapannya ketika terdengar suara "brakk!", seakan sesuatu jatuh ke lantai.

He Jichen bergidik perlahan. Tanpa peduli apakah Ji Yi sudah mengenakan pakaian atau tidak, pemuda itu bergegas menuju ruang tidur dan membuka pintu kamar mandi yang terhubung dengan ruangan itu dengan sebelah tangan.

"Xiao——" He Jichen baru mengucapkan satu kata itu ketika melihat sosok Ji Yi meringkuk dengan mengenakan jubah mandi yang basah kuyup.

Ji Yi membelakanginya, sehingga He Jichen tidak dapat melihat raut wajahnya. "Stipo ini sudah berhasil menghapus beberapa kesalahan, tapi tak peduli berapa banyak yang telah kupakai di kamar mandi ini, kenapa baunya masih tetap ada…" gumam Ji Yi tanpa henti.

Sang pelayan yang resah berdiri di tepi kamar mandi. Ketika dengan panik memikirkan apa yang harus diperbuatnya, ia melihat He Jichen dari sudut matanya dan segera menghampiri pemuda itu seakan dia adalah seorang penyelamat. "Tuan He, Nona Ji tadi sudah menurut ketika saya membantunya mandi, tetapi entah mengapa, dia tiba-tiba mulai bertingkah. Dia mengambil beberapa botol stipo dan menuangkannya ke seluruh kamar mandi…"

He Jichen tidak menunggu pelayan itu selesai bicara. Ia lalu menunjuk ke arah pintu, memberinya isyarat untuk pergi dulu.

Setelah pelayan itu pergi, He Jichen menghampiri Ji Yi.

Sebelum sampai ke dekat Ji Yi, He Jichen mendengar gadis itu menggumamkan namanya. "He Jichen, apa kau tahu, kau sudah membuatku kesal..."

Langkah kaki pemuda itu mendadak terhenti.

He Jichen tidak bodoh. Ketika Ji Yi minum begitu banyak, dia tahu gadis itu pasti memiliki banyak beban pikiran. Hanya saja dia tidak tahu jika dia-lah yang membuatnya kesal.

Pemuda itu menatap tubuh Ji Yi yang meringkuk di kamar mandi, tanpa mengetahui bagaimana dia telah membuat gadis itu kesal. Pada akhirnya, dia memutuskan bahwa percuma saja memikirkan hal itu dan segera keluar dari kamar mandi. Dia lalu mengambil ponsel, dan menelepon Chen Bai.

Setelah menutup telepon, He Jichen kembali ke kamar mandi.

Ji Yi pasti sudah kelelahan karena tingkahnya tadi, karena ketika pemuda itu membopong tubuhnya dari kamar mandi, gadis itu hanya memberontak sebentar, lalu berhenti seolah sudah menyerah.