webnovel

Menyatakan Perang Demi Dia (9)

Editor: Wave Literature

"Ada hal lain yang ingin kukatakan," jawab He Jichen dengan elegan.

Ada secercah harapan di mata Qian Ge, jantungnya berdegup penuh kebahagiaan.

Akan tetapi harapan akan kebahagiaan itu hanya berlangsung sekejap saja, saat He Jichen beranjak ke tempat sampah dan mengetuk jatuh abu rokoknya. Kemudian, empat patah kata itu meluncur begitu saja dari bibirnya, "Menjauhlah dari Ji Yi."

Wajah cantik Qian Ge seketika memucat. Ia terlihat seakan hendak tertawa dan menangis di saat yang sama. Gadis itu terdengar goyah ketika berkata, "He Jichen, kau sengaja melakukannya, bukan? Kau jelas tahu bahwa aku benci mendengarmu bicara tentang Ji Yi, tapi setiap kata yang kau ucap tak pernah menyimpang darinya! Kau sengaja datang untuk menahanku supaya tidak pergi, kan?"

"Heh!" dengus He Jichen, seakan baru mendengarkan sebuah lelucon konyol. Suaranya dipenuhi ejekan, "Aku sengaja datang untuk menahanmu? Kau terlalu besar kepala! Kau pikir aku berdiri di sini hanya untuk bernostalgia denganmu? Oh, tunggu, memangnya apa yang bisa kunostalgiakan denganmu? Satu-satunya alasanku berada di sini adalah karena aku ingin mengatakan sesuatu padamu!"

Setelah mengatakan hal itu, He Jichen mengangkat tangan dan membuang puntung rokok ke dalam tong sampah. Ia lantas mengambil dua langkah ke depan Qian Ge.

Begitu sampai di depan gadis itu, ia menghentikan langkahnya. Ketenangan seketika itu juga lenyap dari tubuh He Jichen digantikan oleh ketegangan. Ketika pemuda itu kembali berbicara, ia terdengar jauh lebih tegas dan serius.

"Menjauhlah dari Ji Yi. Aku serius! Kalau kau memang harus membandingkan dirimu dengannya, maka aku bisa katakan bahwa empat tahun yang lalu, kau sama sekali tidak ada apa-apanya dibanding Ji Yi. Empat tahun setelah itu, kau masih tak sebanding dengannya!"

"Entah apakah kau bisa menerima kenyataan ini atau tidak, tapi sejak hari pertama kau bertemu dengannya, kau sama sekali tak layak untuk dibandingkan dengannya!"

"Kata-kata yang tidak diucapkannya kepadamu—akan kukatakan sekarang. Dia tidak menyatakan perang denganmu, tapi akulah yang akan berperang mewakilinya!"

"Camkan ini baik-baik: Tak lama lagi, Ji Yi akan meninggalkanmu dalam debu! Lagi pula, dia tidak perlu membandingkan dirinya denganmu, karena dia memang yang terbaik. Empat tahun yang lalu, dia sudah berdiri di puncak. Empat tahun kemudian, Dia masih bisa kembali menjadi yang terbaik!"

"Kuberitahu ya, suatu hari nanti ke manapun dia pergi, semua orang akan mengelu-elukannya. Kalau dia tidak bisa mencapai puncak, maka Aku- He Jichen, yang akan memastikan agar Dia berada di puncak!"

He Jichen mengatakan semua itu dalam sekali tarikan napas, lalu mundur dua langkah. Tangannya terangkat untuk membetulkan kemeja, kemudian berbalik pergi.

He Jichen belum jauh ketika ia teringat akan sesuatu. Ia menoleh ke belakang dan melotot ke arah Qian Ge dengan sorot mata yang tajam. Wajah Qian Ge berubah dari putih, lantas membiru. "Dan juga, berhenti menyebut karirnya hanya berlangsung sebentar. Itu tidak akan pernah terjadi. Bahkan jika karirnya hanya berlangsung sebentar, Aku- He Jichen, tidak akan membiarkannya dilupakan begitu saja!"

Setelah itu, He Jichen beranjak pergi.

Qian Ge mematung di tempatnya berdiri. He Jichen belum pergi jauh ketika Qian Ge akhirnya terlepas dari rasa syoknya. Tanpa memperdulikan penampilannya lagi, Qian Ge berlari kecil menyusulnya.