webnovel

Mengapa Tidak Kau Ceritakan Padaku? (10)

Editor: Wave Literature

Qian Ge sudah melihat berbagai sifat Ji Yi yang berbeda, tetapi dia belum pernah melihat sisi ini sampai saat ini.

Benih rasa takut atas keangkuhan dan ketegasan yang dipertontonkan Ji Yi mulai tumbuh di dalam hatinya sembari menatap Ji Yi lekat-lekat selama beberapa saat. Dia tidak membalas Ji Yi dengan sepatah katapun. Akhirnya, dia hanya bisa berdiri mematung untuk sesaat, lalu menghentakkan kaki dan berjalan menuju pintu, merasa agak malu. Tetapi ketika dia sampai di pintu, langkahnya mendadak terhenti.

Bingung, Ji Yi menoleh ke arah Qian Ge hendak bertanya: Sekarang, apa lagi maumu? Namun mengurungkan niatnya ketika melihat Qian Ge menatap tembok di seberang pintu kamarnya seraya bergumam dengan takjub, "He… Jichen?"

Kata-kata selanjutnya yang ada di mulut Ji Yi lantas membeku.

He Jichen? Dia ada di depan pintu? Apakah Qian Ge bercanda...

Ia lalu mendengar samar-samar suara dari luar kamar seakan seseorang baru saja berdiri. Sedetik kemudian, tubuh He Jichen yang tinggi dan tegap terlihat olehnya.

Tubuh Ji Yi seketika membatu. Darah di sekujur tubuhnya seakan berhenti mengalir.

Setelah beberapa detik, pikiran Ji Yi perlahan mulai berputar.

He Jichen benar-benar ada di sana. Sejak kapan dia kembali? Pintu tidak tertutup semenjak aku berdiri di depan pintu... jadi, apakah dia mendengar semua perkataanku?

Kalau begitu, dia juga tahu bahwa aku yang menanam silet di kostum itu?

Hal yang paling dibenci oleh He Jichen adalah jika para aktor dan aktris bermain siasat ketika sedang syuting. Hal itu bukan hanya akan menunda proses syuting selama beberapa hari, tetapi yang paling penting adalah, begitu menemukan silet itu, dia berdiri di hadapan semua orang untuk membantunya menyelesaikan situasi itu.

Pada akhirnya, dia menyadari bahwa Ji Yi adalah tokoh di balik itu semua …

Keresahan yang memberatkan hati melanda Ji Yi dan dia diam-diam menarik napas panjang. Dia menahan gundah dalam dirinya sebelum mencuri pandang pada dua orang yang sedang berdiri di depan pintu.

Qian Ge tidak pernah membayangkan bahwa ada seseorang yang berdiri di depan pintu. Ia begitu terperangah saat mendapati pemuda itu berada di sana.

He Jichen berdiri dengan ekspresi suram di hadapannya. Tangannya yang terluka dibalut dengan tisu bernoda darah. Dia sedang membawa sebuah tas besar di tangannya, yang entah apa isinya.

Pandangannya yang datar tertuju pada Ji Yi, bola matanya yang gelap menghanyutkan tidak menunjukkan sedikit pun emosi.

Matanya yang mempesona mengenakan ekspresi dingin seperti biasanya, yang membuat Ji Yi kesulitan mengetahui apa yang sedang dia pikirkan, apalagi menebak jika dia mendengar percakapannya dengan Qian Ge tadi.

Sementara Qian Ge, saat tersadar, dia menatap He Jichen selama beberapa saat, dan kemudian matanya berbinar. Dengan tidak sabar, dia memekik, "Direktur He, apa kau baru saja mendengar percakapan kami? Apakah kau mendengar bahwa dialah yang memasang silet di kostumnya sendiri?"

Pandangan He Jichen terpaku pada Ji Yi seakan tidak mendengar satu patah kata pun yang diucapkan oleh Qian Ge. Dia bahkan tidak melihat ke arah wanita itu.

Hati Ji Yi was-was dan ujung-ujung jarinya gemetaran di bawah pandangan itu.

"Direktur He, aku mengira bahwa manajerku yang melukai Ji Yi, jadi aku merasa bersalah dan sengaja datang untuk meminta maaf padanya. Lihatlah, aku membawakannya begini banyak minuman sehat Cina. Tetapi kemudian dia mengatakan padaku bahwa dia sengaja meletakkan silet itu di sana untuk memfitnahku! Direktur He…"