webnovel

Kau Tidak Pernah Sendiri, Kau Masih Memilikiku (4)

Editor: Wave Literature

"Aku sebenarnya tidak ingin melakukan hal itu, tapi kak Yuguang, apakah kau tahu? Sejak hari pertama aku bergabung dengan para aktor dan kru serial ini, aku setiap hari kelaparan. Aku bosan makan mie instan terus. Saat aku ingin pergi ke kamar kecil, selalu saja ada orang yang mengisinya. Aku tidak berani menunda jadwal syuting, jadi yang bisa kulakukan hanyalah menahannya. Pernah satu kali, aku menahannya sampai selesai syuting, dan perutku sakit sekali. Lalu aku tidak berani minum air, jadi aku tidak perlu pergi ke toilet terlalu sering, untuk menghindari hal-hal yang tidak diinginkan, tetapi aku mulai dehidrasi dan mimisan…"

Ketika He Jichen membaca pesan yang cukup panjang itu, bayangan tentang mie instan yang dilihatnya di kamar Ji Yi kembali melintas di benaknya. Ia merasakan gelombang rasa sakit menyerangnya seakan seseorang menggenggam jantungnya, dan mencengkeramnya.

Ji Yi sepertinya masih ingin mengatakan lebih banyak hal, karena di layar ponsel masih terlihat kata: "mengetik…"

He Jichen belum pulih dari rasa sakitnya ketika sebuah pesan panjang muncul di layar. "Aku bukanlah seorang gadis naif yang akan membiarkan seseorang menganiayaku tanpa melakukan sesuatu. Aku hanya ingin membuat hari-hariku lebih mudah, jadi ketika aku mendapat kesempatan, aku memutuskan untuk melakukannya."

"Kak Yuguang, aku tidak pernah berpikir untuk menggunakan tipu daya untuk bisa sampai ke puncak dan tidak pernah membayangkan bertarung dengan orang lain. Aku hanya ingin melindungi diriku, karena jika aku tidak melakukannya, tidak ada orang lain di dunia ini yang akan melindungiku."

He Jichen selalu mengira bahwa dia mengenal Ji Yi dengan cukup baik, maka ketika Ji Yi mengirimkan perkataan itu, untuk yang pertama kalinya dia menyadari betapa banyak kesedihan dan kesepian yang disembunyikan oleh wanita yang dicintainya itu.

Rasa sakit yang tidak bisa dilukiskan dengan kata-kata menusuk jantungnya dan jari-jarinya mulai sedikit gemetar

Setelah selesai mengetik kata-kata itu, tidak ada tanda apa-apa lagi dari Ji Yi pada layar ponselnya.

Mungkin dia sedang hanyut dalam pikirannya, atau mungkin dia sedang menunggu jawaban darinya.

Entah berapa lama waktu berlaluꟷmungkin satu menit, atau bahkan sudah sepuluh menit. He Jichen belum menemukan cara yang tepat untuk menjawab Ji Yi ketika ponselnya tiba-tiba menyala. Gadis itu mengirimkan pesan lain. Dibandingkan dengan pesan sebelumnya, kali ini pesannya cukup singkat: "Jika aku bisa memiliki hidup yang mudah, mengapa aku harus susah payah memutar otak memikirkan rencana seperti itu?"

Darah di wajah He Jichen terkuras habis ketika matanya menatap pesan itu, dan bibirnya yang mengatup berubah pucat.

Dia harus mengakui bahwa ketika dia mengetahui bahwa Ji Yi melukai dirinya sendiri, dia sangat marah.

Dia tidak mengerti mengapa Ji Yi sampai berbuat demikian. Apakah ada yang lebih penting dari keselamatannya sendiri?

Tetapi kini, dia hanya merasakan sakit hati.

Seperti yang baru saja dikatakan oleh Ji Yiꟷjika dia bisa hidup dengan mudah, mengapa dia harus memutar otak membuat rencana seperti itu?

Seberapa putus asa dan tak berdayanya dia sampai menggunakan dirinya sendiri sebagai umpan?

Dia masih wanita yang sama yang bersemayam di hatinya setelah melihat sekilas sosoknya di halaman SMA Yizhong, Sucheng. Secara diam-diam, ia telah bersumpah melindungi wanita ini selamanya, jadi bagaimana mungkin wanita ini bisa begitu menderita?

Hati He Jichen seakan telah dikoyak-koyak secara brutal; darahnya terus mengucur dan rasa sakitnya tak kunjung hilang.

Dia dulu berpikir bahwa rasa sakit yang dialaminya setelah melakukan seks dengan Ji Yi empat tahun yang lalu cukup untuk membuatnya tidak ingin hidup lagi setelah malam itu…

Tetapi hari ini dia menyadari bahwa ada rasa sakit yang jauh lebih besar dari ituꟷyaitu menyadari bahwa Ji Yi menderita.