webnovel

Bisakah Kau Memelukku? (3)

Editor: Wave Literature

He Jichen mengerutkan kening, kebingungan terpancar di matanya.

Ya, ya, ya, untuk meminta maaf … alasan ini amat-sangat-sempurna!

Ji Yi diam-diam memuji diri sendiri atas kepintarannya sambil melanjutkan penjelasannya pada He Jichen: "Meskipun orang suruhan Qian Ge memakai cara kotor untuk mengerjaiku, aku tetap tidak boleh melakukan sesuatu sedrastis kemarin. Lagi pula, tim produksi bukanlah rumah tetapi tempat bekerja. Pasti sangat merepotkan para aktor dan kru produksi karena harus merombak jadwal syuting. Aku sungguh menyesal."

Jadi dia menyangkalku dengan tiga kata 'tidak' yang berurutan hanya karena hal ini… Kebahagiaan mengisi hati He Jichen dan warna suram di matanya seketika itu pun menghilang. Suaranya terdengar jauh lebih lembut ketika ia berkata, "Sekarang semuanya sudah berakhir, jadi jangan khawatirkan hal itu."

Ji Yi tidak pernah membayangkan bahwa He Jichen memiliki sisi yang begitu lembut. Dia menjawab dengan pelan, "Mhm" sambil diam-diam memandangi pria itu dengan terkesima.

Dengan tangan kirinya, dia mengambil kotak makanan dari kantung yang dibawa Ji Yi.

Karena melihat He Jichen yang tidak nyaman memakai tangan kiri di restoran tadi, Ji Yi segera mengulurkan tangan untuk mengambil sendok yang dia minta dari pelayan untuk dibungkus tadi.

Setelah membersihkannya dengan tisu, gadis itu menggunakannya untuk mengaduk nasi goreng itu beberapa kali agar tidak padat dan menyerahkannya kepada He Jichen.

He Jichen tidak mengambil sendok itu setelah melihat semua yang dilakukan oleh Ji Yi untuknya.

Ji Yi mendongak pada He Jichen dengan bingung; Ekspresinya tidak berubahꟷdia masih terlihat dingin seperti biasa, tetapi diam-diam ada senyum rahasia yang tersembunyi di sudut matanya.

Tercengang, Ji Yi tidak yakin apakah dia hanya salah lihat ketika ekspresi He Jichen itu menghilang. Akhirnya pemuda itu mengulurkan tangan untuk mengambil sendok dari tangan Ji Yi.

Ji Yi duduk di sampingnya ketika dia makan.

Melihatnya kesulitan menyuap nasi dengan sendoknya, sesekali Ji Yi mengulurkan tangan untuk membantunya mengaduk nasi yang menggumpal.

Mereka berdua tampak seirama. Meskipun mereka tidak saling berbicara satu sama lain, atmosfir dalam ruangan terasa bersahabat.

Ketika melihat dasar kotak nasi goreng itu mulai terlihat, Ji Yi lalu berdiri dan berjalan ke arah meja dapur untuk membuatkan secangkir kopi bagi He Jichen. Ketika ia membawa secangkir kopi itu kembali untuk He Jichen, pria itu sudah selesai makan dan mulai mengetik pada ponselnya.

Saat gadis itu meletakkan kopi di depan He Jichen, pria itu mendongak menatapnya lalu menunjuk ke arah sofa dan dengan pelan berkata "Tunggu sebentar". Kemudian dia menundukkan kepala dan mengetik pada ponselnya dengan tangan kiri.

Ji Yi tanpa sengaja melihat ke arah ponsel He Jichen dan melihat bahwa dia sedang membalas sebuah email. Menyadari bahwa He Jichen sedang sibuk dengan pekerjaannya, Ji Yi lalu minggir dan duduk.

Melihat He Jichen sibuk dengan ponselnya, Ji Yi teringat bahwa seharian itu dia belum menyentuh ponselnya, maka ia pun mengeluarkan ponselnya dari saku.

Ji Yi membuka kunci layar ponsel, langsung membuka WeChat karena sudah menjadi kebiasaannya, dan menemukan beberapa notifikasi. Ji Yi menggesek layar ponsel ke bawah, dan setelah selesai mengirim balasan untuk Tang Huahua, dia melihat nama yang familiar di bagian bawah layar: Kak Yuguang.

Ada dua pesan yang belum terbaca.

Waktu menunjukkan bahwa pesan itu terkirim lewat jam satu dini hari kemarin.