webnovel

Menikahi Barista Ganteng

Cielo William adalah seorang gadis yang cantik dan bergelimang harta. Hidupnya tampak begitu sempurna karena di usianya yang matang, ia sukses menjalankan bisnis Hotel Poseidon milik ayahnya dan ia pun memiliki seorang kekasih yang tampan, serta kaya raya. Justin Sugiatno, kekasih Cielo yang sempurna dan ia sangat tergila-gila pada pria itu hingga orang tua mereka pun setuju untuk menjodohkan mereka. Awalnya kisah cinta mereka berjalan baik hingga akhirnya Cielo bertemu dengan seorang pria yang menyebalkan. Graciello Andreas, seorang karyawan di Hotel Poseidon, telah membuat perasaan Cielo jungkir balik. Setiap kali mereka bertemu, selalu saja terjadi masalah dan Cielo sangat kesal pada pria itu. Cielo dan Justin akan segera bertunangan, tapi sesuatu terjadi. Justin mabuk, dan pria itu nyaris menodai Cielo. Graciello pun datang untuk menolongnya. Semenjak kejadian itu, Cielo pun tidak ingin melanjutkan hubungannya dengan Justin, tapi ia terlalu takut untuk mengakuinya pada orang tuanya. Terpaksa, Cielo melakukan kawin kontrak dengan Graciello supaya orang tua Cielo percaya dan menjauhkan Justin dari hidupnya. Demi setumpuk uang untuk mewujudkan cita-citanya menjadi seorang barista, Graciello pun setuju melakukan kawin kontrak tersebut. Apa yang akan terjadi jika kucing dan anjing disatukan dalam satu ranjang yang sama? Ikuti kisah perjalanan cinta Cielo. Hanya di Webnovel. PS: Buku ini adalah sekuel dari buku Terima Aku Apa Adanya.

Santi_Sunz · Ciudad
Sin suficientes valoraciones
402 Chs

304. Napas Terakhir

"Nenek kurus sekali," komentar Ello sambil menekan-nekan tulang bahu neneknya.

"Oh ya? Waktu aku muda dulu, aku selalu menjaga makan supaya badanku langsing. Tapi semua usahaku itu percuma saja karena ternyata menjadi langsing itu susah. Makan sedikit pun bisa langsung gemuk. Berbeda dengan sekarang, mau gemuk itu susah sekali. Aku tidak bisa makan banyak. Rasanya mau muntah."

"Tenang saja, Nek. Kalau Nenek makan denganku, pasti rasanya akan jauh lebih enak daripada makan sendirian."

Neneknya tersenyum. "Kamu itu bisa saja. Aku tidak makan sendirian. Aku makan di sebelah kakekmu. Justru makanan enak bisa jadi tidak enak kalau bersama kakekmu. Lebih baik aku makan sendirian saja."

Neneknya tertawa hingga kulit di sudut matanya mengkerut, keriput. Entah sudah berapa lama neneknya tidak pernah tertawa.

Mereka tiba di parkiran dan kemudian Ello menyetir mobilnya menuju ke mall terdekat dari rumah sakit. Neneknya tampak antusias sekali.

Capítulo Bloqueado

Apoya a tus autores y traductores favoritos en webnovel.com