"Aku telah menyelamatkanmu, Tia," kata Justin.
"Menyelamatkan apa? Dengan meniduriku?" Nada bicara Cynthia naik satu oktaf. Itu bagus, meski masih belum terdengar galak.
Justin terkekeh pelan. "Kita sama-sama bersenang-senang, ingat? Aku tidak merasakan ada perlawanan darimu. Kamu sangat menikmatinya dan bahkan ketagihan. Apa kamu benar-benar ketagihan, Sayang? Aku bisa memuaskanmu sekali lagi di sini, sekarang juga."
Pria itu baru saja menurunkan celananya. Senjatanya berdiri mencuat, seakan siap untuk menembak.
Mata Cynthia membelalak ketika melihat pusaka Justin yang luar biasa besar dan panjang itu. Mulutnya terbuka, bisa saja ia melahap benda itu di mulutnya. Ia pernah melihatnya di film-film, tapi Cynthia tidak berani melakukannya.
Ia hanya mundur selangkah sambil menatap ke arah benda luar biasa itu. Ke mana saja ia semalam? Benda itu pasti sudah mampir di dalam tubuhnya, tapi ia baru melihat bentuknya sekarang.
Apoya a tus autores y traductores favoritos en webnovel.com