webnovel

Menikahi Barista Ganteng

Cielo William adalah seorang gadis yang cantik dan bergelimang harta. Hidupnya tampak begitu sempurna karena di usianya yang matang, ia sukses menjalankan bisnis Hotel Poseidon milik ayahnya dan ia pun memiliki seorang kekasih yang tampan, serta kaya raya. Justin Sugiatno, kekasih Cielo yang sempurna dan ia sangat tergila-gila pada pria itu hingga orang tua mereka pun setuju untuk menjodohkan mereka. Awalnya kisah cinta mereka berjalan baik hingga akhirnya Cielo bertemu dengan seorang pria yang menyebalkan. Graciello Andreas, seorang karyawan di Hotel Poseidon, telah membuat perasaan Cielo jungkir balik. Setiap kali mereka bertemu, selalu saja terjadi masalah dan Cielo sangat kesal pada pria itu. Cielo dan Justin akan segera bertunangan, tapi sesuatu terjadi. Justin mabuk, dan pria itu nyaris menodai Cielo. Graciello pun datang untuk menolongnya. Semenjak kejadian itu, Cielo pun tidak ingin melanjutkan hubungannya dengan Justin, tapi ia terlalu takut untuk mengakuinya pada orang tuanya. Terpaksa, Cielo melakukan kawin kontrak dengan Graciello supaya orang tua Cielo percaya dan menjauhkan Justin dari hidupnya. Demi setumpuk uang untuk mewujudkan cita-citanya menjadi seorang barista, Graciello pun setuju melakukan kawin kontrak tersebut. Apa yang akan terjadi jika kucing dan anjing disatukan dalam satu ranjang yang sama? Ikuti kisah perjalanan cinta Cielo. Hanya di Webnovel. PS: Buku ini adalah sekuel dari buku Terima Aku Apa Adanya.

Santi_Sunz · Ciudad
Sin suficientes valoraciones
402 Chs

16. Permohonan Maaf Justin

Jantung Cielo langsung berdebar-debar dengan kencang. Ingatan akan semua yang Justin lakukan padanya semalam seketika membuat Cielo merinding.

Cielo masih ingat seperti apa bau mulut Justin yang memualkan. Ia jadi ingin muntah. Lalu cara Justin menatapnya dan menarik kimononya hingga lepas membuat Cielo ingin meledak marah, tapi ia menahan diri.

Justin si pria berengsek itu tersenyum padanya. Ia mendekat dan kemudian memeluk Briella dengan hangat. "Selamat siang, Sayangku. Maaf, aku bangunnya kesiangan dan tidak sempat sarapan bersamamu. Bagaimana tidurmu semalam? Nyenyak tidak? Kamu pasti masih ingat-ingat terus tentang pesta semalam ya."

Justin tertawa pelan seolah tidak terjadi apa-apa. Cielo masih ingat pengakuan Justin semalam. Menurut Justin, Cielo itu membosankan. Jadi, pria itu sengaja melakukan perbuatannya semalam untuk memuaskan nafsunya.

Cielo merasa jijik sekali. Ia pun memandang Justin dengan tatapan tajam.

"Kamu sendiri bagaimana? Apa kamu tidak ingat akan hal yang terjadi semalam?"

Cielo masih bisa melihat pelipis Justin yang lecet dan hidungnya yang agak memerah karena bengkak sehabis dipukuli Graciello.

"Semalam? Hmmm, ada apa ya?" tanya Justin bingung.

Cielo pun bangkit berdiri sambil melipat tangannya di dada. "Kamu tidak perlu pura-pura bersikap bodoh di hadapanku. Aku tidak mudah kamu tipu, Justin."

"Apa maksudmu, Sayang? Kenapa kamu marah padaku? Apa salahku padamu?"

Cielo pun menampar Justin dengan sangat keras. "Sudah ingat?"

"Cielo! Kenapa kamu menamparku? Ini sakit sekali, Ciel!" seru Justin sambil memegang pipinya.

"Seharusnya aku menamparmu sejak tadi malam, tapi orang lain sudah melakukannya untukku. Hidungmu sudah tidak terasa sakit lagi memangnya? Bukankah semalam itu berdarah?"

Justin melebarkan matanya. "Ya, hidungku berdarah dan aku tidak tahu kenapa. Apa yang sebenarnya terjadi?"

"Semabuk-mabuknya seseorang, tidak mungkin dia sampai lupa perbuatannya sendiri. Kamu nyaris menodaiku, Justin! Kamu menarik pakaianku dan memaksa ingin bercinta denganku!"

Justin terkesiap. Ia mundur beberapa langkah sambil mengusap wajahnya. Ia tampak terkejut dengan perkataan Cielo. Lalu ia menggelengkan kepalanya.

"Aku … aku tidak mungkin …." Justin memejamkan matanya dengan keras sambil memegang kepalanya. "Oh tidak! Oh tidak! Aku telah mendorongmu ke kasur. Oh tidak!"

"Semudah itu kamu melupakan kejadian semalam? Aku bisa saja memanggil pengawal untuk menghajarmu."

Justin meringis. "Maafkan aku, Ciel. Aku tidak bermaksud untuk … Sungguh! Aku saat itu sedang mabuk dan tidak ingat apa pun. Aku mohon, Sayang. Jangan marah padaku. Semua itu di luar kendaliku. Aku tidak sadar kalau aku telah melakukan hal itu padamu."

"Kita tidak sampai melakukannya! Dan itu tidak akan pernah! Kalau saja bukan karena seseorang yang sudah menolongku, kamu mungkin sudah menodaiku!"

"Si-siapa yang sudah menolongmu, Sayang? Katakan padaku," pinta Justin.

Cielo menggerakkan tangannya sambil membuang wajah. "Sudahlah. Itu semua tidak penting! Kamu tidak usah mencari orang itu. Intinya, aku sangat kecewa padamu, Justin! Kamu bilang kalau kamu bosan padaku! Kamu bilang kalau wanita lain rela menyerahkan diri secara sukarela padamu. Jadi, apa selama ini kamu sering bercinta dengan banyak wanita? Begitu?"

"Astaga! Apa aku berkata seperti itu padamu, Sayang?" Justin membelalak sambil mengusap mulutnya.

"Mengaku sajalah. Apa aku adalah wanita yang membosankan bagimu?" Cielo mengangkat alisnya.

"Tidak, Sayang. Aku tidak mungkin berkata seperti itu padamu. Maafkan aku, Cielo. Aku sungguh tidak bermaksud berkata seperti itu padamu."

"Jujur padaku! Apa kamu sering bercinta dengan banyak wanita?!" bentak Cielo.

"Tidak mungkin, Ciel. Aku tidak mungkin tidur dengan banyak wanita. Kamu bisa tanyakan pada teman-temanku! Aku tidak pernah bermain wanita!" kilah Justin.

Mata Justin melebar dan wajahnya tampak polos. Cielo jadi sedih melihatnya.

"Cielo Sayang, aku mohon percayalah padaku. Aku tidak mungkin mengkhianatimu. Aku sangat sangat mencintaimu."

Cielo mendengus sambil menatap wajah Justin sinis. "Aku tidak percaya lagi padamu!"

Justin langsung berlutut di hadapan Cielo sambil memeluk kakinya. Hal itu membuat Cielo jadi semakin jengah.

"Lepaskan kakiku!" seru Cielo sambil menodorong bahu Justin, tapi sulit sekali.

"Tidak akan!" seru Justin. "Aku tidak akan melepaskan kakimu sebelum kamu memaafkanku. Cielo, ayolah maafkan aku atas segala perbuatanku. Aku mohon, Sayangku. Jangan marah padaku. Mungkin di dalam lubuk hatiku yang terdalam, aku amat sangat ingin bercinta denganmu, jadi aku bersikap seperti itu saat aku mabuk. Namun, waktu itu aku memang mabuk. Aku tidak mungkin bersikap begitu jika aku sadar."

Cielo membuang wajahnya. Ia sama sekali tidak mempercayai Justin.