webnovel

Lu Jingchen Tiba-tiba Menciumnya

Editor: Wave Literature

Saat selesai menyelesaikan cuciannya, Yan Xiruo melihat Ye Juemo yang muncul di dalam kamar ini. Ia pun ingin menceritakan ini, namun Ye Juemo sudah membawa koper kecilnya dan meninggalkan kamar ini.

Hanya meninggalkan sosok bayangan yang besar dan dingin kepadanya. Yan Xiruo mendenguskan hidungnya, ia ingin mengungkapkan perasaannya yang cukup rumit untuk diucapkan padanya.

Namun Yan Xiruo juga merasa bahwa sikap Ye Juemo yang tidak mempedulikannya itu justru bagus. Ia ingat bahwa lelaki itu terlalu bahaya, sedangkan dirinya sendiri, tidak yakin bisa menahan perasaannya juga.

Lu Jingchen sudah melukai hatinya satu kali, dan ia belum bisa memberanikan dirinya untuk mencari hubungan selanjutnya. Sekarang ia juga masih terikat dengan pernikahannya, yakni menunggu hingga Lu Jingchen berhasil diangkat menjadi direktur perusahaan keluarganya.

Setelah menutup bibirnya, matanya yang jernih melihat lagi ke arah pintu yang tertutup erat. Ia berharap semoga tidak bertemu lagi dengan Ye Juemo!

*****

Setelah mencuci kasur tempat tidur, Yan Xiruo membereskan barang-barangnya dan keluar menuju kamar Lu Jingchen.

Memikirkan perkelahian mereka semalam, bahkan telah menyerang Lu Jingchen dua kali, ia merasa hatinya sangat berat dan capek.

Sejak kecil Yan Xiruo tidak pernah mempunyai pacar lain selain Lu Jingchen, tatapannya selalu mengejar sosok pria ini.

Ketika pertama kali ia berpacaran, Yan Xiruo dengan tidak sengaja melihat Lu Jingchen sedang berciuman dengan seorang gadis di sekolahnya. Ia langsung menangis di kamarnya semalaman.

Selain itu, ketika pertama kalinya Lu Jingchen pergi ke hotel bersama gadis lain, dan menyuruh Yan Xiruo menemani gadis itu ke dokter untuk mengaborsikan anaknya, ia sudah diam-diam bersumpah untuk tidak menyukainya lagi.

Namun, ketika Yan Xiruo bersedia menerima perasaan suka seorang senior, Lu Jingchen malah membawa sembilan puluh sembilan buah bunga mawar padanya. Saat itu ia berdiri di bawah asramanya dan mengungkapkan perasaannya dengan penuh kasih sayang.

Pada saat itu, Lu Jingchen baginya bagaikan bintang yang ada di langit, begitu jauh dan tidak tercapai. Yan Xiruo juga sudah merasa bahwa dirinya tidak pernah berpikir kalau Lu Jingchen bisa mengungkapkan perasaan suka kepadanya.

Hati yang berdebaran, senang, bahagia, namun juga penuh kecemasan. Ya, Yan Xiruo tetap merasa cemas. Ia takut jika menerima perasaan Lu Jingchen, maka ia juga akan menjadi seperti pacar-pacarnya yang dulu, hubungan yang hanya bertahan selama tiga bulan saja. Pada malam itu, ia pertama kalinya menolak Lu Jingchen.

Bukan karena tidak suka namun karena takut. Yan Xiruo bukan seseorang yang berani dalam hal percintaan.

Kalau bukan karena Lu Jingchen mengejarnya terus menerus selama hampir setengah tahun, Yan Xiruo juga tidak akan setuju menjadi pacarnya. Ketika mereka berpacaran, Lu Jingchen menjadi begitu lembut dan perhatian terhadapnya. Ia bahkan sempat tidak lagi bermain-main dengan gadis lainnya. Di dalam mata dan hatinya cuma ada Yan Xiruo.

Yan Xiruo tidak pernah berpikir kalau Lu Jingchen mengejarnya dan melamarnya. Semuanya hanya karena bertujuan untuk menjadi direktur keluarga Lu.

Memejamkan matanya yang merah, Yan Xiruo memperingatkan dirinya sendiri, 'jangan sampai ditipu lagi oleh pria lain seperti Lu Jingchen!'

Setelah membunyikan bel kamar di depannya, Yan Xiruo menunggu di luar kamar Lu Jingchen. Kemudian pintu dibuka oleh Chu Keren yang berpakaian baju kerja berwarna coklat muda. Saat melihat Yan Xiruo di luar, Chu Keren mengerutkan alisnya, dengan nada menyalahkan berkata, "Semalam adik ipar mengalami demam tinggi, kamu sebagai istrinya kemana saja? Lagi pula, dia itu suamimu bukan musuhmu, bagaimana kamu bisa memukulnya sekeras itu?"

Yan Xiruo tidak suka Chu Keren berkata kepadanya dengan menggunakan nada seperti itu. Secara pribadi ataupun bisnis, tentu Chu Keren belum boleh ikut campur dalam masalahnya ini, kan?

"Kak, kamu jangan lupa, kamu adalah istri kakakku. Walaupun Lu Jingchen demam, di kapal pesiar ini juga ada dokter, kan!. Lagi pula saat tengah malam ini, kalian berdua sebagai seorang perempuan dan laki-laki dewasa berada dalam satu kamar, kamu tidak memikirkan pikiran orang lain terhadap kalian?"

Muka Chu Keren yang berdandan cantik dengan riasan seketika pandangannya berubah tajam menatap ke Yan Xiruo, "Pikiranmu jangan sekotor itu, aku hanya sekretaris yang menjaga atasanku karena dia sedang demam. Lagi pula, apa kamu masih mau membiarkannya?"

Yan Xiruo menekukkan sudut bibirnya, "Pada saat kakakku demam hingga 40 derajat, kamu ada dimana?"

"Bukankah kemarin ada kamu di sampingnya?" Chu Keren mengelus rambutnya yang panjang, bibirnya menekuk dalam arti yang menyebalkan, "Xiruo, kamu mungkin tidak tahu, sebenarnya yang dicintai kakakmu bukan aku, kan?"

Yan Xiruo ingin membalas kata-katanya, namun Lu Jingchen sudah bangun dari tempat tidur dan berjalan menuju mereka. Dengan muka yang capek ia berkata, "Pagi-pagi begini, apa yang kalian bicarakan?"

Chu Keren melihat ke Lu Jingchen dengan matanya yang baru saja berubah lembut, "Tuan Lu, kepalamu masih sakit?"

"Ah, sudah membaik."

Tidak ingin berbicara lebih lama dengan mereka, Yan Xiruo memasuki kamar Lu Jingchen dan mengambil tasnya. Ia pun dengan segera keluar lagi dari kamarnya.

Ketika melewati Lu Jingchen, pergelangan tangannya tiba-tiba ditangkap olehnya.

"Sekretaris Chu, kamu pulang dulu ke kamarmu. Sepertinya masih ada yang perlu aku bicarakan dengan Xiruo."

Chu Keren melihat tatapan Lu Jingchen dan dengan cepat kembali memandang Yan Xiruo. Matanya yang menatap dengan cantik ini seakan menggambarkan sejenak iri hatinya. Ia pun segera berbalik, namun diam-diam kedua tangannya mengepal dengan erat.

Perempuan memang selalu sensitif, Chu Keren bisa merasakannya, sikap Lu Jingchen terhadap Yan Xiruo bukanlah tidak peduli ataupun tidak suka. Melainkan pandangan karena rasa tertarik yang berbeda.

*****

Setelah Chu Keren meninggalkan kamar, Lu Jingchen melihat tube dress hitam yang dikenakan Yan Xiruo, mimik wajahnya membeku, "Semalam kamu bersama pria itu? Yan Xiruo, kamu sudah lupa dengan peringatanku? Kalau kamu berani mengkhianatiku, seumur hidup ini kamu jangan berpikir bisa bercerai denganku!"

Perasaan ketidakberdayaan yang dalam menyebar dari hati Yan Xiruo ke seluruh tubuhnya. Ia mengerutkan alisnya dengan kuat. Dengan sekejap pandangannya mengarah pada Lu Jingchen.

Tatapannya ini sungguh memancarkan rasa marah besar dan jijik padanya. Ia pun berkata dengan tegas, "Menurutku, kita tidak usah menunggu hingga rapat umum pemegang saham perusahaan lagi. Hari ini juga kita pulang, aku akan kasih tahu kakek segalanya dan kita langsung bercerai saja. Kamu bukannya selalu mengatakan kalau aku ini kotor? Betul, aku sudah kotor, tetapi ingat, kamu pun juga tidak bersih!" Yan Xiruo melambai untuk melepaskan tangannya dari Lu Jingchen dan berjalan keluar kamar.

Lu Jingchen dengan langkah cepat mengejar Yan Xiruo, telapak tangannya menangkap pergelangan tangannya yang kecil lagi. Dengan kuat, ia memperpendekkan jarak mereka berdua.

Semakin Yan Xiruo melawan, semakin kuat Lu Jingchen menangkapnya.

Ketika perlawanan mereka masih berlanjut, terdengar ada suara kaki yang mendekat.

Yan Xiruo langsung melihat keluar untuk memeriksanya.

Ternyata Ye Juemo bersama pria-pria lain yang setinggi dengannya sedang berjalan menuju ke sini. Ia berdiri di tengah dan setelan baju buatan tangan dilapisi dengan mantel hitamnya. Penampilannya masih memperlihatkan kesan tegas dan serius.

Ye Juemo sedang berbicara dengan pria yang disebelahnya, garis sudut wajahnya sempurna bagaikan hasil ukiran. Walaupun wajahnya tidak memiliki banyak ekspresi, namun dapat mengalirkan aura yang kuat dan martabat. Seakan Ye Juemo mampu memberikan tekanan yang kuat bagi orang sekitarnya.

Yan Xiruo melihat mereka semakin mendekati ke sini, badannya dalam seketika terpaku di tempat.

Lu Jingchen tidak melewatkan ekspresi wajah Yan Xiruo yang berubah ketika Ye Juemo muncul. Dalam hatinya merasakan sejenak kecemburuan ini, jangan-jangan Yan Xiruo sudah berpaling darinya secepat ini?

Lu Jingchen dengan serampangan menyerang Yan Xiruo, bibirnya yang panas tiba-tiba mencium bibir Yan Xiruo dengan ganas.

Perhatian Yan Xiruo yang terpaku pada kedatangan Ye Juemo, sama sekali tidak mengetahui ciuman Lu Jingchen. Ia pun terlambat bereaksi dan tidak bisa menghindarinya.

Ketika kedua pasang bibir itu saling bersentuhan, Ye Juemo dan segerombolan temannya melewati mereka berdua.

Ketika Yan Xiruo mendorong Lu Jingchen, ia hanya bisa melihat punggung Ye Juemo yang sudah pergi.

Menyadari dengan reaksinya ini, Yan Xiruo hanya bisa tersenyum mencibir.

Pria itu sama sekali tidak peduli kalau ia sedang bersama siapa, mengapa ia harus muncul dengan perasaan bersalah? Lagi pula, bukannya dirinya sendiri selalu ingin membatasi hubungan dengannya?

Lu Jingchen tidaklah memaksakan ciumannya kepada Yan Xiruo. Ia hanya menciumnya dengan sentuhan ringan saja, setelah Ye Juemo menjauh, ia pun melepaskan Yan Xiruo.

---

Dari 15 Februari 2020, koin yang sudah digunakan untuk membeli buku yang tidak terpilih akan dikembalikan dalam waktu 30 hari. Perlu diperhatikan Fast Pass yang sudah digunakan tidak bisa dikembalikan. 

Buku-buku yang terpilih untuk dilanjutkan akan memiliki tanda khusus di pojok sampul dalam 30 Hari untuk menunjukkan kelanjutannya. 

Terimakasih atas pengertian Anda.