webnovel

SETULUS HATI

Ah, Bagas mulai merasa Liza mulai menunjukkan rasa kecewa terhadapnya.

Liza sangat marah, karena merasa kalau Bagas baru kali ini memujinya. Padahal pria yang dicintainya itu sudah berulang kali menyentuh tubuhnya.

"Aku kesal banget sama kamu sayang," ucap Liza berterus terang.

"Sayang, saat pertama ngeliat kamu di bandara aku udah nggak sabaran untuk menyentuh kamu. Antara rasa rindu yang sudah belasan tahun tak tertahankan, ditambah lagi dengan bentuk pinggul kamu yang bulat dan seksi itu. Ah, aku rasa kamu udah nangkap omongan aku kan?" Jelas Bagas dan melihat perubahan tiba-tiba yang sumringah diwajah Liza.

Membuat Bagas merasa legah.

"Kirain kamu nggak care sama aku sayang," ucap Liza merasa senang.

"Uh, care banget. Kamu ingat nggak sayang? Aku sampai nggak sabaran untuk menciumi bagian bawah perut kamu. Itu karena aku udah suka sama pinggul kamu yang seksi, meskipun masil ditutupi rok jins mini yang kamu pake saat itu," ucap Bagas mencoba menyakin Liza.

Liza tersenyum dan diikuti dengan gelak tawa.

"Lagian mana mungkin aku kepengen terus kalo kamu nggak seksi. Percayalah sayang, walaupun aku baru memuji sekarang, bukan berarti aku nggak mengagumi tubuh kamu. Dan aku benar-benar lelaki paling beruntung. Terbukti kamu sudah menjaga kesucian kamu selama belasan tahun hanya untuk menunggu aku. Kamu benar-benar cinta sejatiku, sayang," ucap Bagas mengakui tentang kesetiaan Liza terhadapnya.

Wajah Liza semakin sumringah.

"Makasih ya sayang, ternyata kamu itu diam-diam sangat menyanjung aku. Dan sebagai wanita yang sudah memberikan segalanya untuk kamu, tentunya aku sangat bahagia memiliki cinta sejati kamu sayang," ucap Liza mengungkapkan apa yang terpendam dalam hatinya.

"Iya deh sayang, udah dulu ya? Tetap datang weekend. Aku mau istirahat. Daaggh," ucap Bagas ingin mengakhiri video call.

"Daaghh sayang," balas Liza masih dengan wajah sumringah.

* * *

Pagi hari, Liza terbangun dan masih masih dengan kimono yang dipakainya tadi malam saat video call. Kemudian menggulung rambutnya kebagian belakang dan berdiri sambil memperbaiki kimononya yang terbuka semalaman.

Semalam sebelum terlelap dalam tidur, dirinya terus membayangkan Bagas memeluknya. Hingga sampai tertidur Liza terus berharap.

Terus menuju dapur menyiapkan sarapan pagi dengan memanggang roti bakar dan menyeduh kopi dicampur sedikit gula. Dan menyiapkannya dalam tudung saji di meja makan.

Kemudian masuk kamar tidur dan menuju kamar mandi yang terdapat disebelah kamar tidurnya untuk menyikat gigi di wastafel serta mencuci muka dengan sabun cuci muka dan membilas dengan air kran wastafel.

Kemudian melepas kimono dan  menggantungkannya pada pintu kamar mandi. Lalu melepas dalaman atas serta bawah dan memasukkan pada tempat pakain kotor disamping wastafel.

Memutar kran shower hingga menyiram sekujur tubuhnya, kemudian memutar kran agar air berhenti.

Menyabuni seluruh tubuhnya serta menggosok, lalu memutar kembali kran shower untuk membilas tubuhnya agar bersih dari busa sabun. Dan tak lupa membersihkan bagian tubuh intimya dengan sabun pembersih agar tetap bersih dan terawat.

Selesai...

Tangannya memutar kembali kran shower agar air berhenti, lalu meraih handuk yang tergantung dipintu kamar mandi dan melilitkan hingga menutupi bagian tubuh atas sampai setengah kedua pahanya.

Kemudian keluar dari dalam kamar mandi menuju kamar tidur dan membuka lemari pakaian. Lalu mengeluarkan handuk kecil untuk mengeringkan wajahnya didepan cermin hias sambil duduk serta merias wajah yang sewajarnya dan tidak berlebihan hanya untuk melengkapi raut wajahnya yang sudah cantik dan rupawan.

Sepasang pakaian kasual dan dalaman atas dan bawah dikeluarkannya dari dalam lemari.

Kemudian melepas handuk yang menutupi tubuhnya, sehingga memperlihatkan bentuk tubuh yang sangat proporsional serta kulit putih dan glowing

Lalu mulai memakai dalaman bawah dan dalaman atas, dilanjutkan mengenakan pakaian kasual dengan bagian atas kemeja tangan panjang size longgar dipadukan celana jins panjang warna hitam ketat pada pinggul dan paha serta longgar dari mulai lutut sampai setengah betis kaki.

Kemudian sarapan pagi dengan roti bakar dan kopi yang sudah ia siapkan sebelum mandi.

Selesai sarapan dengan santai melangkahkan kakinya keluar dari apartemen menuju lift dan memilih parkir basement apartemen.

Liza menuju mobilnya saat tiba di parkir basement. Masih ada waktu untuk panasin mesin, gumamnya sambil menstarter dari luar.

Sambil menunggu panasin mesin selama lima sampai sepuluh menit, Liza mengeluarkan ponselnya.

Ah, udah bangun belom ya laki gue? Gumamnya sambil menekan screen ponsel dan menekan notifikasi kontak my husband.

"Pagi sayang," sapa Liza saat nada panggil diterima.

"Pake video call aja sayang," pinta Bagas.

Liza mengalihkan panggilan ke video call.

"Hhmmhh cantik banget bini gue," ucap Bagas saat melihat wajah Liza.

Hingga membuat wajah Liza yang putih jadi merona.

"Seneng banget, pagi-pagi udah dapet pujian dari my husband. Thank you sayang," ucap Liza dengan wajah sumringah.

"Sayang, ini di basement apartment ya?" Tanya Bagas.

"Iya sayang, aku masih manasin mobil. Bentar lagi jalan ke kantor," jelas Liza.

"Emang nggak terlambat?" Tanya Bagas.

"Nggak sayang, cuma dua puluh menit udah nyampe," jelas Liza.

"Iya udah, aku sarapan dulu sayang," ucap Bagas mengakhiri obrolan mereka.

"Oke, sarapan gi sayang," ucap Liza, lalu masuk ke mobilnya.

Wajah Liza masih terlihat bahagia saat melajukan CRVnya keluar dari basement.

Ah, wanita mana sih yang nggak suka dengan Bagas? Udah tampan, pintar terus baik lagi, gumam Liza yang sudah melaju di jalan raya menuju kantornya.

Tiba tepat dua puluh menit di basement kantornya. Terus menuju lift yang kosong dan menekan lantai lima.

Pintu lift terbuka, melangkah menuju ruangannya melalui ruang staf editor dan terlihat beberapa stafnya sudah ada yang datang.

"Pagi Bu," sapa mereka bersamaan sambil tersenyum.

"Pagi semua," balas Liza juga tersenyum.

Langkahnya terus menuju ruang kerja.

Saat pintu ia dorong, Liza sangat terkejut saat melihat Nana sedang duduk di sofa.

"Duuh, yang baru ketemu dengan cinta sejatinya," ucap Nana sambil beranjak dari sofa dan mendekati Liza yang masih terbengong. Lalu keduanya saling menyodorkan pipi masing-masing, cipika cipiki.

Pipi Liza merona merah mendengar godaan Nana.

"Bikin kaget, masih pagi udah bertamu," celetuk Liza, sambil mengikuti Nana duduk di sofa.

"Waah, pasti seneng dong bisa ketemu terus," Nana masih tetap menggodanya.

Terdengar gelak tawa Liza dengan diikuti wajahnya yang sumringah.

"Aku bahagia banget loh, Na," ucap Liza seakan ingin berbagi kepada sahabatnya itu.

"Aku juga ikut seneng dan nggak liat lagi wajah stres kamu itu," ucap Nana masih tetap menggodanya.

"Iya Na, belasan tahun aku larut dalam kesedihan akibat kesalahan yang aku perbuat sendiri. Aku benar-benar bodoh, Na," jelas Liza mengakui kesalahan yang sudah ia perbuat.

* * *