webnovel

KETULUSAN

Nana benar-benar terenyuh mendengar pengakuan sahabatnya itu. Meskipun Liza sudah berulang kali curhat padanya, tapi baru kali ini dilihatnya sahabatnya itu  sangat menyesali perbuatannya dimasa lalu dengan tidak membalas lagi surat Bagas. Dan mengakibatkan sahabatnya itu sangat menderita akibat perbuatannya sendiri.

"Oya, nanti kita atur lagi waktu agar kamu bisa bertemu lagi dengan Bagas," ucap Nana sambil berdiri.

"Ha? Emang bisa Na?" Tanya Liza tak percaya.

"Tenang, nanti aku yang atur," sahut Liza seperti menjanjikan.

" Your my best friend, thank you," ucap Liza mendekat dan memeluk Nana.

Ah, Liza patut mendapatkan kebahagiaan, apalagi dalam kesedihannya menunggu Bagas meskipun tidak jelas datangnya darimana, Liza benar-benar mengabdikan dirinya hanya untuk memajukan perusahaan.

Sangat wajar jika perusahaan dapat memberikan kelonggaran pada Liza. Apalagi dengan jabatannya sebagai editor senior, tugasnya lebih banyak mengambil keputusan selain mengedit beberapa jenis buku yang tak mungkin dilakukan stafnya. Biasanya karya buku dari penulis-penulis baru dan sangat membutuhkan masukan-masukan.

"Oke, selamat bekerja," ucap Nana yang dibalas Liza dengan senyuman.

Liza mulai mengecek email dari staf yang biasa mengirim beberapa Bab dan perlu untuk dia periksa atau memberikan masukan.

Selain itu juga memeriksa buku yang lengkap dengan Bab keseluruhan hasil editan stafnya yang lain, atau hanya memberikan saran pada stafnya untuk melakukan perbaikan.

* * *

Check in jam lima pagi, Lusi mengingatkannya agar mereka bertemu di bandara dan menunggu di depan pintu keberangkatan pesannya pada Rara lewat WA tadi malam. Sehingg Rara dari rumah jam setengah lima, kurang lebih dua puluh menit sudah tiba di bandara.

Tidak terlalu lama Rara menunggu di depan pintu keberangkatan, Lima menit sebelum check ini Rara dan keluarganya sudah tiba.

Rara langsung mendekat dan menyalami papa dan mama Lusi bergantian.

"Makasih banyak, Om Tante udah ngajak saya ikut liburan," ucap Rara sambil tersenyum.

"Sama-sama nak," ucap papa dan mama Lusi bersamaan.

"Ayo kita check ini," potong Lusi sambil tersenyum kearah Rara.

"Mari Sister aku bantuin," ucap Rara sambil mengambil tas dari tangan Lusi.

Papa dan mama Lusi saling berpandangan melihat Rara terlihat sangat akrab dengan putri mereka.

* * *

Dalam pesawat pramugari menginformasikan bahwa sesaat lagi pesawat akan tiba.

Pada seat depan Lusi dan Rara duduk bersama serta pada jalur sebelahnya duduk papa dan mama Lusi.

Beberapa menit kemudian pesawat telah landing, pramugari menginformasikan kepada para penumpang yang akan turun dan juga kepada para penumpang lanjutan.

Lusi dan Rara sudah mulai mengeluarkan beberapa tas milik mereka dari dalam bagasi.

"Pa Ma ayo kita turun," ajak Lusi yang juga sudah siap-siap.

Dengan beriringan Lusi dan papa mamanya serta Rara mengikuti penumpang lain menuju pintu keluar dari bagian depan dan masuk ke tangga belalai yang menghubungkan pesawat dengan terminal kedatangan.

Menggunakan taksi menuju hotel tempat diselenggarakan rapat umum pemegang saham.

Papa dan mama Lusi termasuk salah satu pemegang saham hotel yang juga mereka gunakan tempat menginap selama di Bandung.

Hanya tiga menit dari bandara menuju hotel di jalan asia afrika tempat mereka menginap. Kemudian Lusi melakukan check in untuk dua kamar ditemani Rara, sementara papa dan mamanya duduk menunggu di sofa lobby hotel.

"Mbak pesan makan siang di resto bisa lewat sini?" Tanya Lusi.

"Oh bisa, Mbak. Nih menunya tinggal pilih," jelasnya lalu menyodorkan tablet yang sudah tersedia aplikasi resto.

Lusi mulai memilih jenis makanan diaplikasi resto.

"Sudah Mbak?" Tanya resepsionis saat Lusi mengembalikan tablet aplikasi.

"Nanti kita makan di resto aja Mbak," Lusi memberi info.

"Ok Mbak ditunggu di resto," ucapnya sama Lusi.

"Makasih Mbak," ucap Lusi lalu pergi.

"Ayo Pa Ma Ra, kita kekamar. Habis itu kita makan siang di resto," ajak Lusi.

"Kalian aja ke kamar bawa semua tas, biar Papa dan Mama nunggu disini. Iya nggak Pa?" Saran mama Lusi.

"Oya udah, Papa dan Mama tunggu disini ya? Ayo Ra kita ke kamar," ucap Lusi menyetujui saran mamanya.

Lusi dan Rara berbagi tas untuk mereka bawa menuju lift.

* * *

Bagas dan peserta lainnya sedang duduk di resto untuk makan siang. Karena peserta lain minta pada panitia pelaksana pelatihan biar sekali-kali makan di resto untuk menikmati suasana baru.

Sementara satu meja untuk empat orang sedang dipersiapkan pelayan resto yang jaraknya sangat berdekatan dengan peserta pelatihan.

Lima belas menit kemudian Lusi dan papa mamanya serta Rara sudah datang dan duduk di kursi meja makan yang baru dipersiapkan pelayan resto.

Para serta pelatihan melirik kearah mereka secara bergantian sambil menikmati hidangan makan siang.

Sementara Lusi dan papa mamanya serta Rara masih menunggu hidangan makan siang mereka.

Bagas sedang asyik menikmati makan siangnya dan ingin menyudahinya, sehingga tak memperhatikan kedatangan Lusi dan orang tua serta Rara.

Selesai makan siang, Bagas berdiri hendak keluar dari resto dan harus melewati meja Lusi dan keluarganya.

Bagas melangkah dengan pelan dan bersamaan tatapan Lusi sedang tertuju kearah Bagas yang sedang menuju kearah meja mereka. Sehingga Lusi pun dengan tiba-tiba berdiri dari kursinya saat melihat Bagas mendekat.

Tidak hanya Lusi yang terkejut Bagas pun demikian.

"Kamu...?" Tanya Bagas lalu terdiam sambil tersenyum.

Lusi tak membiarkan Bagas terbengong tangan kanannya menyalami Bagas yang langsung disambut Bagas. Lalu tangan kiri  lusi naik dibahu kanan Bagas sambil keduanya berpelukan, Lusi mengecup kedua pipi Bagas bergantian.

Sementara Rara tersenyum merekah  melihat Lusi dan Bagas saling berpelukan, namun kedua orang tua Lusi tidaklah demikian. Diwajah mereka terlihat sedang menunjukkan kebingungan melihat putri mereka sedang memeluk seorang pria yang baru dikenal.

Peserta lain juga ikut memperhatikan dengan tak percaya, ternyata Bagas sudah mengenal cewek remaja cantik dan rupawan yang mereka bicarakan sambil makan tadi.

"Kenalin, ini Papa dan Mama aku," ucap Lusi setelah mereka saling melepas pelukan.

Bagas tersenyum sambil menyodorkan tangannya pada papa dan mama Lusi dengan menyalami bergantian.

Terlihat papa dan mamanya tersenyum.

"Ini Rara teman aku," ucap Lusi

Bagas terseyum dan menyalami Rara.

"Hai...," sapa Rara sambil tersenyum.

"Ayo gabung, makan sama-sama," ajak mama Lusi lalu melambai pada salah satu pelayan restoran.

"Makasih Tante, saya udah makan dengan teman-teman tadi," ucap Bagas sambil tersenyum.

"Jadi nggak mau gabung dengan kita nih?" Tanya papa Lusi sambil tersenyum.

"Makasih banyak Om, mungkin lain kali," tolak Bagas.

Bagas dan Lusi sedang berbicara dengan suara pelan dan keduanya saling tersenyum.

"Om Tante, permisi," ucap Bagas tiba-tiba.

Papa dan mama Lusi mengangguk sambil tersenyum.

Lusi mengantarkan Bagas sampai keluar resto.

* * *