webnovel

Me Vs Dad

"Kenapa bukan ayahku yang mati? Kenapa harus Nana? Tuhan, ambil saja nyawanya. Aku rela menukar kebahagianku agar bisa hidup bahagia bersama dengan Nana" Pikiran itu yang terlintas pada benak Isabella, gadis muda berusia empat belas tahun yang begitu membenci ayahnya, , dan hanya memiliki Nana - nenek yang selalu mencintai dan melindunginya. David Mahendra. Pria tampan kaya raya, memiliki hati bengis terhadap putrinya sendiri. Menganggap Isabella sebagai hama yang perlu dibasmi. Seketika kehidupan mereka berubah, saat mereka terbangun pada tubuh yang salah dan jiwa mereka tertukar. Apa yang akan terjadi pada David dan Isabella? Bisakah mereka saling mencintai sebagai ayah dan anak?

Sita_eh · Adolescente
Sin suficientes valoraciones
171 Chs

Ketakutan Isabella: "Kau tidak bisa melakukannya, Ayah!"

"Errgghh!!"

Erangan David begitu terdengar, wajahnya sudah memerah ketika dia sedang bersusah payah agar bisa melumpuhkan lawan yang lebih besar dari tubuh Isabella yang tidak sebanding.

"Sial... aku tidak bisa menggeser tubuhnya. Apa ada anak murid sebesar ini!" ucap David sambil terus berusaha menjatuhkan tubuh Fiona.

"Hey..." Fiona mengdengar umpatan David. Dia mendekatkan wajahnya, bahkan terlalu dekat hingga bibir Fiona bisa menyentuh cuping telinga David.

Napasnya yang berat dan panas seketika membuat David bergidik seram. "Hei! Kau ini sinting ya! Menjauh dari wajahku!" ucap David kesal.

Baru saja David akan menghindari Fiona, si anak wanita bertubuh besar bagaikan monster itu. Tapi tangan Fiona sudah menarik lengan David, mudah baginya untuk merobohkan David yang berada dalam tubuh Bella.

"Aahh... kau ingin mematahkan tanganku ya. Brengsek! Lepaskan aku!" umpat David lebih kasar dengan suara lantang yang terlalu berani.

"Kenapa aku harus melepaskanmu, Bella! Wah... aku pikir pelajaran minggu lalu, akan membuat kau menjadi anak penurut. Tapi kenyataannya, kau justru semakin liar ya. Apa ayahmu tahu soal kejadian waktu itu?" ujar Emily dengan wajah angkuhnya, dia berjalan mendekati sosok Bella.

"Apa yang mereka bicarakan? Aku sama sekali tidak mengerti! Sial... monster ini punya tenaga yang besar. Aku tidak bisa lepas darinya," batin David sambil dia menggerakkan kedua bahunya, berusaha kuat agar bisa lepas dari cengkraman Fiona.

"Aku bisa melaporkan kalian pada guru! Awas saja kalian semua!" ancam David bersungguh-sungguh.

Tapi Emily justru terkekeh, sedangkan Fiona tertawa lepas.

"Apa yang lucu?" tanya David geram, karena gertakannya sama sekali tidak membuat takut keduanya.

"Wah... wah... kau ingin melaporkan kami pada guru? Hey..." Emily menekan satu telunjuknya pada kening David. Dia memberikan penekanan kuat, hingga David harus mendongak.

"Kau ingin kami melaporkan pada guru. Perbuatan tercelamu, lebih berdosa dari apa yang kami lakukan!" Emily terus saja membuat penekanan pada kening David, kesan angkuh dan sombong itu masih ia perlihatkan.

"Jadi... apa mau kalian!" David sudah dibuat semakin kesal.

"Apa mauku? Wah... kau ini benar-benar sinting. Kau kan sudah tahu apa mauku. Ingat, waktumu hanya tinggal tiga hari lagi. Dan jika kau tidak bisa menepati janjimu, aku akan menyebarkan video itu!" ancam Emily terkekeh puas.

"Sayang sekali, waktu kita tidak banyak. Fiona, ayo kita pergi. Sebelum para guru curiga dan mencari si anak sinting ini." Emily memberika kode, dan setelahnya Fiona melepaskan cengkraman tangan David.

"Akhirnya," ucap David kesal sambil memijati pergelangan tanganya. Terbebas dari gadis monster yang sudah tidak lagi mengancamnya.

Emily dan Fiona sudah akan berlalu dari kamar kecil. Tapi sebelum gadis monster itu pergi, Fiona sempat membalikkan tubuhnya sembari memberikan jari tengahnya. Mulutnya yang besar itu sempat berucap tanpa bersuara, mengatakan...

"Lain kali aku akan menghabisimu, Bella," ancam Fiona dengan seringai senang.

"AWAS KALIAN! AKU DAVID MAHENDRA, AKAN MEMBALAS PERBUATAN KALIAN!"

David berteriak kesal sambil menghentakkan kedua kakinya dengan kesal.

***

Kediaman Mahendra.

David pulang dengan wajah kesal, bahkan Felix yang menemaninya seharian tidak beruca apapun. Wajah masam yang tidak biasanya dipasang oleh Bella, mengingatkan Felix akan sosok David Mahednra.

"Nona Bella? Apa ada hal lain yang kau perlukan?" tanya Felix saat Bella sudah menaiki anak tangga.

"TIDAK ADA! DAN JANGAN GANGGU AKU!"

"Glek... ada apa dengan Nona Bella? Seharian ini dia bersikap sangat aneh sekali," batin Felix merasa bingung.

Lily ikut memperhatikan Bella yang sudah menaiki anak tangga, dan dia berbelok pada arah kamar yang berbeda.

"Mau kemana Nona Bella? Bukankah itu kamar Tuan..." Lily mulai menduga, dan disaat bersamaan dia menoleh ke arah wajah Felix yang ikut menatap ke arahnya.

"Kamar Tuan David!" seru mereka bersamaan.

"Astaga, apa yang terjadi dengannya? Kenapa dia justru menuju kamar ayahnya?" Kedua tangan Lily saling meremas dengan gelisah.

"Apa yang harus kita lakukan, Felix! Bagaimana jika Tuan David marah dan menghukum Nona Bella?"

"Apa Tuan sudah pulang?" Felix balik bertanya.

"Hari ini dia pulang lebih cepat, dan langsung menuju kamarnya. Wajahnya juga terlihat lebih seram dari biasanya," jawab Lily sambil mengingat kedatangan majikannya.

"Apa maksudmu lebih menyeramkan?" Felix memandagi Lily yang tampak ketakutan.

"Asal kau tahu saja, Felix." Lily sejenak terdiam dan mengusap kedua bahunya dengan segera.

"Apa dia memarahimu?"

"Tidak, bahkan lebih seram dari hal itu. Tuang David... dia... dia tersenyum kepadaku. Senyumannya begitu lebar, hingga membuat sekujur tubuhku ketakutan," jawab Lily dengan jujur.

David sudah tiba di depan pintu kamarnya sendiri. Dia menarik napas dalam sebelum bertemu dengan putri yang sangat ia benci.

"BELLA! AKU TAHU KAU SUDAH PULANG! BUKA PINTU!" Teriak David lantang.

"Masuk saja, ayah! Pintunya tidak dikunci," sahut Bella dari dalam kamar, meskipun suara yang terdengar adalah suara milik David.

David tidak lagi berbasa-basi, dia masuk dengan segera dan melihat tubuhnya sedang duduk di atas meja kerja.

Bella masih mengenakan kemeja putih dengan dasi yang sudah di kendurkan. Jas hitam mahal kesayangan David, sengaja ia letakkan begitu saja di atas lantai. Duduk diatas meja dengan sikap yang amat santai, dengan kedua kaki yang terus saja ia ayunkan.

"Hai, ayah. Apa harimu menyenangkan," sapa Bella dengan riang. Tapi tatapannya tidak melihat ke arah wajah David, karena Bella sedang sibuk mengamati kuku David.

"Kau tahu, ayah. Bentuk kukumu sangat jelek. Sepertinya aku harus membawanya ke salon. Bagaimana kalau aku mengecatnya dengan warna merah muda?" ide Bella membuat David semakin geram.

"Jangan pernah berpikir melakukan itu! Atau aku akan..." David sudah menunjuk ke arah Bella. Putrinya menyeringai dan turun dari atas meja, berdiri dengan tegap sambil bertolak pinggang.

"Atau apa, ayah?" tanya Bella dengan berani.

Entah karena Bella berada didalam tubuh ayahnya. Sehingga dia begitu berani untuk menentang sikap David, "Ah.., sungguh lucu. Melihat ayah marah dengan menggunakan tubuhku. Lihatlah, bahkan ayah harus mendongak untuk menatap wajahku," cibir Bella.

"Jangan menguji kesabaranku, Bella! Hari ini sudah membuatku ingin berteriak, dan aku sudah sangat muak! Belum lagi dengan si monster itu!" Ucap David kesal dan dia sudah tidak menunjuk ke arah Bella.

"Monster? Siapa yang kau maksud dengan monster, ayah?" Bella tidak paham dengan perkataan ayahnya.

"Entahlah, anak perempuan bernama Fiona dan Emily! Mereka mengancamku, karena mereka mengira aku adalah kau, Bella! Aku tidak akan membiarkan hal ini terjadi. Bukan aku peduli soalmu! Tapi itu karena aku berada didalam tubuhmu yang sialan ini!" David masih saja menggerutu kesal.

Dia tidak sadar ketika sepasang mata Bella sudah melebar dengan cepat, saat mendengar nama Fiona dan Emily.

"Aku akan meminta Felix untuk mengurus dua berandalan itu. Entah apa yang mereka minta, yang jelas aku tidak berniat untuk berurusan dengannya..."

"TIDAK, AYAH! KAU TIDAK BISA MELAKUKANNYA!"

Isabella segera memotong perkataan David, dan menunjukkan wajah yang gelisah bercampur ketakutan.