webnovel

Marvel Dc: Pahlawan Bajingan

Hari ketika dia terbangun dari tidur menyenangkan, Yves menyadari bahwa dirinya tak lagi ada di dunianya yang asli. Dunia ini sangat berbeda, ada Pahlawan Super yang memiliki kekuatan besar, Penyihir dengan umur panjang, serta Supervillain yang mampu meledakkan sebuah galaksi hanya dengan satu jentikan jari! Yves yang diberi kesempatan kedua tentunya tak tinggal diam, dia langsung mengerahkan seluruh tenaganya untuk menjemput para wanita-... Tidak, tidak, tentu saja mencapai puncak kehidupan di dunia baru ini! Tunggu... Ibu Steve Rogers hamil? Wonder Woman terlihat bergandengan tangan dengan laki-laki yang tak dikenal? Ancient-One menyerahkan gelarnya ke pria lain??? Wtf! *** Advanced chapters available on; patréon.com/Mizuki77

Mizuki77 · Cómic
Sin suficientes valoraciones
226 Chs

Bab 208

"Eh, Steve, tunggu... aku ingin bertanya sesuatu. mengapa kamu dan temanmu memujaku? Sepertinya aku tidak melakukan sesautu yang menggemparkan, apakah aku?" Yves bertanya dengan sedikit bingung.

Steve mengambil setumpuk koran, semuanya telah terpotong dengan rapih.

"Ini bertia tentang kamu yang menemukan AK-47, ini berita tentang Televisi Berwarna, Bolpoin, Kendaraan off-road... Ya Tuhan, kamu benar-benar jenisu!"

"Kamu adalah kebanggaan Brooklyn kita! Sekarang seluruh Amerika tahu namamu!" Steve menjadi sedikit bersemangat layaknya seorang fanboy kecil. Melihat tingkah laku Steve, Yves merasa hal ini tidak nyata.

"Tunggu, itu hanya penemuan belaka. Kamu tidak lupa bahwa AK-47 telah membunuh banyak orang dalam Perang Polandia, kan?"

Steve menggelengkan kepalanya sambil menjelaskan. "Tidak, itu bukan salahmu. Seperti yang telah kamu katakan, senjata tergantung pada orang yang menggunakannya, bukan orang yang menciptakannya."

"Penemuanmu yang satu ini memang sangat hebat, selain senjata api, kamu juga telah menemukan banyak teknologi sipil yang bermanfaat bagi umat manusia. Itu lah sebabnya kamu menjadi idolaku." Kata Steve.

"Aku dulu ingin menjadi seorang Pahlawan, meskipun aku bukan Pahlawan, tapi aku melihat sang Pahlawan itu, dan Pahlawan itu adalah kamu, Yves."

Yves yang tidak tahu bagaimana harus menjawab tetap diam, tapi tak lama kemudian terdengar suara pintu yang diketuk.

"Hei, Steve, ini aku, Bucky. Buka pintunya, ibuku membeli banyak makanan hari ini, dia memintaku untuk mengundangmu merayakan ulang tahun ibuku malam ini."

"Bucky? Dia pasti akan sangat senang bertemu denganmu. Tunggu sebentar!" Kata Steve dengan gembira sambil bergegas ke arah pintu.

"Hei, Bucky, aku ingin memperkenalkanmu kepada temanku. Ini adalah Yves, teman sekaligus majikan Ibuku. Sang ilmuwan terkemuka di seluruh Amerika!" Steve dengan penuh semangat memperkenalkan Bucky kepada Yves.

Awalnya Bucky menanggapi dengan ekspresi keterkejutan, kemudian heran, dan akhirnya gembira!

"Ya Tuhan! Anda benar-benar Yves yang terkenal! Halo, aku Bucky, senang bertemu denganmu!"

Yves dengan bingun menjabat tangan Bucky. Kenapa tiba-tiba dia memiliki dua fanboy fanatik? Tidak mungkin Steve dan Bucky mengidolakannya, kan?

Yves masih tidak percaya.

"Dr. Yves, saya adalah penggemar teknologi. Saya suka segala macam hal berteknologi tinggi. Ya Tuhan, saya benar-benar melihat idola saya!"

"Maaf, saya merasa sangat bersemangat sekarang ini. Bisakah anda memberi saya tanda tangan?" Bucky benar-benar menjadi fanboy yang sebenarnya.

"Eh, tentu saja." Yves dengan santai mengeluarkan kertas dan pena lalu menandatangani namanya. Di bawah tanda tangan itu, terdapat tulisan; "Semoga suasana hati Anda baik setiap hari."

Adapun untuk Steve, Yves menulisnya dengan; "Semoga impian Anda menjadi kenyataan."

"Steve, apakah dia temanmu? Kalian terlihat sangat dekat." Tanya Yves sambil tersenyum. Ini adalah pertama kalinya dia bertemu dengan Bucky. Sungguh aneh melihat pria ini sebelum dia menjadi Winter Soldier.

"Tentu saja, Yves, Bucky adalah teman baikku sejak kecil!" Steve dengan senang memperkenalkan Yves kepada temannya.

"Jadi begitu... saya yakin kalian berdua akan dapat melakukan hal-hal yang hebat." Yves tersenyum. Tidak ada salahnya untuk menjalin hubungan dengan Steve dan Bucky, bagaimanapun mereka juga dapat membantunya di masa depan.

"Benarkah? Bukankah sudah kubilang, Steve, kita pasti akan mampu melakukan hal-hal yang luar biasa!" Bucky dengan senang hati menepuk pundak temannya.

"Yves, pakah kamu telah menciptakan mesin yang dapat melihat masa depan?" Steve bertanya dengan penasaran, keinginannya akan pengetahuan sangat kuat.

"Haha, kamu salah. Aku bukan dewa yang dapat melihat masa depan. Tapi baru-baru ini aku membaca beberapa buku yang menarik, dikatakan fitur wajah tertentu memiliki masa depan yang baik."

"Jika pengetahuan ini telah diturunkan kepada kita, pasti ada benarnya, tergantung apakah kita bisa memahaminya atau tidak."

"Hmm, hmm, jadi begitu. Dr. Yves, bagaimana kalau Anda datang ke rumah kita untuk makan malam? Hari ini adalah ulang tahun ibu saya, dan kebetulan kita bertemu, bisakah anda membantu saya menghibur ibuku?"

"Tentu saja, jika Anda sibuk Anda dapat ikut makan malam di lain waktu." Meskipun terlihat cukup tenang, Bucky masih tidak sabar untuk mengundang idolanya makan malam bersama.

Yves tersenyum lalu mengangguk, "Tentu saja saya punya waktu. Nyatanya, saya punya banyak waktu luang akhir-akhir ini."

"Bagus, bagus, kalau begitu mari kita berangkat sekarang. Ibuku akan sangat senang ketika Anda datang ke rumah untuk makan malam."

"Tunggu, Steve, apakah aku sedang bermimpi? Coba pukul aku dengan keras!" Bucky merasa sedikit gugup.

Melihat tatapan aneh Yves, Steve hanya mengangkat bahu. "Jangan pedulikan dia, dia selalu seperti ini." Kemudian Steve melancarkan hook kiri dan hook kanan lalu mengakhirinya dengan tendangan ala pemain sepak bola.

"Guuhh!" Mengerang, Bucky langsung menyandarkan punggungnya ke dinding. Meskipun dipukul cukup keras, Bucky tetap menyeringai. "Sialan kau, Steve, apakah kamu mencoba membunuhku? Aduh, sakit... Haha! Ini memang nyata! Ayo, mari aku antar kalian ke rumahku."

Mereka bertiga berjalan sambil mengobrol senang, dalam waktu kurang dari lima menit, mereka akhirnya tiba di depan sebuah vila kecil yang relatif mewah.

Dekorasi Vila itu tidak terlalu buruk, ada juga halaman kecil dengan beberapa bunga dan tanaman yang indah. Jelas bahwa wanita yang tinggal di sini memiliki selera yang bagus!

Membukakan pintu untuk tamunya, Bucky memberi isyarat mengundang.

"Ayo Yves, Steve, masuklah. Ini adalah rumah saya."

Ruangan itu dilengkapi dengan baik, dan ada beberapa sofa baru di aula ruangan.

Di sana terdapat seorang wanita cantik berambut pirang mengenakan gaun rumah yang memamerkan tubuh indahnya. Sambil mengenakan sandal bertumit tinggi, wanita itu terlihat anggun dan juga penuh aura dewasa. Pada pandangan pertama, wanita itu terlihat sangat cantik!