webnovel

Marry U Again, Aimee

Dia datang kembali! Mengusik hidupku dan ingin aku kembali padanya. Sehingga haruskah aku kembali padanya dan mengingkari sumpah yang telah aku patuhi selama bertahun-tahun selama ini? Malam itu, semua berawal dari malam itu. Hingga sesuatu yang tidak terduga terjadi. Lalu memaksa mereka untuk harus menikah lagi bagaimana pun Aimee tidak menginginkannya. Pria lain hadir. Berusaha mengacaukan hubungan mereka dan bagaimana keputusan Aimee? ig : @lenzluph_story

lenzluph · Ciudad
Sin suficientes valoraciones
224 Chs

032 ( Mampus )

"Oh, kau mungkin benar. Tapi, berterima kasihlah padaku karena aku sudah melimpahkan setengah pekerjaanmu pada sekretaris lain. Dengan begitu kau bisa fokus untuk mengerjakan proyek deluxe 2!"

Aimee sama sekali tidak menunjukkan ekspresi berterima kasih.

"Tapi jika boleh jujur, saya masih ingin keluar dari proyek ini dan mengerjakan pekerjaan sehari-hari saya selama ini. Tidak terikat pada kerugian perusahaan secara langsung jika saya mengagalkan proyek ini."

Alfin menatap Aimee frustasi.

"Aimee! Apa kau benar-benar paham yang kau katakan?"

Ribut seperti tidak ada satu orangpun di sekitar mereka. Semua orang terbelalak.

"Aku memberikanmu kesempatan untuk mendapatkan bonus jika usahamu kali ini berakhir!"

"Tapi jika aku gagal maka riwayat pekerjaanku berakhir!"

Alfin menatap datar.

'Dan jika kau terus mengerjakan pekerjaan bodohmu itu. Kau juga akan didepak!'

Alfin mengembalikan fokusnya.

"Jadi, kau masih ingin meragukan kepercayaanku padamu dengan menolak proyek?" tanya Alfin serius.

Sudah bersusah payah memikirkan cara untuk mempertahankan Si Pembuat Masalah.

Alfin lalu melirik Doren dan Molly bersamaan.

"Lalu, kalian. Apa kalian dengar dan lihat kelakuannya? Dia bukan hanya berani bicara sembarangan pada atasannya. Tapi dia juga berani meragukan kepercayaanku!"

Molly dan Doren tidak memberikan jawaban.

Bingung sendiri bagaimana membela keduanya. Karena perdebatan ini sangat aneh.

Doren mendadak buka suara.

"Saya yakin Aimee sudah mempersiapkan semua hal hari ini. Karena dia telah belajar banyak dari laporan deluxe 1 dan skema laporan deluxe 2."

Alfin membuang muka.

"Aku tidak mau tahu. Jika meeting ini sampai kacau karenamu lagi. Aku tidak akan segan-segan mencari penggantimu. Bukan hanya pengganti panitia pengurus proyek Deluxe 2. Tapi juga sekretaris kepercayaanku!"

Alfin berjalan pergi meninggalkan sisa-sisa keterkejutan Aimee dan kekesalannya.

Aimee duduk kembali ke kursinya dengan sebal.

"Kalian, lihat! Aku tidak bisa mengerti lagi bagaimana aku harus menghadapinya! Dia egois dan semaunya sendiri!"

Molly justru berpendapat lain.

"Tapi aku sangat terkejut denganmu hari ini, Aimee. Ada apa sebenarnya denganmu? Kenapa kau begitu marah pada Tuan Alfin karena dia memberikan proyek penting ini padamu? Padahal jika aku berpikir ulang, semua yang dia katakan barusan sangat masuk akal. Keberhasilan proyek ini bisa membantumu memperbaiki seluruh kerusakan yang kau buat selama ini."

Doren nampak mulai setuju dengan perkataan Molly.

Mengelus pundak Aimee dan memintanya untuk tenang.

Doren dengan sengaja mengatakan lelucon.

"Hari ini, hari pertama kau menstruasi? Kenapa kau jadi begitu sensitif dan terus melawannya? Kau lupa kita mendapatkan gaji karena tunduk padanya?"

Menghela napas panjang lalu membenarkan.

"Aku ingin ke toilet dan jangan ikuti aku!"

Saling menatap dan mengangkat bahu.

Molly tiba-tiba saja bertanya pada Doren.

"Apa kita pernah bilang kita ingin ikut dia pergi ke toilet? Kenapa dia melarang kita untuk mengikutinya?"

Doren mendesah.

***

Membasuh wajahnya dengan air kran wastafel. Aimee tahu akhir-akhir ini dia memang terlalu sensitif. Sulit diajak bekerja sama dan semaunya sendiri.

Tapi, sekarang.

Apakah dia sudah puas melampiaskan kekesalannya?

Menepuk beberapa kali pipinya agar sadar. Aimee beberapa kali memeriksa ekspresi wajahnya. Tidak ingin terlihat tertekan meski dalam hati dia sangat tertekan dan ingin melarikan diri.

Aimee berusaha menyadarkan diri.

"Sadar, Aimee. Kau masih membutuhkan pekerjaan ini untuk hari tuamu. Jadi kau harus bersemangat!"

***

Meeting dimulai dengan suasana yang cukup tegang. Hadir sekitar 10 orang yang akan menjadi peninjau, pengamat, dan pelengkap usulan. Semua yang hadir hari ini adalah orang-orang penting termasuk Zack.

Duduk di samping Alfin dan berhadapan dengan Zack. Aimee sadar Zack terus mengamatinya sejak tadi dengan beberapa macam ekspresi.

Seperti menimbang-nimbang gebrakan baru apa yang akan Aimee hadirkan di depan semua orang.

Alfin tanpa bisa diperkirakan, memberikan dorongan.

Berbisik pelan dan mengucapkan keyakinannya.

"Percaya pada kemampuanmu, Aimee. Aku yakin kau sebetulnya mampu."

Kata-kata itu menjadi kekuatan untuk Aimee memulai presentasinya. Maju ke depan dan menatap satu persatu peserta rapat dengan separuh gugup.

"Saya, Adistyra Miolla Ongbani akan memulai presentasi terkait proyek deluxe 2."

Baru saja menyelesaikan sebaris kalimat pembukaan. Pintu ruang meeting dibuka. Sangat lebar dan tiba-tiba tanpa pemberitahuan. Sehingga semua orang langsung menoleh.

Menghadirkan satu sosok laki-laki yang ditakuti semua orang. Datang bersama sekretarisnya dan dengan gagah berani masuk dalam ruangan.

Tatapan mata Bos Besar Aimee, membuatnya menelan ludah.

"Harry? Apa yang kau lakukan di sini? Dan kenapa kau mendadak hadir tanpa pemberitahuan?"

Langsung berdiri dengan gugup dan panik. Alfin nampaknya punya firasat buruk.

Harry menatap Alfin dengan ekspresi datar. Namun, sorot mata Harry sangat mengundang hawa dingin menjalar ke seluruh ruangan.

Beberapa orang mulai menyapanya.

"Selama datang, Tuan. Anda ternyata akan mengikuti rapat?"

Banyak yang berpikir Harry akan melepaskan tanggung jawabnya pada Alfin untuk mengurus 'proyek deluxe 2'. Harry ternyata masih menaruh kepedulian yang tinggi pada proyek keduanya.

Dengan mata menyidik, Harry melirik Aimee.

Mampus!

Untuk apa dia melirikku?

Dia mulai tahu aku yang akan mengerjakan proyeknya?

Seseorang sudah memberitahunya dan dia sekarang sedang ingin berusaha menghentikanku?

"Siapa namamu?"

Terkejut ketika mendadak ditanya. Ada sedikit kekecewaan besar tersimpan dalam benak Aimee.

Sudah bekerja selama 4 tahun. Di bawah naungan Alfiano Gennaldy, sepupunya. Dan beberapa kali masuk ke ruangannya untuk dimintai keterangan soal sepupu nakalnya. Harry sama sekali tidak mengetahui namanya?

"Saya Adistyra Ongbani, Tuan. Biasa dipanggil Aimee. Dan saya adalah sekretaris Tuan Alfin."

Harry melirik Alfin lagi.

Tidak mengatakan apapun pada Alfin dan menatap Aimee lagi.

Aimee menggigit bibirnya dengan gelisah.

Harry lalu melirik semua orang. Menatap heran dan bertanya.

"Kalian tidak akan memulai rapatnya?"

***