Mengulang lagi dengan nada yang sulit. Zack merasakan tubuhnya terserang alergi.
"Aimee?"
Merasakan lehernya tegang dan tidak senang. Wajah Zack kian memburuk.
Lisa mengajukan pertanyaan dengan gelisah.
"Anda terlihat tidak senang bertemu dengannya. Apa wanita itu mengusik Anda, Tuan?" tanya Lisa berusaha sopan.
Namun, bertanya seperti ini saja sebenarnya sudah tidak sopan.
Tapi Lisa tidak bisa menahan keinginannya untuk bertanya.
"Saya bisa menilai kinerjanya yang mungkin tidak akan sebagus harapan kita. Tapi, ekspresi Anda jauh lebih mengejutkan."
Selalu tidak mengherankan bila Lisa pintar memahami suasana hati Zack.
Telah bekerja padanya sangat lama. Semenjak Empires mad baru berdiri dan beranjak dari titik nol.
Lisa adalah satu-satunya sekretaris yang Zack miliki dan percaya.
Zack pun jarang menyembunyikan rahasia darinya.
"Dia adalah mantan istriku. Aimee. Adistyra Miolla Ongbani. Wanita yang akrab juga disapa Aimee karena namanya yang unik."
Pikiran Zack melayang jauh ke masa lalu mereka.
###
"Ayo kita bercerai!" ucap Aimee dengan sangat yakin dan tegas.
Zack menatap wajah itu dengan tatapan lelah dan tanpa minat. Sudah bisa memperkirakan kemungkinan ini dan hari itu akan tiba.
Zack memberikan balasan dingin.
"Kau ingin bercerai denganku?"
Mengangguk dan memberikan surat cerai padanya. Zack yang terkejut dengan kesiapan Aimee, menatap kosong surat perceraian mereka.
"Jadi ini sebabnya kau sering keluar rumah dan mengabaikan ucapanku? Terus menerus memancing emosiku dan bertindak semaumu. Karena kau ingin bercerai denganku. Karena itu, kau menantikan hari ini?"
Belum bergerak untuk membaca atau menandatangani surat perceraian yang isinya pasti sama seperti surat perceraian pada umumnya. Dan hanya soal nama serta pembagian harta yang membedakan isi surat.
Aimee tidak bergerak mundur.
"Terserah apa yang kau pikirkan. Karena perceriaan ini juga yang kau usulkan!"
###
Suara panggilan Lisa membuyarkan lamunan Zack.
"...Bos?"
"Anda masih mendengarkan saya? Dan Anda baik-baik saja?" tanya Lisa.
Bingung sejenak melihat reaksi Zack yang tidak seperti biasanya. Lisa tahu, Aimee-lah yang mempengaruhinya.
"Ya, Lisa. Aku mendengarkanmu dan sampai dimana kita tadi?" balas Zack datar.
Lisa menghela napas diam-diam.
"Sampai ketika Anda menyebut nama mantan istri Anda."
Lisa menunjukkan ekspresi kecewa dan bersimpati.
"Saya tahu pernikahan Anda saat itu tidak berjalan dengan baik. Tapi, bagaimana mungkin mantan istri Anda adalah sekretaris Tuan Alfiano? Dan dia juga yang akan mengurus 'Proyek Deluxe'. Anda pasti akan sering bertemu dengannya," papar Lisa.
Menatap dalam dan mencemaskan beberapa hal. Lisa bertanya lagi.
"Apa segalanya akan baik? Dan Anda bisa mengatasinya?" tanya Lisa.
Menatap remeh dan netral kembali. Zack menemukan ada hal salah dalam pertanyaan Lisa.
"Tentu aku akan baik. Jadi, siapa yang bisa membuatku tidak merasa nyaman? Ketika hubungan kami kini hanya tinggal kenangan dan tidak akan memberikan pengaruh pada pekerjaan?"
Lisa menunjukkan tatapan tidak terlalu yakin. Tapi tidak berusaha menyampaikannya.
"Saya berharap demikian, Tuan. Dan setelah ini Anda harus kembali ke rumah Nyonya besar. Beliau sudah menunggu Anda dan pasti akan meluapkan kemarahannya seperti biasa. Saya harap Anda baik-baik saja."
Ekspresi Zack berubah kesal. Tidak kalah kesal ketika dia kembali bertemu dengan mantan istrinya.
***
Setengah jam berlalu dan Zack akhirnya tiba di rumah ibunya. Tidak nampak senang harus mengunjungi Devinna. Tapi paling tidak satu bulan sekali, dia harus pulang ke rumah untuk mengecek kondisi ibunya.
Bukan karena ibunya sedang menderita sakit atau menanggung masalah.
"Zack!! Kau akhirnya pulang dan bisa menemui ibumu?" sambut Devinna ceria. Entah dengan ketulusan yang dalam atau hanya sekedar basa-basi.
Masalah krusial yang mengharuskan Zack pulang adalah karena rengekan ibunya. Tidak sepenuhnya ingin bertemu dengan Devinna karena perangai-nya yang sangat merepotkan.
Setelah ini, Devinna pasti akan langsung menyebutkan tujuan utamanya menyambut Zack tanpa jeda.
"Aku tahu kau ingin mengatur ekonomi keluarga kita dengan sangat baik. Mencatat semua pengeluaran dan pemasukan dengan rapi. Tidak membiarkannya lewat dari pengawasanmu, meski hanya secuil. Tapi, perlukah kau membatasi pengeluaran ibu?" komplain Devinna bukan satu atau dua kali.
Berucap manja dan tidak senang ketika seluruh hobinya dibatasi dalam ringkup tertentu.
Zack yang sudah menduga Devinna akan mengatakan hal ini, diam. Memejamkan matanya sejenak, ketika waktu santai tidak ibunya berikan. Padahal Devinna pasti tahu, Zack harus selalu menempuh perjalanan jauh jika dia ingin menemuinya.
Devinna malah langsung mencecar Zack dengan berbagai pernyataan membosankan.
Zack melihat seisi rumah.
"Mana Olive? Kenapa dia bisa tidak berada di rumah? Dan apa, dia pergi lagi dengan pria barbar itu?" tanya Zack.
Nampak kesal dan bukan bermaksud mengalihkan pembicaraan. Zack menemukan adanya hal yang tidak sesuai dengan keinginannya.
"Adikmu sedang pergi bersama dengan temannya. Tidak pergi bersama dengan pacarnya yang barbar. Lalu, bagaimana kau bisa menyebur Danish sebagai pria yang barbar?" protes Yuliana tidak mengerti mengapa Zack tidak pernah menyukai Danish.
Begitu juga dengan suaminya yang terus merundung Olivia untuk menjauh dari Danish.
Zack menyipitkan mata.
"Kini dengan cukup mengejutkan, ibu membelanya? Padahal selama ini ibu lebih menggila dibandingkan dengan aku tidak merestui hubungan mereka. Kini, ibu mendadak berubah pikiran dan tidak sependapat?"
Tidak berani menatap wajah Zack dan sedikit salah tingkah. Devinna membela diri.
"Mau bagaimana lagi jika itu keinginan Olive. Dan ibu percaya hubungan mereka hanya akan bertahan sebentar. Jadi ibu tinggal menunggu Olivia sampai bosan dan meninggalkan pria itu begitu saja."
Pemikiran hebat Devinna mengundang tawa Zack.
"Dan bagaimana jika mereka jadi semakin serius dan sulit memisahkan diri? Ibu bisa bertanggung jawab dan menerima keputusan itu?"
Menjadi gelagapan dan tidak ingin.
***