webnovel

Mahkotaku Terenggut

Dulu aku mengira saat dewasa dan mengenal cinta itu adalah sebuah kebahagiaan. Apalagi saat pertama kalinya dada ini berdebar karena merasakan jatuh cinta, salah tingkah dan pipi merona saat di ledek teman sebangku dan masih banyak lagi yang lainya. Namun semua itu ternyata tidak seperti dalam bayanganku, awal jatuh cinta memang sangatlah indah, namun saat kita tidak jatuh pada laki-laki yang tidak tepat maka kebahagiaan itu masih di gantungkan! Alindita, gadis berusia 22 tahun. sejak awal rupanya gadis itu tidak beruntung dalam percintaanya. Ketulusan yang di berikannya pada kekasihnya rupanya justru menjerumuskannya pada kehancirannya. setiap lelaki yang menawarkan keseriusan nyatanya hanya membohonginya, bahkan Dita sudah menyerahkan hal yang paling di jaganya selama belasan tahun hanya karena atas nama Cinta. seberat apakah hidup yang di jalani Dita? simak terus ceritanya ya Guys.. semoga menghibur!

Doraemon_Cantik · Historia
Sin suficientes valoraciones
3 Chs

Dunia Alin

Alin is love

Hari ini Alin sibuk dengan kegiatannya. Hari-hari Alin hanya di isi dengan membaca dan menulis. Gadis otu memang senang sekali dengan hal yang berkaitan dengan baca tulis. 

Tidak heran jika pekerjaannya pun menjadi seorang penulis. 

"Alin, gak makan dulu?" tanya mbok Yem asisten rumah tangga Alin. 

"Nanti aja Mbok, Alin masih kenyang!" sahutnya. 

Begitulah Alin jika sedang sibuk menulis, ia akan fokus dan melupakan makannya. Hal itu membuat mbok Yem kadang merasa khawatir dengan nona mudanya. 

"Non, bibi sangat kawatir kalau Non melupakan makan nanti non sakit," rayu mbok Yem. 

"Tenang saja Bi, Alin akan makan di saat nanti Alin sudah lapar. Untuk sekarang Alin masih belum lapar dan lagian juga tanggung kalau Alin tinggalkan soalnya Alin lagi mendapatkan inspirasi!"  jelas gadis itu. 

Gadis itu kembali fokus pada keybord laptopnya. Jarinya menari dengan lincah dan menghasilkan kata-kata yang begitu indah. 

Menjadi penulis adalah impian Alin sedari kecil dulu, sebab itu saat kuliah pun Alin mengambil jurusan sastra. 

Meskipun banyak yang bertanya-tanya pada Alin mengapa ia lebih memilih mengambil jurusan itu padahal Alin bisa saja mengambil jurusan yang peluang kerjanya nanti mrnjanjikan.

"Senang sekali rasanya, bisa menginspirasi orang lain. Itulah yang Alin dapatkan selama ia menulis. Banyak yang termotivasi dengan tulisannya. 

Jam terus berputar, kini siang telah berganti menjadi sore. Dan seharian ini perut Alin belum kemasukan apa pun. Rasa laparnya tidak akan teras apabila ia sudah duduk di depan laptopnya. 

Dan setelah ia menyelesaikan tulisannya, barulah perutnya keroncongan meminta untuk segera di isi. 

"Lapar sekali rasanya, hari ini aku telah melupakan makannku. Bukan hanya itu saja, rasa nyeri di bagian itu pun ikut tidak terasa," ujar Alin.

Sebelum makan, Alin menyempatkan dulu untuk menelpon Varo hanya untuk sekedar bertanya apakah kekasihnya itu sudah makan apa belum. 

"Halo Varo, aku kira kamu tidak akan mengangkat teponku. Kamu udah makan belum?" tanya Alin. 

"Halo sayang, mana mungkin sih aku gak angkat telepon dari kamu. Aku baru saja makan siang sayang tadi kerjaan begitu padat jadi aku baru sempat untuk makan siang," jelas Varo. 

"Sama aku juga baru mau makan," ujar Alin. 

"Ya udah sayang kamu makan dulu sana entar kamu sakit lagi kalau telat-telat makannya," saran Varo. 

Telepon pun kemudian berkahir. Alin begitu bahagia dengan Varo yang begitu memperhatikannya. 

Di Kantor Varo. 

Lelaki itu sedang asyik dengan seorang gadis berpakaian sexy. Kelihatannya mereka berdua seperti memiliki hubungan karena mereka terlihat begitu mesra. 

"Kamu pinter aja sih sayang bohongin pacar kamu itu," ujar Gladis. Gadis itu bernama Gladis. 

"Tentu dong beib, kalau aku tidak pintar mana mungkin kamu sampai jatuh ke pelukanku," ujar Varo membanggakan dirinya. 

"Kapan kamu mau mutusin dia?" tanya Gladis. 

"Sabar dong sayang, aku pasti bakalan putusin dia kok. Jadi kamu gak usah kawatir!" sahut Varo. 

"Beneran ya kamu bakal putusin dia, aku mau kamu itu jadi satu-satunya milik aku. Aku gak mau berbagi dengan yang lainnya," rajuk Gladis. 

Mendengar gadis di sampingnya yang menggemaskan ketika merajuk, Varo pun langsung mendaratkan ciuman yang bertubi-tubi kepada Gladis. 

"Beib, akhh udah dong! Kamu rakus banget sih!" keluh Gladis. 

"Kamu itu selalu membuatku selalu bersemangat, hasratku langsung naik dua kali lipat setiap dekat denganmu," ujar Varo. 

"Ahh kamu bisa aja beib, tapi aku mau tas beib kamu mau kan belikan aku tas," pinta Gladis. 

"Tentu dong sayang, apa sih yang gak buat kamu. Kamu mau tas yang seperti apa beib, nanti aku langsung tranfer uangnya tapi sekarang kita-" 

"Ayok," ajak Gladis. 

Gadis itu tau apa yang di maksut oleh Varo. Mereka pun kemudian langsung menuju ruang tempat Varo istirahat. 

Tentu saja tanpa me.buang waktu lagi Varo langsung melepas semua pakaian yang melekat di tubuh Gladis. 

Lelaki itu sudah di kuasai oleh nafsu yang sebentar lagi akan meledak. 

Ciuman bertubi-tubi sudah Varo daratkan kepada Gladis. Dan dengan senang hati Galdis pun langsung membalasnya. 

"Beib, kamu begitu membuatku puas!" puji Varo. 

"Tentu dong beib, buat kamu pasti aku akan selalu memberikan yang terbaik. Aku tidak akan pernah mengecewakanmu," sahut Gladis. 

2 jam mereka menuntaskan gairahnya, setelah itu Gladis pamit untuk pulang. Sementara Varo kembali melanjutkan pekerjaannya. 

Ponsel Varo yang berada di atas meja kerjanya berbunyi. Nama Alin Love  tertera di layar ponselnya. 

"Iya sayang, ada apa?" tanya Varo begitu ia mengangkat teleponnya. 

"Kamu lagi apa sayang? Udah selesai kerjanya?" tanyq Alin. 

"Belum sayang, ini aku masih kerja. Masih ada beberapa berkas yang harus aku selesaikan," jawab Varo. 

"Ohh ya sudah kamu kerjakan saja dulu sayang, see you!" ucap Alin. 

Varo pun kembali menaruh ponselnya ketika sambungan sudah terputus. 

Pekerjaan  Varo memang tertunda akibat kegiatan panasnya tadi. Namun lelaki itu tidak menyesalinya karena setelah melakukan itu kini ia menjadi lebih bersemangat. 

"Gadis bodoh, mau saja aku bohongin selama ini!" ucap Varo. 

Lelaki itu sebenarnya tidak begitu mencintai Alin, hanya saja ia penasaran. 

Di kamarnya Alin melanjutkan kegiatannya yaitu menulis. Kali ini ia tengah menyelesaikan novelnya yang berjudul berakhir bahagia.

Harapan Alin kelak apa yang di tulisnya itu akan menjadi kenyataan.ia berharap ia dan Varo segera di satukan dalam hubungan yang sah saat dimana tidak ada lagi skat di antara ia dan Varo. 

"Varo sibuk banget sih hari ini, sampai-sampai gak ada waktu deh buat aku!" keluh Alin. 

Sebenarnya Alin rindu dengan Varo, meskipun baru kemarin ia bertemu. 

"Tapi kalau Varo lagi sibuk dengan kerjaannya aku gak boleh egois dong."

"Aku harus mengertu dengan kondisi Varo."

"Besok kalau ada waktu pasti deh Varo akan datang menemuinya."

Begitulah Alin menepis fikiran buruk tentang Varo. Ia tidak ingin berfikir yang tidak-tidak kepada Varo. Karena baginya kepercayaan dalam sebuah hubungan itu sangatlah penting. 

Senja hampir tiba, dari kamar Alin terlihat langot yang terlukis dengan indah. 

Dan datangnya senja adalah sebagai tanda bahwa sebentar lagi malam akan segera tiba. 

"Waktu itu berjalan cepat berlalu ya, sampai-sampai rasanya aku baru tadi bangun sekarang udah mau malam aja," ujar Alin. 

Hari-harinya yang memang hanya di rumah saja terkadang memang me.buat Alin merasa jenuh, ia merasa sebagai gadis yang terlalu kudet dengan dunia luar. 

Bahkan untuk sekedar sosial media saja ia sangat kudet sekali. Bisa di bilang Alin malahan jarang sekali tampil di sosial media. Gadis itu terlalu fokus dengan dunia halunya, dan menurutnya itu lebih membahagiakan.