1 Bab 1

Mahkotaku!

"akhhh, sakit!" rintih seorang gadis yang tengah merinrih di bawah tubuh kekar lelaki yang tengah menyatukan tubuh dengannya. 

"bertahanlah sayang, sebentar lagi kamu pasti akan mendesah nikmat!" ujar seorang lelaki itu. suaranya terdengar nyaring dan merdu. 

"kamu berjanji kan tidak akan pernah meninggalkan aku?" tanya Alin, gadis itu bernama Alin. 

"tentu saja tidak sayang, kamu sudah memberikannya yang lebih dan ini sangat berarti untukku," sahut Varo, dia adalah Alvaro Danendra. 

"aku sangat lega mendengarnya, dan aku harap kamu berjanji untuk itu," ujar Alin. 

"ya aku berjaji tidak akan meninggalkanmu, apa pun keadaanya nanti!" ucap Varo begitu meyakinkan. 

"baiklah, aku senang mendengarnya. Ini adalah pengalaman pertamaku, dan karena aku sangat mencintaimu bahkan aku rela memberikannya padamu sebelum kita menikah," tukas Alin. 

"aku sangat mencintaimu Alin sayang," ujar Varo. 

Mereka pun kembali melanjutkan kegiatan mereka hingga mencapai puncaknya masing-masing. Setelah selesai dengan kegiatannya itu, baik Alin mau pun Varo pun terlelap tidur karena saking lelahnya. 

Matahari kini sudah mulai nampak di peradapannya, Alin sidah terbangun lebih dulu. Setelah memicingkan matanya, ia sadar rupanya tak ada busana yang menempel satu pun di tubuhnya. 

Melihatnya polos seperti itu, perlahan air mata Alin menetas. Ia sangat berdosa sekali terhadap kedua irang tuanya, bahkan ia telah berani melakukan hal paling jauh dalam pacaran.

Ingatannya pun kembali pada semalam saat dengan desahan nikmat ia melepaskan puncak gairahnya. Alin sunggu tidak mengira bahwa dirinya benar-benar telah menyerahkan mahkotanya pada Varo. 

Jelas ini adalah hal yang tidak lumrah dan bahkan sangat berdosa besar. Namun karena cinta kepada Varo yang sudah mendarah daging, Alin sampai melupakan itu semua.

Ia tanpa sadar mebitikan air matanya dan sangat merasa bersalah telah melakukan itu. 

Alin pun bangkit ranjang tempatnya tertidur saat ini, dengan sedikit meringis karena menahan sakit akhirnya Alin sampai di kamar mandi untuk membersihkan dirinya. 

"Aku harus membersihkan diriku," uuqr Alin. 

Sementara di kasurnya, Varo masih tertidur pulas. Pencapaianya semalam rupanya membuatnya sangat lelah hingga matanya enggan untuk terbuka. 

Selesai mandi, Alin langsung meraih ponselnya yang ia letakan di atas nakas. Gadis itu kenudian menekan salah satu aplikasi online pada layar ponselnya. 

Rupanya, gadis itu memesan gofood. Perutnya sudah mulai keroncongan, dan Alin juga tidak lupa memesankan untul Varo.

Mereka saat ini tengah berada di salah satu hotel di tengah-tengah kota, Varo sengaja mengajaknya kesini karena ini adalah salah satu hotel yang menerima sewa kamar tanpa mencantumkan buku nikah alias penginapan bebas. 

"Untung saja aku berinisiatif mengajakmu ke tempat ini, jadi kota bisa menikmati malam kita tadi yang panjang!" ujar Varo. 

"Hmm, iyaa." 

Tidak lama kemudian gofood pesanan mereka datang, Alin pun segera keluar untuk mengambil pesanan tersebut. 

"Makasih ya Pak," ucap Alin setelah menerima pesanannya. Ia pun kembali masuk ke dalam kamarnya. 

"Makan dulu Var," anjur Alin. 

"Iya Lin kebetulan aku memang sudah sabgat lapar," sahut Varo. 

Hening mengambil alih, mereka pun larit ke dalam makanan mereka masing-masing. Entah apanyang mereka fikirkan yang jelas mereka terlihat seperti sedang memikirkan sesuatu. 

"Kamu menyesal Lin?" tanya Varo. 

"Mengapa kamu bertanya seperti itu?" Alin bertanya balik. 

"Ya habisnya kamu terlihat sangat murung sekali, tidak seceria biasanya," tukas Varo. 

"Aku hanya lelah saja kok, habis ini kita pulang kan?" tanya Alin. 

"Iya habis ini kita pulang kok, lagian aku juga harus ke Kantor banyak kendala di perusahaan!" sahut Varo. 

"Aku yakin kamu pasti bisa mengatasinya. Kamu yang semangat ya Varo," ucap Alin menyemangati sang kekasih. 

"Asal ada kamu selalu di sampingku, aku pasti semangat!" ucap Varo dengan yakin. 

"Kamu berlebihan deh, apakah sebegitu pengaruhnya aku?" tanya Alin yang justru heran. 

"Tentu, kamu sangat berpengaruh. Bahkan sangat berpengaruh sekali, karena kamu adalah belahan jiwaku, kamu adalah gadis yang sangat aku cintai. Dan untukmu aku berjuang untuk memantaskan diri agar menjadi laki-lakinyang pantas menjadi ayah dari anak-anakmu," jelas Varo. 

Alin menatap takjub Varo, ia benar-benar sangat bahagia karena mebdapatkan lelaki yang begitu baik seperti Varo. "Makasih Var, aku janji aku akan selalu ada di sampingku kecuali-" 

"Kecuali apa Alin?" tanyw Varo. 

"Kecuali kami sendiri yang meninggalkan aku," sahut Alin. "Karena jika kamu yang lebih dulu meninggalkanku maka aku tidak punya pilihan lain selain melupakan," jelas Alin. 

"Tidak akan dan tidak akan pernah terjadi Alin. Aku begitu mencintaimu, dan sampai kapan pun cinta ini akan selalu ku jaga." Varo berucap dengan begitu yakin. 

"Beres-beres yuk, ini sudah terlalu siang!" ajak Alin. 

"Aku mandi sebentar," ucap Varo. 

Setelah menyelesaikan makananya, Alin pun langsung membereskan barang-barangnya dan juga barang-barang milik Varo. 

Gadis itu terlohat ssngat cekatan sekali karena dalam hitungan menit semuanya sudah beres. Bahkan Alin sudah menata ruangan itu menjadi rapi kembali. 

"Wow! Kamu ter the best Alin," puji Varo yang baru saja keluar dari kamar mandi. 

"Kamu bisa saja, aku hanya melakukan sedikit hal."

"Memang tidak salah aku memilihmu Alin, buktinya kamu memang sangat cekatan dalam segala hal!" ujar Varo. 

"Tidak juga buktinya sampai sekarang belum ada juga yang menerima aku bekerja," cetus Alin. 

Gadis itu memang sudah mendaftar kemana-mana, namun belum ada juga peruhaan yang mau menerimanya bekerja. Entah daro segi manakah kurangnya Alin. 

Gadis itu selain cantik juga pintar, lalu mengapa banyak perusahaan yang menolaknya menjadi karyawan. 

Varo bwrulang kali menawari Alin untuk bekerja di Kantornya, tapi Alin selalu menolaknya. 

Gadis itu tidak mau terlalu bergantung kepada Varo dalam segala hal. Jadi ia memutuskan untuk mencari pekerjaan sendiri. 

Alin yakin pasti di antara banyaknya perusahaan di kotanya akan ada satu yang menerimanya bekerja fi situ. Dan Alin sangat yakin itu. 

Setelah semuanya beres mereka pun berlalu dari hotel tersebut. Varo sudah melajukan mobilnya dan membelah jalan raya yang tidak terlalu ramai. 

"Var, boleh berhenti sebentar gak?" tanya Alin. 

"Boleh, memangnya mau apa?" tanya Varo balik. 

"Aku mau beli sesuatu Var di Indomart," sahut Alin. 

"Aku antar ya," tawar Varo. 

"Tidak usah, aky cuma sebentar kok!" tolak Valin. 

Gadis itu memang hanya sebentar masuk ke dalam Indomaret. 

"Udah?" tanyq Varo. 

"Udah kok, yuk kita pulang!" ajak Alin. 

Ia sudah sangat lelah sekali dan ingin segera beristirahat. 

Sampai di rumah Valin langsung membaringkan tubuhnya di atas kasur miliknya. Bagian sensitifnya masih terasa nyeri dan entah mengapa ia merasa hawa panas dari tubuhnya. 

"Aku kenapa," gumam Valin. 

Badannya semakin terasa panas. Akhirnya pun gadis itu tertidur dengan selimut tebal yang menutupinya. 

Cinta memang terkadang telihat bodoh. Bahkan karena cinta semua rela di korbankanya tanpa memikirkan penyesalan yang akan di dapatinya. 

avataravatar
Next chapter