Fiona. Gadis kecil berusia 10 tahun yang baik dan menggemaskan. Dia hanya tinggal bertiga dengan orangtuanya. Kedua orangtuanya hanya bekerja sebagai tukang pecal lele di depan rumahnya. Fiona sebagai anak yang baik sering membantu orangtuanya berjualan.
"Ini, nak. Tolong kasih ke meja yang di sana ya," ucap Ibunya.
"Iya, Bu."
Fiona sangat suka jika harus mengantar pesanan kepada orang yang ingin makan di sana. Karena Fiona adalah anak yang lucu dan menggemaskan, banyak orang yang suka dengannya.
"Permisi Ibu. Ini pesanannya."
"Aduh ya ampun. Cantik banget si. Anak baik lagi. Makasih ya sayang."
"Iya, sama-sama Ibu."
Ketika Fiona hendak kembali untuk membantu Ayah dan Ibunya lagi, tiba-tiba saja ada sesuatu yang menimpanya dari atap rumahnya. Ternyata Fiona terkena reruntuhan rumahnya yang sudah tidak layak huni lagi. Untung saja Fiona tidak kenapa-kenapa. Dia hanya luka ringan saja. Sehingga tidak ada yang perlu di khawatirkan.
Bruk!!!
"Aw," teriak Fiona.
Ayah dan Ibu Fiona langsung berlarian menghampiri Fiona ketika mendengar suara Fiona. Semua orang yang sedang makan di sana pun ikut terkejut dan ikut membantu Fiona.
"Fiona, sayang. Kamu ga apa-apa, nak? Ya ampun sayang," tanya Ibunya.
"Fiona? Apa yang sakit nak? Kita ke rumah sakit sekarang ya," tanya Ayahnya.
"Engga apa-apa Bu, Yah. Aku ga kenapa-kenapa kok. Ayah sama Ibu ga usah khawatir ya."
"Beneran kamu ga kenapa-kenapa?"
"Iya, ga apa-apa Ayah, Ibu."
"Yaudah kalo gitu kamu masuk ke dalam aja ya. Kamu ga usah bantu Ibu sama Ayah lagi."
"Iya Ayah, Ibu."
Akhirnya Fiona masuk ke dalam rumah dan tidak membantu jualan lagi hari ini. Ayah dan Ibu Fiona juga memutuskan untuk segera menutup warung pecel lele nya supaya tidak ada lagi korban seperti Fiona.
Setelah selesai berjualan, Ayah dan Ibu Fiona menghampiri dirinya untuk memastikan keadaan Fiona baik-baik saja saat ini.
"Kamu ga apa-apa kan sayang? Kalo ada yang sakit bilang sama Ibu ya."
"Iya, Ibu. Aku ga ada yang sakit kok."
"Maafin Ayah ya, nak. Gara-gara Ayah, kamu jadi seperti ini. Maafin Ayah yang belum bisa kasih kamu tempat tinggal yang nyaman."
Ayah Fiona merasa sangat gagal menjadi Ayahnya sekarang ini karena tidak bisa memberikan tempat tinggal yang nyaman untuk anak semata wayangnya. Tanpa di sadari air mata pun menetes dari kedua bola mata Ayahnya. Fiona yang melihatnya langsung menghapus air mata Ayahnya dengan menggunakan jari-jari mungilnya sambil berkata,
"Ayah jangan nangis. Ayah ga perlu minta maaf juga. Ayah ga salah kok. Nanti biar Fiona ya yang buatin rumah untuk Ayah dan Ibu. Fiona kan mau jadi Arsitek nantinya."
"Aamiin. Semoga cita-cita kamu tercapai ya, nak."
"Iya, Ayah."
Suasana di rumah menjadi sangat haru. Fiona dan kedua orangtuanya saling berpelukan untuk menguatkan satu sama lain. Bagaimana Ayah dan Ibunya tidak merasa bangga mempunyai anak seperti Fiona. Selain cantik, baik, pintar, dia juga selalu bisa mengerti kondisi orangtuanya tanpa banyak menuntut. Tidak seperti anak yang lain pada umumnya.
*******
Mengingat cita-cita Fiona menjadi seorang Arsitek bukan lah suatu cita-cita yang murah. Menjadi seorang Arsitek membutuhkan uang yang tidak sedikit. Tetapi yang namanya orangtua pasti menginginkan yang terbaik untuk anaknya. Apapun akan dilakukan asalkan anaknya bahagia. Apalagi Fiona ini adalah anak semata wayangnya.
Akhirnya Ayah dan Ibu Fiona memutuskan untuk menjual rumah yang penuh kenangan itu untuk pindah ke rumah yang lebih sederhana. Selain untuk biaya sekolah Fiona, tetapi juga supaya rumah yang di tempatinya nanti bisa lebih layak walaupun ukurannya lebih kecil dari sebelumnya. Dan sekarang adalah waktunya untuk mereka semua pindah dari rumah itu. Rumah yang penuh dengan kenangan. Sebelum mereka meninggalkannya, mereka melihati rumah itu dengan tatapan penuh kesedihan.
"Kita harus pindah dari sini. Supaya kamu juga bisa sekolah di sekolah yang lebih baik. Maka dari itu, kamu harus janji ke Ayah dan Ibu. Kamu harus fokus sekolah, jadi orang yang sukses. Jangan pernah yang namanya kenal pacaran dulu sebelum lulus sekolah. Oke?" jelas Ayahnya.
"Iya, Ayah. Aku janji, aku akan terus fokus untuk sekolah. Untuk meraih cita-cita aku. Dan aku ga akan pacaran. Aku janji."
"Anak pintar. Yaudah kalo gitu kita berangkat sekarang ya."
"Iya."
Dengan berat hati mereka semua pun meninggalkan rumah penuh dengan kenangan itu dengan alasan supaya Fiona bisa sekolah di sekolah yang bagus. Karena sebentar lagi Fiona akan memasuki masa putih abu-abu. Atau sekolah menengah atas.
*******
"Woooow. Kerennn...."
"Lukas.... I love you."
Teriakan demi teriakan di lontarkan oleh banyak wanita yang sangat menyukainya. Dia adalah Lukas. Vokal dari Band Senja. Lukas ini selain dia sangat tampan, dia juga adalah seorang anak yang terlahir dari keluarga yang kaya raya. Belum lagi dia adalah vokalis Band yang cukup terkenal. Wanita mana yang tidak tergila-gila olehnya.
Kali ini Fiona juga sedang menonton Band Senja ini bersama dengan kedua temannya. Bahkan kedua temannya ikut berteriak juga memanggil nama Lukas. Tetapi tidak bagi Fiona. Fiona hanya terdiam saja. Hingga akhirnya acara telah selesai. Tiba-tiba saja di akhir acara Lukas justru malah melirik ke arah Fiona.
"Fiona. Gila si. Lu di lirik sama Lukas. Jangan-jangan dia suka sama lu," ucap salah satu teman Fiona.
"Apa deh. Engga. Cuma kebetulan aja. Eh, gua duluan ya. Soalnya udah di cariin sama Ayah, Ibu gua. Ga apa-apa kan kalo gua cabut duluan?"
"Yahh, ga asik banget lu."
"Sorry. Tapi kan ini orangtua gua yang minta."
"Yaudah deh. Hati-hati lu."
"Iya. Kalian juga."
Baru saja acara selesai, Fiona langsung pergi begitu saja meninggalkan kedua temannya dengan alasan jika dirinya sudah di suruh pulang oleh Ayah dan Ibunya. Padahal kenyataannya dia justru malah pergi ke sebuah Mall yang jaraknya tidak jauh dari tempat acara itu.
"Mana si? Katanya janjian di sini. Tapi kok belum datang juga?" pikir Fiona.
- Pesan masuk dari handphone Fiona -
[Kamu cantik banget deh pakai baju itu. Aku suka.]
[Ihh kamu dimana si? Aku udah nungguin kamu dari tadi di sini loh.]
[Coba sekarang kamu nengok ke belakang. Aku ada di sini liatin kamu yang sangat cantik.]
Fiona pun langsung menengok ke arah belakangnya. Ternyata dia benar sudah ada di belakangnya. Fiona yang melihat kehadirannya di sana merasa sangat bahagia. Akhirnya setelah sekian lama tidak bertemu, sekarang Fiona bisa bertemu lagi dengannya. Walaupun dengan cara sembunyi-sembunyi seperti ini. Supaya tidak ada orang yang tahu.b Terutama Ayah dan Ibunya.
-TBC-