webnovel
#ROMANCE
#TRAGEDY
#BL
#YAOI

Love Me Once Again For A Year

FOKUS NULIS DI GLOBAL. Tidak ada revisi lagi di versi Indo-nya. :) Park Chunghee telah menjalin hubungan dengan seorang pria bernama Lee Donghae selama sepuluh tahun. Dia sangat mencintainya, tapi untuk Donghae sendiri ... dia meragukannya. Belakangan ini, Donghae yang dulu sangat mencintainya sekarang menjadi seperti orang lain baginya. Namun, Chunghee tidak ingin menyerah pada kepribadiannya dan terus bertahan, dengan harapan bahwa Donghae akan kembali seperti yang iakenal. Terkadang, ia berpikir, bertanya kepada dirinya sendiri: Inikah murka Tuhan? ia mengetahui bahwa keinginannya adalah hal yang salah, tetapi ia sudah melangkah sejauh ini dan memilih untuk tetap dalam hubungan yang rusak dan selalu mengatakan sesuatu yang bodoh, dengan terus berkata 'baik-baik saja!' Namun, itu semua adalah kebohongan yang ia ungkapkan! Dalam hubungan rumit ini, Chunghee juga bertemu dengan cinta pertamanya yang bernama Kim Daehyun, dan menjadi seseorang yang selalu menjaganya. Ketika kesehatannya memburuk, hanya Daehyun yang bisa membuatnya tersenyum kembali seperti sebelumnya. Itu membuatnya harus memikirkan sesuatu yang sulit lagi. “Apa menurutmu aku marah?” "Aku tidak marah! Aku sakit hati!" "Semua ini tidak lagi membuatku marah, selain merasakan sakit saat ini. Tapi jika kamu mengira aku marah, maka sekarang aku justru marah padamu—" Bagaimana hubungan mereka di masa depan? Akankah Chunghee bertahan? ----------- Belum Bisa Menerjemahkan. Jangan lupa mengkoleksi buku-buku saya yang lain. ^^ Naskah: Mei, 2018 Dipublikasikan: Agustus, 2019 -----------

Mao_Yuxuan · LGBT+
Sin suficientes valoraciones
407 Chs
#ROMANCE
#TRAGEDY
#BL
#YAOI

Ungkapan Hati Sesungguhnya

Di malam yang lain, langit tidaklah cerah. Hanya ada beberapa titik bintang sebagai penghias malam dengan warnanya yang suram, tanpa bulan dengan sinarnya yang pucat. Namun, entah apa yang aku harapkan dari langit yang terlihat suram seperti ini, terus menatapnya, seakan menunggu sebuah bintang jatuh untuk memanjatkan doa?

Aku tersenyum.

Bintang tetaplah bintang, bukan tempat untuk memanjatkan doa.

Aku menurunkan pandanganku dan merenung dari balik jendela, menatap kosong hamparan kota di luar sana dengan memeluk kedua lututku. Jika sebelumnya aku selalu menikmati pemandangan di luar sana, kali ini berbeda. Pemandangan itu tampak biasa-biasa saja, dan bahkan tidak menarik sama sekali seperti sebelumnya.

Sejak kehilangan cincin itu, dua hari yang lalu, aku tidak pernah merasa lebih baik dan hanya terus bersikap memaksakan diri.