Kembali dari pemikiran ini, perlahan aku menggeser pandanganku ke arah Yunhee di sampingku dengan pikiran dan hati yang kosong, lalu berbalik menatap peti mati ini dengan kesedihan yang lebih dalam.
"Apa kau ingin membukanya? Kau ingin melihat Lee, bukan? Dia juga pasti ingin melihatmu." Yunhee kembali berbicara. Walaupun kalimatnya berisikan kata-kata kegembiraan, namun suaranya datar seperti tidak merasakan apa-apa.
Mendengar perkataan itu, aku pun segera menoleh ke arahnya. Hening sesaat, lalu mengangguk lemah.
Yunhee seketika menyunggingkan senyum dan tidak mengatakan apa-apa, seperti sebuah kelicikan yang tersirat di sudut bibirnya, namun itu tidak terlihat di matanya.
Wajah Yunhee masih terlihat arogan seperti biasa, dan tanpa toleransi. Tetapi, saat ini, dibalik arogansi itu, ada kesedihan mengenai "kehilangan seorang teman". Ia juga tampak masih bisa berduka untuk seorang teman, mengingat nilai-nilai kesombongan dalam dirinya.
Apoya a tus autores y traductores favoritos en webnovel.com