Roki pun membidik senjata tersebut, pada para Black Skull lalu melakukan serangan balasan. Namun serangan tank serta rudal, membuat Roki kewalahan lalu ia pun berpikir keras bagaimana caranya melumpuhkan dua pesawat serta kendaraan berlapis baja yang menyerangnya sejak tadi. Kemudian dia lemparkan flash grenade sehingga pandangan mereka buta sesaat.
"Angela cepat berikan senjata MBT LAW100 milikmu!"
Dengan sirgap, gadis kecil itu memberikan Bagscan miliknya lalu Roki langsung menekan ujungnya, sehingga Bagscan itu berubah menjadi senjata yang ia inginkan. Kemudian dia arahkan senjata tersebut pada tank, yang menembaknya sejak tadi, lalu ia tarik pelatuk senjata tersebut. Sinar penghancur tersebut, berhasil menghancurkan tank hingga berkeping-keping.
Daya ledak yang di akibatkan oleh sinar penghancur cukup kuat, sehingga membuat beberapa anggota Black Skull terpental dan bahkan ada yang tewas akibat serangan tersebut. Pria botak itu semakin geram, melihat anak buahnya tewas satu persatu. Kemudian dia perintahkan, pada anak buahnya yang sedang menunggangi pesawat agar menembakkan rudal dengan daya ledak listrik serta gelombak eletromagnetik.
Hal itu dilakukan, agar pelindung yang mengintari rumah tersebut menghilang. Setelah pelindung tersebut menghilang, barulah para Black Skull bisa menangkap mereka berdua. Sesuai perintah dua pesawat itu, mulai membidik lalu menembakkan kedua rudal hingga mengenai pelindung tersebut. Akibat serangan dari kedua pesawat Black Skull, pelindung yang mengintari rumah mulai menipis. Tinggal satu serangan lagi, pelindung itu benar-benar hancur.
"Gawat, tinggal satu serangan lagi pelindung rumah ini akan hancur." Kata Sang Profesor memberikan informasi.
"Sial!"
"Apa yang harus kita lakukan kak?" Tanya Angela dengan ketakutan.
Roki pun semakin panik, dan ia pun tak bisa berpikir dengan jernih. Kini dia di hadapkan oleh dua pilihan, yaitu antara pergi melarikan diri dan pasrah di tangkap oleh mereka. Jika seandainya dia memilih pilihan pertama, keselamatannya tidak terjamin, begitu juga dengan pilihan kedua. Seketika dia teringat oleh Jhon, yang sedang tertidur di ruang depan.
Kemudian dia berencana untuk membangunkannya, namun sayang karena tidurnya yang sudah terprogram semua itu berakhir percuma. Jika butuh bantuannya, mereka harus menunggu hingga Jhon terbangun. Rasanya tidak mungkin, melihat kondisi mereka berdua yang sedang terdesak. Belum sempat memberikan keputusan, tiba-tiba sebuah rudal meluncur ke arah mereka.
Spontan Roki membopong gadis kecil itu, lalu melompat menghindari serangan tersebut. Kemudian Roki membidik salah satu pesawat, menggunakan senjata MBT LAW100 milik Angela. Lampu sorot, menyorot mereka berdua beserta sinar merah membidik tepat pada kening mereka berdua. Para Black Skull, berhasil mendobrak masuk lalu mengarahkan senjata pada mereka berdua.
Namun Roki tak ingin menyerah begitu saja, secara mengejutkan ia menembak salah satu kapal Black Skull hingga hancur berkeping-keping. Kemudian menghajar mereka satu persatu, dengan tangan kosong hingga terkapar di atas tanah. Sedangkan Angela, hanya berdiri pasrah melihat Roki bertarung seorang diri. Tiba-tiba salah satu anak buah Black Skull, menembakkan jaring yang sudah di aliri oleh aliran listrik.
Akhirnya Roki pun berhasil tertangkap, serta tubuhnya gemetar akibat di aliran listrik. Pimpinan mereka berjalan sembari bertepuk tangan, menatap Roki yang sedang berbaring tak berdaya. Roki pun melototi pimpinan Black Skull, dengan rasa geram. Melihat Roki yang sedang melototi dirinya, pria botak itu tertawa lalu memerintahkan anak buahnya untuk mengikat tangan dan kakinya, dengan sebuah borgol serta rantai khusus.
"Tak aku sangka, pasukan pertahanan sepertimu masih hidup." Ujar Sang Pemimpin, sembari memegang logo pada mantel Roki.
"Lepaskan aku dasar botak biadap!"
"Ha.ha.ha lepaskan?! Iya, aku akan melepaskanmu dalam arena."
"Arena? Apa maksudmu?!"
"Nanti kamu akan tau. Beni! Cepat ikat dia pada pengait mobil, biarkan dia rasakan bagaimana rasanya bercinta dengan tanah!"
"Siap Bos!" Ujar salah satu anak buahnya berambut keribo.
Salah satu anak buahnya, yang berambut keribo menghantap kepala Roki dengan senapan di kedua tangannya. Darah pun mulai menetes, kedua matanya mulai terpejam dan akhirnya ia pun tak sadarkan diri. Melihat hal itu, raut wajah Angela menjadi pucat lalu menatap Roki dengan tatapan kosong. Air matanya mulai berlinang, sembari berteriak memanggil namanya.
Melihat hal itu pimpinan Black Skull mendekatinya, lalu menampar Angela dengan cukup keras. Kemudian dia mendorong gadis kecil itu, agar dia berjalan cepat memasuki mobil. Seluruh senjata milik mereka berdua di sita, lalu membawanya masuk ke dalam mobil. Roki yang sedang tidak sadarkan diri, di ikat pada sebuah mobil dengan rantai dan tali yang cukup panjang.
Selesai mengikatnya dengan cukup kuat, mereka pun melaju kendaraan mereka kembali ke markas. Roki pun terseret seiring dengan laju kendaraan, sedangkan Angela hanya bisa berlinang air mata sembari menatapnya di balik kaca. Sebelum mereka pergi, para anggota Black Skull membakar rumah tersebut.
Di tengah perjalanan satu persatu zombie mengejar Roki, bagaikan mengejar sebuah daging segar. Para anggota Black Skull, yang melihatnya tertawa lalu salah satu dari mereka berdiri di atas mobil. Dia pun mengarahkan senjata tersebut, sembari menikmati sebotol minuman keras. Lalu dia menembak zombie tersebut satu persatu, sembari tertawa terbahak-bahak. Sedangkan Roki, yang tersadar akibat suara tembakkan hanya bisa pasrah.
Beruntung celana serta baju yang ia kenakan, terbuat dari bahan khusus sehingga ia tak terlalu merasa panas dan kesakitan. Zombie yang terus mengejarnya, membuat Roki berpikir dua kali untuk melepas rantai yang terikat pada kedua tangannya. Sehingga tidak ada pilihan lain, selain bersabar menerima ini semua. Beberapa anggota Black Skull, mulai menyentuh Angela. Gadis kecil itu merasa tidak nyaman atas perlakuan mereka. Dia hanya bisa menangis dan pasrah, menerima perlakuan mereka.
Kemudian salah satu anggota Black Skull, menghentikan aksi tak senonoh pada gadis kecil itu. Dia pun memperingatkan mereka, agar tidak menyentuhnya. Sebab harganya akan sangat mahal, jika menjualnya di pasar budak. Mendengar hal itu mereka pun berhenti, lalu menjauhi gadis kecil itu yang sedang menangis. Angela memandang langit di balik kaca, seketika dia teringat oleh almarhum kakaknya.
Dia mengingat momen bersama kakaknya, hingga membuat air matanya semakin mengalir. Setiap kali dirinya mengalami kesulitan, pasti kakaknya datang untuk menolong. Kini dia merasa sebatang kara, apalagi tidak ada Roki di sisinya.
"Kak, apa yang harus aku lakukan?" Tanya gadis kecil itu, pada kakaknya yang sudah tiada.
Sekian lama di perjalanan, akhirnya mereka sampai pada sebuah gerbang besi menjulang tinggi. Disana banyak sekali anggota Black Skull yang berjaga, dengan persenjataan lengkap. Dua kendaraan berlapis baja, berjalan memasuki gerbang secara perlahan. Di balik tembok, terdapat delapan bangunan yang memiliki delapan lantai. Salah satu bangunan tersebut, memiliki cerobong asap.
Jalanan beraspal, serta polusi mengkhiasi tempat tersebut. Kendaraan berlapis baja, berlalu-lalang di jalananan. Lima orang terlihat sedang berjejer, lalu mereka menghadap ke belakang untuk di eksekusi. Melihat hal itu Angela semakin ketakutan, namun tidak ada pilihan lain selain pasrah. Begitu juga Roki yang mencium tanah dan aspal sejak tadi.
Kedua mobil lapis baja pun berpisah, pada sebuah pertigaan jalan. Roki di seret menuju bangunan colosseum, disana berdiri dua orang mengenakan jas hitam. Kemudian tiga anggota Black Skull mendekatinya, lalu menendangnya dengan sangat keras hingga terbangun.
"Ayo bangun pemalas!" Kata salah satu dari mereka yang menendang Roki sejak tadi.
"Aku sudah bangun sejak tadi dasar sialan!"
"Berani kau berkata seperti itu budak! Rasakan ini!" Ujar salah satu diantara mereka sembari menendangnya dengan cukup keras.
Puas menendangi Roki, dia pun di seret ke dalam sebuah penjara bawah tanah. Kedua tangan dan kakinya di ikat dengan rantai, lalu dia di kurung dalam penjara. Di sisi yang lain, nasib Angela tidak jauh berbeda dengan Roki. Hanya saja dia di temani, oleh dua gadis dan satu keluarga di dalam penjara. Gadis kecil itu hanya terdiam dan pasrah dengan keadaan.